1.20 PM

226 46 7
                                    

I love you more, the world may know but don't be scared, 'cause I'm falling deeper baby be prepared.

──

Setelah terjatuh dari pohon, Minho tentu saja langsung merengek meminta bantuan kulkas tersayangnya. Hey! Tubuh Minho sakit semua, bung. Kalau kalian belum pernah terjatuh dari pohon, boleh dicoba. Coba lompat dari pohon bonsai saja, oke. Minho tidak mau ya, ia yang disuruh tanggung jawab! Mengurus dirinya sendiri saja sudah kelabakan, apalagi mengurus orang lain, mau jadi apa Minho?

Saat ini Minho sedang berada di gendongan Chan. Ah ... nyamannya. Jangan iri ya, Minho memang lebih beruntung. Rasa-rasanya Minho ingin tertidur di punggung tegap Chan, tapi ia masih sadar diri. Kalau ia dilempar bagaimana? Kasian kan tubuhnya. Sudah terjatuh dari pohon, dijatuhkan makhluk tersayangnya lagi, kurang indah apalagi hari Minho?

"Chan, lama banget sampe uks nya, sih. Sakit, nih!" sentak Minho.

Mulutnya saja yang berujar seperti itu. Padahal dalam hatinya, ia ingin waktu untuk berhenti dulu sampai ia puas berada digendongan Bang Chan. Nyaman sekali sih, kan Minho jadi betah.

Chan hanya menoleh sekilas, "Hmm," gumamnya pelan. Memangnya jawaban apalagi yang diharapkan? Pemuda itu hanya akan menjawab dengan kalimat panjang tergantung suasana hatinya.

Bruk ....

Lagi-lagi, lagi-lagi Minho terjatuh. Bedanya, kali ini ia dijatuhkan oleh makhluk tampan kesayangannya itu. Tega sekali memang, untung saja dirinya dilemparkan ke kasur. Kalau saja tubuhnya dilemparkan ke lantai, sudah ia beri ajian Jaran Goyang saja Bang Chan. Lumayan kan, balas dendam tapi masih mendapat untung, sambil menyelam minum sirup.

Melihat Bang Chan yang berbalik dan hendak melangkah, sontak Minho menarik tangan Chan, "Mau kemana?" tanya Minho sedikit menaikkan nada bicaranya. Ia tak mau ditinggalkan seorang diri di ruangan sepi ini. Lagipula, kemana perginya perawat yang seharusnya menjaga unit kesehatan? Minho mana berani sendirian di dalam sini. Ruangan ini berada di sudut sekolah dan sepi. Bahkan, rumornya sekolahnya dulu adalah bekas rumah sakit yang digusur dan dijadikan sekolah. Kalau nanti tiba-tiba ada pasien tak kasat mata yang mengajaknya mengobrol, ia harus bagaimana, dong? Pura-pura meninggal begitu? Yah ... sepertinya cara itu sedikit efektif, siapa tahu kan hantu-hantu itu jadi tak mengganggu dirinya karena mengira dirinya telah menjadi bagian dari mereka. Aaarghh, ada apa sih dengan pikiran Minho?

Chan menolehkan kepalanya dan kembali berbalik, "Berisik!" tangannya lantas melepaskan genggaman Minho, "Gue cuma mau ngambil obat, gak usah lebay ye Bambang!" ucapnya seraya berjalan menuju rak dimana obat-obatan diletakan.

"Bangke! Gue bukan Bambang ya bangsul! Nama bagus-bagus gini asal diganti, huh!" Minho mencebikkan bibirnya dan melipat kedua tangannya di depan dada dan membiarkan keheningan menyelimuti dua insan itu kembali.

Dalam kesunyian itu, Minho hanya terdiam memandangi punggung kokoh Chan. Kenapa punggungnya saja begitu tampan sih? Heran, Minho tuh.

——


Suara decitan kursi samar terdengar. Chan berusaha bangun dengan pelan agar tak membangunkan kucing kecilnya. Tangannya lantas menarik helaian selimut yang hampir terjatuh dan menyelimutkannya sampai hampir ke leher dan menutupi tubuh mungil temannya itu. Tangannya perlahan mengusak surai kecoklatan lembut itu dengan perlahan.

Kepalanya didekatkan ke milik pemuda yang tertidur lelap itu, "Gue ke kelas dulu ya, nanti gue jemput." bisiknya perlahan. Ditatapnya sejenak wajah indah itu. Lalu ...

Cup.

"Mimpi indah Ino."

Hai!Selamat, buat yang masih betah baca sampai ketiga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai!
Selamat, buat yang masih betah baca sampai ketiga.

- Lif

Now You Know | BanginhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang