Eh, bukan yang ini!
Maksudku ini.
Aku tampan, aku tahu.
Sejauh hidup di muka dunia belum pernah sekalipun ada orang yang mengataiku jelek. Entah itu anak kecil, gadis remaja, wanita dewasa, tante-tante, nenek-nenek, sampai Karen si kekasih Plankton akan setuju bila menyebutku ganteng. Biasanya, mereka akan jatuh cinta dalam sekali lihat, menunjukan gelagat aneh ketika berpapasan denganku—menjerit-jerit misalnya—serta langsung jatuh hati walau hanya melihat bayanganku. Bahkan kebanyakan dari mereka terang-terangan mengklaim bahwa aku adalah pacarnya, jodohnya, masa depannya, dan berbagai status lainnya yang tidak masuk akal. Padahal aku belum pernah menjumpai mereka satu per satu. Jangankan menjumpai, mengetahui dia hidup juga aku tidak tahu.
Hahh, dunia terlalu ada-ada saja untuk aku yang begini-begini saja.
Tapi aku tidak akan membahas ketampananku yang kurang ajar dalam cerita ini, percayalah itu hanya akan membuat tingkat keirian kaum pria bertambah, lambat laun mereka akan merasa gagal hidup karena overdosis rasa insecure.
Aku cuma ingin memberi tahu sebuah rahasia kecil yang tersimpan dalam kabin pesawat. Kalian pandai berhitung bukan? Nah, setiap hari, setidaknya ada seribu tindakan kriminal di setiap negeri. Mulai dari tindak kriminalitas kelas teri hingga kakap. Sebut saja pencurian, pemerkosaan, penjualan obat-obatan, penculikan, dan belasan kejahatan lainnya.
Atas kejadian itu, maka setiap hari setidaknya ada ratusan kriminalis yang ditangkap. Sebagian besar ditangkap dekat dari kejadian perkara. Serta sebagian lainnya ditangkap dari luar kota, pulau lain, atau luar negeri sana—bagi mereka yang terlanjur kabur. Nah, sekarang kalian hitung, ada berapa banyak kriminalis yang terpaksa berlalu lalang menumpang kendaraan umum saat dipindahkan?
Banyak!
Kalian, para penumpang pesawat, tidak pernah memperhatikan bahwa saat kalian tertawa, bolak-balik ke toilet, memakan makanan ringan, menyantap kaviar, bersenda-gurau, tidur, ternyata persis di bangku paling belakang duduk seorang pembunuh berantai, pelaku penyelundupan ganja, residivis pemerkosa, atau buronan besar yang sedang dipindahkan ke kota lain.
Tidak tahu bukan?
Maka dari itu, aku sengaja mengajak kalian naik pesawat terbang. Menikmati bagaimana rasanya berada di ketinggian berkilo-kilo meter bersama sekumpulan bedebah. Menyantap menu makanan rendah kalori dari pramusaji-pramusaji bertubuh semacam jam pasir. Juga menikmati senyum manis dari pramugari-pramugari yang tanpa bosan lalu-lalang bertanya penuh sopan-santun hasil didik keramahtamahan perusahaan mereka.
Jadi bagaimana? Mau naik pesawat denganku?
Bayar sendiri tapinya. Enak saja gratisan!
***
Still working on my masterpiece.
With luv,
~~adhellinakook~~