Readers POV.
"Jadi, lakukan persamaan ini...."
Bla bla bla. Ada banyak pelajaran ribet dikelas satu. Tak banyak hal yang cukup menyenangkan selama seminggu ini. Aku juga sudah hapal letak ruangan-ruangan disekolah ini. Sekolah ini tidak terlalu sulit untuk dihapal, baguslah.
Kriing. Suara bel pulang terdengar nyaring hingga membuat kantukku hilang seketika.
Aku terus berjalan keluar dengan menenteng barang-barangku. Aku terus berjalan tanpa sadar sampai dipintu ganda menuju gedung olahraga sebelah. Suara decitan kaki berbalut sepatu terdengar cukup nyaring. Suara-suara keras seperti benturan juga sering terdengar.
Aku berjalan masuk kedalam gedung olahraga. Kakinya memanjat menuju lantai dua. Orang-orang yang fokus pada permainan tidak tahu ada satu perempuan yang menyusup dan menonton mereka diam-diam.
"Jeruk kecil, yang semangat ya." bisikku pelan agar tidak ketahuan oleh yang lainnya.
Aku meletakkan tasku dilantai dan melihat permainan tiga lawan tiga mereka. Tidak ada yang menarik, hanya beberapa pukulan kencang dari si botak dari kelas dua. Setter KitaIchi itu terlihat seperti tidak mau memainkan jeruk kecil.
Jeruk kecil itu berlari dari satu sisi lapangan menuju sisi lapangan lainnya, meninggalkan blocker kelas tiga dan blocker kelas satu. Dari tempatku berdiri menopang dagu, aku bisa melihat betapa cepatnya operan setter bermata tajam itu. Bola operan itu berhasil dipukul oleh jeruk kecil hingga menghantam lantai dan terbang menuju arahku.
Aku langsung menangkapnya dengan kedua tangan dan menatap kearah orang-orang itu. Aku bisa melihat beberapa diantara mereka yang sepertinya terkejut antara terkejut melihat serangan aneh super cepat milik jeruk kecil atau terkejut melihat keberadaanku.
Seorang laki-laki berambut pirang berkaca mata menatapku menelisik. "Kau dari kelas sebelah, bukan?"
Aku mengerjapkan mataku mendengar suaranya yang terdengar malas. "Ah.... Iya."
"Kenapa kau bisa ada disana?"
"Memanjat."
"Ha?"
"..." diam. Aku kembali berkata, "Aku memanjat tangganya."
"Aku tidak mendengar suara langkah kaki masuk tadi." ucap kakak kelas tiga beruban.
Beberapa orang mengangguk membenarkan ucapan kakak kelas itu. "Benar, aku tidak mendengar langkah kaki tadi." ucap si botak.
Duh, aku harus jawab apa yah?
"Mungkin kalian tidak mendengarnya karena kalian terlalu fokus?"
Si setter bermata tajam itu terlihat mengerjapkan matanya cepat. Kuharap dia tidak bisa mengendus kebohonganku. Aku melemparkan bola voli ditanganku kearah orang berambut hijau tua dengan bintik-bintik diwajahnya.
Mereka kembali diam setelah aku melempar bola voli.
"Kau manusia kan?" kali ini jeruk kecil yang bertanya. Mereka semua berlari berkumpul ditengah-tengah. Mereka berpegangan pada satu orang kakak kelas berambut hitam.
"Ka-kau benar-benar manusiakan?" tanya sirambut hijau tua.
Oke, sepertinya mereka masih tidak yakin aku ini manusia asli. Aku putuskan untuk turun dengan barang-barangku dan berjalan mendekati gerombolan itu.
"Kalian benar-benar tidak percaya kalau aku manusia?"
Aku berkacak pinggang melihat situasi ini. Apa mereka bodoh? Aku jelas-jelas punya bayangan, lho.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haikyuu!! x Readers [Festival Of Heart]
Fanfiction"Hinata semangat! Kalau kau kalah nanti, kau harus mentraktirku yakiniku selama sebulan penuh! Yang lain juga gitu loh ya!" Keringat dan tubuh yang tadinya panas seketika menggigil kedinginan mengingat nafsu makan wakil manajer mereka yang baru saja...