01. Bertemu Kembali.

3.4K 154 0
                                    

29 Desember 2020

Alexia School.

Dari namanya saja orang-orang pun sudah tau bahwa sekolah tersebut termasuk sekolah yang elit.

Alexia adalah salah satu sekolah swasta di kota kembang Bandung yang banyak dikagumi dan  diincar oleh orang-orang diluar sana. Namun tak gampang masuk sekolah yang satu ini. Mungkin bisa dibilang hanya orang-orang yang beruntung saja yang dapat menjadi  salah satu dari ribuan murid di dalamnya.

Anggia, si gadis berambut hitam itu adalah salah satunya. Gadis itu menyusuri lorong sekolah barunya.

Mengagumkan.

Itulah kata yang terlintas di benak Anggia saat menyusuri Alexia. Lantai yang bersih, pilar tinggi yang berada di mana-mana, dan tempat yang sangat luas.

Sepertinya Anggia harus berterima kasih kepada ibunya yang sudah memasukkan Anggia ke Alexia.

Langkah Anggia berhenti tepat di depan sebuah ruangan bertuliskan "Ruang Kepala Sekolah".

Tok tok tok

"Masuk, " perintah seseorang di dalam sana.

Anggia membuka ruangan tersebut. Ia tersenyum menyapa kepala sekolah yang juga sedang menatapnya. "Ada keperluan apa?" tanya Pa Gunawan.

"Permisi pak, saya murid baru pindahan dari Surabaya."

Pak Gunawan mengangguk. "Silahkan masuk."

*****

Ares Anggara. Murid lelaki dengan almamater yang berada di pundaknya dan baju yang jauh dari kata rapih. Kancing kemeja yang tak dipasang sehingga memperlihatkan kaos hitam yang berada di dalamnya.

Mau tau apa yang saat ini terdengar di telinga Ares?

"Ares gilaa makin hari makin jadi tuh gantengnya."

"Woy anjir produk Anggara emang gak pernah gagal."

"Bunda Ratih anakmu ini semakin meresahkan."

"Gue pelet juga tu orang lama-lama."

Ares mengedikkan bahunya acuh. Tak peduli akan pekikan-pekikan tersebut. Langkahnya membawa Ares masuk ke dalam kelas XI IPA 1.

Ares menghampiri ketiga temannya yang sudah datang terlebih dahulu sebelum dirinya.

"Rel tangkep!" teriak Ares lalu melemparkan tasnya kepada Darel, teman sebangkunya.

Bruk

Tas Ares tertangkap dengan baik oleh Darel. "Santai anjing. Untung ketangkep, " omel Darel.

Ares terkekeh dan tanpa berdosanya lelaki itu duduk lalu memasang earphonenya.

"Bangunin kalo ada guru. Gue ngantuk, " ujar Ares enteng tanpa bersalah sedikit pun, lalu ia menenggelamkan wajahnya diantara lipatan tangannya.

"Yee si dodol. Masih pagi ini anjir, " ujar Rio.

Namun tak ada tanggapan sama sekali dari Ares. Ketiga temannya hanya dapat menghembuskan nafas pelan  meligat tingkah Ares yang semakin hari semakin tidak ada otak.

"Dah biarin. Lanjut ngegame aja kita, " intrupsi Wisnu.

******

Pak Muh, sapaan bagi guru bahasa indonesia kelas XI IPA 1. Guru berkepala plontos blasteran arab itu sudah menjadi wali kelas XI IPA 1 selama 3 bulan terakhir.

Banyak tingkah absurd kelas tersebut yang membuat Pa Muh selalu mengusap dadanya penuh kesabaran.

"Adam Zulkarnaen"

"Hadir pak. "

"Aditya Sugandi. "

"Hadir pak. "

"Alika Putri Safira. "

"Hadir pak disini. "

"Ares Anggara. "

Tak ada sahutan dari manusia bernama Ares itu. Kelas hening. Darel selaku teman sebangku Ares berusaha membangunkan lelaki itu.

"Ares, " panggil Pa Muh sekali lagi.

"Res oy bangun setan, " bisik Darel.

"Argh berisik, " gumam Ares. Lelaki itu malah semakin menenggelamkan kepalanya.

"Bocah edan, " gumam Rio karena ia pun berusaha membangunkan Ares dengan menendang-nendang kaki Ares dari belakang.

"Kemana Ares? " tanya Pa Muh.

"Tunggu sebentar pak, " ujar Rio berusaha mengulur waktu.

"Bangun Ares tai, " ucap Wisnu pelan. Wisnu mulai kesal.

Tak ada pilihan lain. Darel menatap Ares yang masih tertidur pulas dengan tangan yang berkacak pinggang.

Seluruh atensi kelas pun tertuju kepada meja mereka berempat, menunggu aksi selanjutnya yang akan dilakukan ketiga lelaki itu untuk membangunkan Ares.

1

2

3

"ARGHH DAREL SETAN SAKIT ANJING! " teriak Ares spontan karena Darel yang mencubit pinggang Ares kuat-kuat.

Seluruh murid menahan tawanya. Mata Pa Muh sudah melotot dengan tangan yang berkacak pinggang menatap garang Ares.

"Gimana Ares Anggara? " tegur Pa Muh.

Tubuh Ares membeku. Dengan perlahan matanya menatap ke arah depan. Ares menyengir kaku.

"Mati gue, " gumam Ares.

"Hehe Pak Muh, " ujar Ares cengengesan.

Tok tok

"Permisi Pak Muh, " suara tersebut berhasil membuat seluruh mata  warga kelas XI IPA 1 tertuju ke arah pintu.

Bu Indira dengan seorang siswi di belakangnya masuk ke dalam kelas tersebut.

Mata Ares terbelalak. Begitu pun siswi tersebut.

Ares mengerjapkan matanya. Ia berharap ini bukan mimpi ataupun halusinasi. Ares menepuk-nepuk pipinya. "Anjir masih di alam mimpi gue."

"Ares bisa duduk dulu sebentar, " tegur Bu Indira.

Disisi lain Anggia menggigit bibirnya kuat-kuat.

Gila! Bagaimana bisa dari banyaknya sekolahan terkenal di Kota Bandung ia harus kembali satu sekolah dengan sosok di masa lalunya.

Bahkan satu kelas.

Dengan sosok mantan pacarnya.

"Ares. "

"Anggia. "

Jadi kali ini Anggia harus berterima kasih kepada ibunya atau tidak?

******

To Be Continued

EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang