dua belas: dua bidak pertama

346 80 56
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Gedung dikepung, Jung. Kau ada di mana?"

Suara cemas Chaeyoung terdengar beradu dengan bunyi klakson mobil serta riuh-rendah teriakan orang-orang sekitar. Aku mengintip sekilas lewat balik kaca lorong, beberapa kendaraan yang terparkir di lobi kini sudah berbaris mengantre di depan pintu keluar halaman gedung. Aku lantas kembali menyeret pandangan, kami bertiga berlari-lari kecil di sepanjang lorong untuk mencari pintu keluar.

"Masih di dalam gedung. Ada berapa jumlahnya?"

"Enam belas... satu truk baru datang membawa selusin. Seluruhnya menggunakan atribut lengkap."

"Astaga," aku mengusap wajah. Lisa terlihat berhenti untuk mencopot heels "milik" Chaeyoung, mencangkingnya menggunakan tangan kanan, kemudian berlari menyusul kami. "Kau sedang di mana sekarang?"

"Menuju belakang gedung."

Sementara langkah kami berbelok pada pintu tangga darurat. Aku turun terlebih dahulu, disusul Lisa serta Taehyung. Mataku mendelik persis di undakan kelima, segera mundur dan berbalik badan begitu melihat tiga orang polisi militer yang juga sedang menaiki tangga menuju lantai kami berada.

"Ada apa?" Lisa bertanya bingung.

"Kita putar arah." Aku melesakkan ponsel yang masih terhubung ke dalam saku jas. Mataku berkeliat mencari sesuatu, hingga berhenti di sudut lorong. Aku berlari mengambil benda tersebut.

"Apa yang kau..."

Suara Taehyung tersumpal begitu tabung pemadam darurat kubenturkan ke dinding. Bunyi pukulannya hampir menggema di sepanjang lorong sepi. Corong pengaman tabung tersebut pecah, selangnya tergantung lepas. Tanganku bergerak cepat untuk mengikat dua gagang kenop pintu menggunakan selang apar.

"Lari!" aku berteriak, segera berlari mendahului.

Tentu, Taehyung dan Lisa tidak punya waktu untuk berpikir tentang apa yang terjadi sebelumnya. Mereka dengan cepat menyamakan langkah meski pikirannya masih mengunyah keadaan. Suara derap kaki terdengar dari ujung lorong, beberapa karyawan dengan kalung identitas serta map di tangan dihiasi raut wajah bingung sempat berpapasan dengan kami. Aku tahu betul. Aparat kepolisian pasti telah memberitahukan petugas gedung untuk melakukan evakuasi terhadap seluruh pekerja bahwa ada “orang berbahaya” yang menyelinap di tengah-tengah mereka.

Dan belum genap perhitunganku tentang apa yang terjadi selanjutnya, persis di persimpangan lorong, tiga orang polisi militer bersenjata lengkap tengah berderap hati-hati di sisi-sisi tembok sambil mengacungkan senapan. Aku lantas berhenti. Menginteruksikan Taehyung dan Lisa untuk berbalik badan, berjalan seperti biasa, seolah mereka hanyalah karyawan kantor. Sementara aku sudah menyembunyikan badan di balik pot besar. Revolver sudah terbidik siap di depan mata.

"Permisi." Tepat dihitungan kelima, seorang aparat dengan kostum serbu berkata ramah-tamah kepada Taehyung dan Lisa, sementara dua orang lainnya sibuk memeriksa ruangan di dekat lorong ini. "Boleh tunjukan identitas kalian?"

AIRPLANE || LizkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang