3 | perihal pulang

85 23 3
                                    

sore itu berlalu begitu saja.

setelah pertemuan pertama divisi sponsorship ditutup oleh ketuanya, aku langsung berdiri dan berjalan keluar dari ruangan. niatnya ingin langsung memesan ojol agar bisa cepat sampai ke kosan, namun nyatanya, keinginanku dan Tuhan tidak sejalan. karena begitu sampai di luar ruangan, aku baru sadar kalau nampaknya sudah turun hujan cukup lama.

"hujan, don."

"hah demi apa?" ujar donna dari seberang telepon,

"emang di sana ga ujan?"

"belum, baru mendung." jawab donna dari seberang telepon, "coba pake taksi online, ada yang mau take gak?"

"belum gue coba sih, lo keburu nelfon soalnya."

"eh! coba lo chat nabila, dia tadi balik lagi ke kampus soalnya, ada urusan apa gitu sama himpunan jurusannya."

"coba deh gue tanya." jawabku, "yaudah nanti kalo gue bareng nabila gue kabarin."

"oke." kata donna, "kalo jadinya naik taksi online nyalain live location!"

"iya bawel, udah ya gue mau chat si nabila ini."

setelah menutup telepon dari donna, aku langsung membuka room chat bernama nabila dan mengetikkan pesan yang kemudian ku kirim.

16.47
me
nab lo masih di kampus?
kalo iya bareng dong baliknya

"lah belom balik lo?"

kepalaku menoleh ke asal suara dan mendapati calvin sedang berjalan mendekat dengan sebatang rokok di antara kedua jarinya dan jaket denim yang tergantung di lengan kanannya.

"udah." jawabku sarkastik, "kosan gue emang outdoor gitu konsepnya."

calvin hanya mendecih kecil menanggapi jawabanku. ia kemudian menjatuhkan batang rokoknya ke tanah untuk dipadamkan sebelum duduk di sebelahku.

"kosan lo di mana si?"

"cendana."

"lo nyebut cendana kaya itu kosan cuma satu di sekitar sini."

aku terkekeh, "cendana lima, yang baru jadi itu."

lalu ia hanya mengangguk menanggapi jawabanku. merasa canggung karena setelahnya kami sama-sama diam, aku berdeham, "kalo lo?"

"kalo gue ganteng," aku memutar mata malas.

setelah beberapa menit mengobrol dengan calvin, hujan nyatanya belum mau mereda juga. aku berkali-kali mengecek notifikasi ponselku untuk memastikan apakah nabila sudah menjawab pesanku, dan jawabannya belum.

calvin yang sepertinya sadar akan kegelisahanku, akhirnya bertanya, "ada yang nagih utang apa gimana?" aku hanya tertawa.

"udah ah gue mau balik." ujar lelaki di sebelahku sambil berdiri dari duduknya, "cendana lima, kan? lewat nih gue, mau bareng gak?"

tiba-tiba, suara hujan tidak terdengar lagi di telingaku. aku meneguk ludah dengan susah payah. mataku melirik layar ponsel yang masih belum menunjukan notifikasi apapun.

"ini lo basa basi doang apa gimana?"

"basi doang, basanya selingkuh sama asam." jawabnya asal, "mau bareng gak? kalo mau ayo."

"gaenak cal..."

"yang enak mah bakso."

"cal, ih! gue serius."

"kaku amat anjir." katanya sambil terkekeh, "sekali lagi nih gue tanya, mau bareng gak?" 

aku menggigit bagian dalam bibir bawahku mendengar pertanyaan itu kembali terulang. sebenarnya tawarannya menarik untuk kuterima, karena dengan begitu aku bisa langsung pulang dan tidur. tapi sepertinya alasan menolak lebih kuat: karena dia calvin.

tapi... hei, kesempatan tidak datang dua kali, bukan?

"cal, bol—"

ting!

17.29
nabila
OI KENAPAA
iya gue di kampus
mbb* tadi gue lagi rapattt
ok ayo bareng
gue ke sana sekarang ya

"gausah deh, cal gue bareng temen."

"ini lo alesan buat nolak doang apa beneran bareng temen."

aku terkekeh, "muka gue keliatan kaya tukang boong emangnya?"

calvin memutar matanya, "yaudah, gue tungguin dah sampe temen lo dateng baru gue cabut."

dan hari itu, calvin benar-benar baru meninggalkan gedung kampus setelah memastikan aku naik ke mobil nabila.

notes
mbb : maaf baru bales

moving on from someone you've never dated | changbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang