13| • Pasar Malam

150 89 49
                                    

"Kamu sakit?" tanya Yola lagi dengan manik mata yang menatap Lia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu sakit?" tanya Yola lagi dengan manik mata yang menatap Lia.

"Aku...cuma...," jawab Lia dengan ragu.

"Kamu cuma mau minta uang untuk beli seragam olahraga baru, kan?" tuduh mama Lia dengan nada yang cukup tinggi.

"Bukan begitu, Ma. Aku akhir-akhir ini sering--" Belum sempat Lia menyelesaikan ucapannya, tangan kanan Yola sudah terangkat untuk menampar pipi Lia.

PLAKKK

Lia terpelanting hingga beberapa meter ke belakang. Tangan Lia mulai terangkat untuk memegang pipinya yang memerah akibat tamparan kencang dari Yola.

"Siapa sih yang ngajarin kamu berbohong, Lia? Papa kamu? IYA!?" tanya Yola dengan bertubi-tubi sambil menatap anak perempuan semata wayangnya dengan penuh kebencian.

"Kalo kamu mau mama kasih uang, cari alasan yang lebih bagus. Mau mama ajarin? Demam tinggi kek, sakit perut kek, atau badan bentol-bentol." Yola berujar dengan nada tinggi dan mengejek pada akhir kalimatnya.

Lia naik darah! Rasanya ingin sekali memaki, memukul, dan beradu mulut. Namun Lia segera mengurungkan semua niatnya itu karena sadar bahwa perempuan paruh baya yang kini berada dihadapannya adalah ibu kandungnya sendiri.
Daripada emosi Lia terpancing terus, ia memilih untuk masuk ke dalam kamarnya dengan langkah yang lebar dan sengaja dihentak-hentakkan ke lantai.

Ditengah perjalanan Lia menuju kamar, Yola menimpali ucapannya yang tadi, membuat Lia semakin naik putam saat mendengarnya.
"Ingat ya, mama enggak akan pernah kasih kamu uang untuk beli seragam olahraga yang enggak berguna itu."

"Bodo amat," ujar Lia dalam batin sambil merotasi bola matanya dengan malas, lalu membanting pintu kamarnya dengan keras.

° ° °

Pagi ini, Lia begitu senang ketika melihat pantulan wajahnya sendiri dari sebuah cermin kecil yang selalu ia simpan didalam laci meja belajarnya. Ini aneh! Dulu, Lia sama sekali tak berani menyentuh benda kaca itu karena tak percaya diri dengan dirinya sendiri. Tapi kali ini, Lia bahkan mengangkat kedua sudut bibirnya dengan sangat lebar.

Lia rasa, usaha dan kerja kerasnya selama enam bulan ini, akhirnya terbayarkan juga. Dari jutaan uang yang ia keluarkan, akhirnya ia bisa mendapatkan wajah yang lebih baik dari sebelumnya.
Jerawat-jerawat yang ada di wajah Lia mulai menghilang satu per satu tanpa meninggalkan jejak alias bekas.

Setelah puas memandang pantulan dirinya sendiri, Lia akhirnya memutuskan untuk berangkat ke sekolah. Ia segera mengenakan sepasang sepatu pada kakinya, lalu mengambil sepeda dan menunggu Dave diluar rumah.
Setelah 10 menit menunggu, akhirnya Dave keluar dari dalam rumahnya.

ᴄɪᴍᴍᴇʀɪᴀɴ [ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang