13

1.2K 199 218
                                    

"Apa, nih?" Jasmine bertanya saat Mira menyerahkan sebuah bingkisan. Cewek itu melihat isinya, "Wih. By the way, habede. Gue belum bungkus kado tapi."

Mira mendengus.

"Mewah bener, njir. Bingkisannya. Bukannya lo bilang nggak mau ada pesta?"

Seharusnya begitu. Tapi bunda dan ayahnya mana setuju. Mereka memang setuju untuk tidak ada pesta di hari ulang tahunnya yang ke tujuh belas, tapi bukan berarti Mira bisa mencegah kedua orangtuanya membuat perayaan meski mereka bilang ini hanya hal kecil.

Jasmine mengangguk paham saat Mira hanya memberi respon dengan ringisan.

"Iya, lah. Gue juga kalo jadi nyokap apa bokap lo juga nggak mungkin diem-diem bae."

Mira cemberut.

"Lagian kenapa nggak bikin pesta aja, Mir. Sweet seventeen kan biasanya special."

Mira bukannya tidak suka ada pesta, ia hanya merasa bertambahnya usia bukannya membuatnya senang malah membuatnya jadi memikirkan hal-hal yang belum bisa ia lakukan. Hal sepele sekalipun.

Mira mengungkapkan kerisauannya.

"Udah sih, selagi lo bagian dari Ajidarma mah nggak usah pusing, Mir. Apalagi lo cucu pertama, anak tunggal juga nggak, tuh? Apa nggak terjamin hidup lo sampai ke cicit-cicit lo?"

Mungkin, tidak ada yang salah dengan perkataan Jasmine. Tapi sepertinya cewek itu tidak sadar jika ada sedikit perubahan di raut wajah Mira.

Mira mencoba tersenyum.

"Nggak perlu ngasih kado juga nggak apa-apa. Aku udah banyak dapet kado." Ia berkata demikian bukan berniat pamer sebenarnya, hanya saja Mira ingin Jasmine berhenti mempermasalahkan perkara itu.

Jasmine mengucapkan terimakasih, meski Mira tahu cewek itu tidak akan menuruti perkataanya. Mira mengangguk sebelum pamit keluar kelas. Ia masih menenteng beberapa bingkisan yang niatnya akan ia berikan kepada teman-teman Janu.

"By the way, jepit rambut lo lucu amat, Mir."

Mira menyentuh jepit rambut berbentuk pita, pemberian Lio yang katanya didapat sepupunya dari beli Chiki.

Mira juga tahu Lio berbohong.

"Mau gue temenin?" Tawar Jasmine saat Mira memberi tahu niatnya.

"Nggak usah, aku bisa sendiri kok."

"Yakin?"

Mira mengangguk.

Jasmine membiarkan, dan Mira geleng-geleng ketika melihat teman sebangkunya itu mengatur kursi dan bersiap untuk tidur.

Mira berjalan keluar kelas.

Siapa dulu, ya?

Mira masih berfikir.

Mira mengecek jam tangan, waktu istirahat sebentar lagi berakhir dan ia harus memanfaatkan waktu yang tersisa dengan baik.

Dan kebetulan sekali, Mira melihat Rendi dan Haikal lewat.

Mira belum sempat memanggil tapi keduanya sudah lebih dulu menotis keberadaannya.

Syukurlah.

"Halo, Neng Mira." Haekal melihat bingkisan yang Mira bawa.

"Buat kalian," kata Mira.

"Wih!" Seru Haikal heboh.

"Shēngrì kuàilè."

Mira mengernyit mendengar kalimat yang Rendi ucapkan. Tidak asing, ia pernah mendengarnya tapi dimana, ya?

"Selamat ulang tahun," jelas Rendi yang belum sempat Mira bertanya, cowok itu lebih dulu menambahkan, "Gue lihat story Lio."

Hidden [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang