2. Kopi

1.2K 233 44
                                    

Efek minuman semalam. Membuat kepalanya pening serta mual di pagi hari. Sakura terduduk lesu di ruang UGD. Beruntung tak ada pasien gawat darurat yang mengharuskannya bekerja dalam kondisi yang kurang baik.

"Apa kau sudah mengecek kondisi pasien di bangsal enam puluh sembilan?" Shikamaru menghampiri dengan catatan pasiennya.

"Ah belum. Maaf."

"Tolong ya Sakura. Aku membutuhkannya segera." Shikamaru menyerahkan catatan di tangannya.

Sesaat sebelum pria itu pergi, Sakura menghentikan langkahnya. Ada sesuatu yang harus ia tanyakan. Tentang kejadian semalam.

"Semalam---"

Shikamaru berbalik. Menatap gadis itu dengan kening mengerut. "Semalam?"

"Apa ada orang lain selain kalian, maksudku--- ah mungkin aku berhalusinasi."

"Tidak ada," jawab Shikamaru singkat. Membuat Sakura menggeram. Bagaimana bisa ada pria secuek itu. Setidaknya jawablah dengan satu kalimat panjang. Hah menyebalkan. Sakura sangat anti dengan cowok yang anti bicara. Bukan tipenya sama sekali. Namun ia juga tak mau pria secerewet Naruto. Lupakan.

"Bangun dan berikan laporan pasien itu padaku."

"Ah baik."

....

Sakura terus menekan lehernya yang tegang. Butuh peregangan ekstra agar membuatnya santai. Masih memikirkan tentang kejadian semalam. Ia merasakan kehadiran seseorang yang sangat asing. Namun siapa? Ia tak mengingatnya. Ternyata efek Alkhohol memang sesialan itu.

Kamar pasien masih jauh dari jangkauan, mungkin tiga menit lagi akan sampai.

Namun beberapa langkah menuju ke sana. Banyak suster yang berbisik satu sama lain. Mungkin ada berita heboh seperti kejadian minggu lalu. Di mana seorang guru bela diri cedera dan membuat keributan di rumah sakit. Dia melukai dirinya karena sang kekasih sedang jatuh koma.

"Heh Sakura."

"Perawat Sizune?"

Sizune melambaikan tangannya. Memberi isyarat ke Sakura agar mendekat. "Sini sebentar."

Sakura mengeratkan catatan pasien ke dadanya. Bersiap mendengarkan apa yang akan dikatakan si perawat senior itu.

"Kau akan pergi ke bangsal enam sembilan?"

Sakura mengangguk.

"Tunggu lima menit lagi."

"Kenapa?" alis Sakura mengerut. Shikamaru sudah menunjukkan sikap tak bersahabatnya. Bisa habis jika ia telat lagi mengecek pasiennya.

"Sudahlah menurut saja."

"Tidak Sizune-san, kau tahu dokter Shikamaru? Aku tak ingin terkena tatapan macannya. Aku harus ke sana secepatnya."

"Ta—tapi?"

Terlambat. Sakura berhasil kabur dan melanjutkan perjalanannya.

....

Tak ada sesuatu yang mengharuskannya berhenti saat melewati lorong demi lorong. Ruang ICU memang terkenal sepi sebagaimana mestinya. Semua pasien terawat dengan baik dengan alat-alat yang menempel di tubuhnya. Terlihat beberapa dokter dan perawat lain yang sedang mengecek kondisi pasien seperti yang akan ia lakukan.

Langkahnya tiba-tiba berhenti. Melihat orang yang sangat familiar berdiri di depan ruang ICU membuatnya ciut. Dia adalah Fugaku, kepala rumah sakit Izanami Hospital, anak dari pendirinya Uchiha Madara.

Tunggu. Dia sedang berbicara dengan seorang pria muda yang tinggi, putih, tegap. Dilihat dari belakang sepertinya wajah pria itu sangat luar biasa. Lalu apa yang mereka bicarakan?

Doktor RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang