empat belas: (masih) dua bidak pertama

385 68 60
                                    

Caunterfeit atau pemalsuan, berarti meniru sesuatu yang otentik dengan maksud untuk mencuri, menghancurkan, dan mengganti yang asli supaya bisa digunakan dalam transaksi ilegal maupun menipu orang agar mereka percaya bahwa yang palsu bernilai sama atau bahkan lebih besar dari yang asli.

Seharfiahnya seperti sekarung beras yang seperempat isinya diganti dengan butiran biji plastik. Orang-orang yang melihatnya sepintas akan menganggap bahwa itu memang beras asli.

Dalam dunia politik-ekonomi, tidak semua pencipta sistem dan pembuat kebijakan dikatakan sebagai penjahat. Beberapa dari mereka bahkan memiliki konsen yang luar biasa tinggi atas halal-haramnya selembar uang—terlepas dari fakta boleh jadi yang bersangkutan merupakan seorang atheis. Menurut definisi mereka, uang yang baik adalah uang yang didapat dari proses transaksi keuangan lazim, masuk akal, dan disepakati oleh berbagai komunitas sebagai syarat bersih. Sebaliknya dengan uang kotor, uang ini didapat dari proses transaksi tidak lazim dan ditentang oleh banyak komunitas sebagai syarat kotor.

Ada banyak sekali aktivitas ekonomi yang termasuk ke dalam uang kotor (lupakan soal ngepet, pesugihan, tuyul-tuyulan) Mulai dari yang terlihat seperti bisnis mafia, penjualan manusia, perjudian, perampokan, penjualan obat-obatan terlarang, hingga yang tak kasatmata, seperti uang suap, uang korupsi, serta penggelapan dana.

Para pembuat sistem dan kebijakan telah membuat regulasi yang jelas: uang haram tidak boleh mengotori uang yang halal. Bukan semata-mata karena mereka patuh terhadap logika kitab suci, atau taat kepada sepuluh perintah Tuhan, melainkan dampak campur aduk uang haram dan uang halal yang jelas dapat merusak keseimbangan.

Begini, kau pernah membuat teh manis? Bisa bayangkan bagaimana rasanya kalau ditambah dengan sesendok garam?

"Jungkook bodoh, Jungkook tolol, Jungkook keparat, Jungkook bedebah, Jungkook biadab! Kau gila meninggalkanku—"

"Okay, Xukun, dengar, aku tidak menghamilimu. Jadi jangan bertingkah dan mengataiku sedemikian rupa." Aku mengganti tuas persneling, mobil yang kami tumpangi segera berganti arah, berpisah dari rombongan bus hajatan di belakang. Dua puluh menit tadi, aku-Lisa, serta Chaeyoung sudah berpindah mobil untuk berpencar pada misi masing-masing. Dan sekarang kami butuh waktu—kira-kira—enam belas menit agar bisa menembus gerbang tol ke luar kota Seoul menuju Gwangju.

"Peduli setan! Kau tidak bisa membayangkan jutaan uangku hilang untuk membayar orang-orang supaya mereka tutup mulut atas pelarianmu, bedebah! Sungguh, kau berhutang banyak padaku, Jungkook," ucapan Xukun terdengar menggebu di seberang telepon.

Aku menggaruk pelipis yang gatal menggunakan telunjuk. "Iya, iya, aku paham, Xukun. Hari senin besok, akan kulunasi beserta bunga-bunganya."

"Kau tahu kejadian setelah kepergian kalian berdua? Kepala markas besar itu, komandan seluruh pasukan taktis serta-merta mengumpat di depan bawahannya. Bilang pasukan tidak becus, bilang pasukan bukan orang terdidik. Dan kabar baiknya mereka akan diberangkatkan nanti sore ke Korea Selatan bersama konsil-konsil aparat negaramu yang masih tersisa."

Aku mendelik. Ini tidak mungkin!

"Tentu, mereka tidak akan tinggal diam setelah lenyapnya buronan dunia. Sebagian dari mereka bahkan dikerahkan menuju Frankrut, Dubai, Soekarno-Hatta, dan beberapa tiket destinasi yang berkemungkinan menjadi tempat pelarianmu. Ayolah, jangan bertanya aku tahu dari mana. Sudah pasti karena interogasi sialan ini. Otakku diperas habis-habisan untuk memikirkan alasan logis tentang kelenyapanmu. Semoga kau diberkati atas kekacauan ini, Jungkook."

Aku menginjak dalam pedal gas begitu mulut gerbang tol keluar terlihat. "Sekarang kau ada di mana?"

"Cih! Panjang lebar ucapanku, kau baru bertanya itu? Aku sudah di rumah, uangku habis, puas?"

AIRPLANE || LizkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang