Tragedi celana boxer

2.2K 73 5
                                    

Begitu mendapatkan izin dari Sam dia langsung memindahkan barang di apartemen lamanya kesini. Sam? Ya, Aldrich pikir memanggil wanita itu dengan nama Sam tidak terlalu buruk.

Tidak banyak barang yang bisa dia bawa, hanya pakaian dan perabotan kecil yang dia beli beberapa bulan yang lalu. Semua properti di apartemen lamanya berasal dari pemilik apartemen, membuatnya merasa bersyukur karena bisa tinggal di apartemen yang mempunyai fasilitas lengkap dengan harga yang bersahabat di kantongnya -dulu, tidak untuk sekarang.

Aldrich melihat ke sekeliling apartemen dan meregangkan ototnya untuk bersiap membersihkan apartemen Sam. Dengan tangan lembutnya dia membersihkan lantai dengan sapu dan pel, membeli bahan makanan ke supermarket untuk makan malam, dan membersihkan kamar yang sepertinya bisa dia gunakan untuk ditinggalinya -karena ada dua kamar di apartemen ini.

Mungkin karena terlalu seru membersihkan apartemen, tanpa sadar matahari sudah mulai bergerak ke arah barat. Dia bergegas menuju ke dapur dan memasak bahan makanan yang sudah disiapkan sebelumnya. Asian style fried rice dan tempura mungkin tidak buruk -pikirnya. Dia mulai memasak dengan riang gembira sembari memikirkan bagaimana reaksi Sam saat pulang nanti. Apakah dia akan bangga? Atau dia akan tersipu melihat kemampuan ku? Ah, memikirkannya saja sudah membuatku sangat senang! Pikir Aldrich.

-o0o-

Disisi lain Samantha yang sedang sibuk dengan data kunjungan wisatawan tahun ini sudah mulai menunjukkan titik jenuhnya. Dia sudah tidak bisa duduk dengan tenang, matanya bergerak dengan gelisah, dan kakinya terkadang menghentak lantai dengan keras. Jelas dia sedang merasa stress, tetapi sekertaris yang duduk di seberangnya juga tak kalah stress.

"Anda tahu, nyonya? Laporan hari ini memang membuat anda tress, tetapi kegelisahan anda membuat saya jadi ikutan stress. Bisakah anda tenang dengan istirahat sejenak?" ucap sang sekretaris lancang, dan jelas hal tersebut mengundang tatapan tak suka dari Samantha. Sekretaris yang sudah biasa dengan situasi ini menanggapi semuanya dengan tenang.

"Jika anda merasa pusing, kita kerjakan saja lagi esok" ucap snag sekretaris santai sambil mempersiapkan file yang sekiranya bisa dibawa ke rumah. Saat dia hendak mengambil file milik Samantha, tangan wanita itu menahannya dengan tatapan tak suka 

"Ema, kau tahu kan kalau deadline projek ini adalah lusa?"

" Lalu apa bedanya dengan mengerjakan nya dengan tenang rok hari? Lagipula anda sudah terlihat lelah, dan ada yang sudah menunggu anda kan?"

"Dengan siapa lagi aku akan bertemu? Bukannya jadwal hari ini tidak ada meeting dengan seorang pun?"

"Dia sudah menunggu anda di rumah. Lebih baik anda segera pulang, nyonya" 

Ema yang mengakhiri percakapan ini berjalan duluan ke luar ruangan, Samantha yang melihat punggung Ema menjauh hanya bisa memegang pelipisnya pening. 

"Hah, bikin pusing saja" ucapnya sambi berjalan menyusul sekretarisnya menuju basement parkir. Samantha duduk di samping Ema dan seperti biasa, dia merebahkan diri begitu Ema membawa mobilnya melesat membelah jalanan kota. 

"Ngomong-ngomong, anda sudah melakukan apa saja dengan lelaki itu?" tanya Ema menarik topik pembicaraan setelah melihat atasannya itu tidak mengalihkan pandangannya dari jalanan di luar. Samantha yang ditanya seperti itu terlonjak kaget. 

"Aku tidak melakukan apapun ya!"

"Hahaha saya tahu, lebih baik anda segera selesaikan masalah anda dengannya"

"Sepertinya masalahku dengannya tidak akan selesai dengan mudah"

"Maksud anda?"

"Dia memaksa untuk tinggal di apartemenku!" Samantha berapi-api saat mengingat bahwa ada pria asing yang memaksa untuk tinggal bersamanya, dan Ema menyuruhnya untuk berdamai dengan pria itu? yang benar saja. 

Antara Kemayu dan Tomboy [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang