14| • Kue Ulang Tahun

142 89 83
                                    

Bunyi bel yang menandakan berakhirnya jam istirahat sudah berbunyi sejak tiga puluh menit yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bunyi bel yang menandakan berakhirnya jam istirahat sudah berbunyi sejak tiga puluh menit yang lalu. Namun, kini Lia baru saja berlari disepanjang koridor untuk sampai ke kelasnya yang sudah memulai pelajaran sedari tadi.
Kepala Radit yang awalnya diletakkan diatas meja dengan tumpuan lengan kirinya itu, akhirnya terangkat saat tak sengaja melihat Lia yang sedang berlari dengan sekuat tenaga. Tanpa sadar, Radit mulai memperhatikan gadis itu hingga melupakan bahwa masih ada guru didepan kelasnya yang sedang mengajar. Radit juga masih penasaran, kenapa Lia kemarin menangis di rumah sakit dengan sesunggukan seperti itu?

Tok...Tok...Tok

Somi yang awalnya membacakan tentang materi pelajaran mereka hari ini harus terhenti karena suara pintu yang terketuk memenuhi kelas X IPA 1, lalu nampaklah seorang gadis yang memiliki surai hitam indah berdiri diambang pintu kelas dengan kedua tangan yang sengaja ia sembunyikan dibelakang tubuhnya untuk menyembunyikan obat salep yang ia oleskan tadi di kamar mandi, agar alat reproduksinya tidak terasa sakit akibat penyakit yang ia derita.

"Kamu enggak dengar bunyi bel dari tadi? Lima belas menit lagi jam mata pelajaran Ibu sudah selesai. Dari mana saja kamu?" tanya Bu Alodia yang sedang mengajar didepan kelas Lia dengan bertubi-tubi.

"Maaf, Bu. Saya dari toilet." Lia menatap sepasang sepatu yang ia kenakan karena tak berani bertatap langsung dengan guru yang sedang terbakar emosi dihadapannya saat ini.

"Didalam toilet sampai tiga puluh menit? Kamu pergi ke toilet mana? Australia? Amerika? Jepang? Korea?" Terdengar nada ejekan pada akhir kalimat yang dilontarkan oleh Bu Alodia.

"Saya tadi sakit perut, Bu," jujur Lia.

Sejenak, Bu Alodia menghembuskan napas panjangnya.
"Ibu tau kalau kamu ini murid terpintar di kelas. Tapi Ibu harap, kamu tidak membolos jam mata pelajaran Ibu ataupun guru lainnya," ceramah Bu Alodia sekaligus wali kelas gadis itu.

Radit yang sedari tadi memperhatikan gelegat Lia, segera terperanjat karena guru yang mengajar di kelasnya saat ini, sudah berada didepan cowok itu dan menyerukan nama 'Radit' dengan volume suara yang cukup besar hingga dapat memekakkan telinga bagi orang-orang yang mendengarnya.

"Ya, Pak?" latah Radit sambil berdiri dari duduknya.

"Kenapa kamu tidak fokus pada jam mata pelajaran Bapak?" tanya guru itu dengan wajah sangar yang merah padam. Namun sayang, lawan bicara dari guru itu tidak berniat untuk membalas.

"Coba kamu lihat adik kamu si Dita, sudah berbakat, pintar pula. Kenapa kamu sama sekali tidak terlihat seperti adik kamu?"

Lagi-lagi, Radit kembali dibanding-bandingkan dengan adik perempuannya yang dianggap sempurna oleh indra penglihatan setiap orang. Ia sama sekali tak berniat untuk membalas ocehan dari gurunya, hingga guru itu menghela napas panjang dan menyerah dengan sikap Radit.
"Kamu berdiri didepan kelas sampai jam mata pelajaran Bapak selesai," perintah guru itu dengan tegas.

ᴄɪᴍᴍᴇʀɪᴀɴ [ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang