Johnny menekan beberapa digit nomor sandi yang berada didepan pintu sebelum pintu itu terbuka, dan menampakkan seorang wanita dengan bathrobe putih yang tengah menggigit sepotong sandwich digenggamannya
"Hei, kau teman Jeff? Kurasa dia tak punya teman."
"Kau siapa? Sedang apa kau disini?" Johnny bersidekap sembari menyandarkan punggungnya pada dinding, mengamati gadis dengan rambut ash purple yang tampak menikmati sarapan paginya itu "Kenapa Jaehyun memberikanmu akses kemari? Apartemen ini memiliki akses terbatas, Nona. Asal kau tau."
"Oh benarkah? Aku hanya bersenang-senang dengannya semalam, oh tidak benar-benar senang karena dia meninggalkanku di ronde kedua." Gadis itu merotasikan bola matanya, tampak kesal
Johnny mengernyitkan dahinya dalam "Apa yang sedang kau bicarakan?"
Sebelum gadis itu, Ester, menjawab lebih jauh, terlebih dahulu Jaehyun masuk dan mendapati Johnny serta Ester yang tampak kesal "Kenapa ramai sekali disini?"
"Kau memasukkan sembarang orang kemari, Tuan?" Johnny menatap Jaehyun penuh selidik
"Ester kemari tanpa kuperintah. Dia bilang akan pergi setelah aku memenuhi keinginannya. Kenapa kau masih disini?" pernyataan itu berubah pertanyaan pada Ester yang kini mengendikkan bahunya "Oh Ester kumohon, jangan membuat situasinya makin sulit."
"Nona jika gadis itu tau kau ada disini maka misinya akan gagal!"
"Oh bagus karena kebetulan gadis itu melihatku kemarin, bukan begitu Jeff?" Ester melanjutkan sandwichnya
Jaehyun mengacak surainya kasar ketika Johnny menatapnya dengan tatapan nyalang
"Jika kau masih membawa gadis lain kedalam apartemenmu, maka kita lihat saja apa yang akan terjadi, Tuan Jung Jaehyun." Sembari berkata demikian, Johnny meninggalkan apartemen Jaehyun dengan tatapan nyalang
Dalam sepersekian detik setelah suara pintu ditutup dengan keras, Jaehyun mengamati Ester yang mengendikkan bahunya sembari menikmati sandwichnya yang tersisa potongan terakhir "Ester kumohon." Pinta Jaehyun dengan wajah memohon
"Oke.. Oke Jeff. Jika kau memasang wajah seperti itu tak ada lagi yang bisa kulakukan."
Gadis itu melepas bathrobenya didapur, menanggalkan benda itu diatas kursi meja makan sedang dirinya hanya dibalut celana dalam tipis, berjalan menuju kamar. Ia meraih bra miliknya, mengenakan benda itu sebelum mengenakan pakaiannya, membiarkan rambut ash purplenya yang setengah basah tergerai, kemudian meraih tasnya
"Aku janji akan meluangkan banyak waktu denganmu jika misi ini selesai.."
"Aku akan menunggu, Jeff." Gadis itu mengecup pipi kanan Jaehyun sebelum akhirnya meninggalkan laki-laki itu sendirian didalam apartemennya
Jaehyun meraih bathrobe putihnya, menggantung benda itu sebelum berpindah menuju kamarnya yang berantakan. Kondom berserakan, selimut yang telah berpindah menuju lantai beserta beberapa bantal dan gulingnya, sedang sprainya yang kusut harus ia singkirkan dan menggantinya dengan yang baru
Usai dengan pekerjaan membereskan kekacauan yang ia dan Ester lakukan, Jaehyun mengambil duduk diatas lantai sembari menyandarkan punggungnya pada kasur. Baginya Ester hanyalah teman yang harus ia apresiasi karena banyak membantunya melalui masa-masa sulit, tapi ia tak menyangka bahwa Ester akan menjadi sejauh ini
Ia tak menyukai Ester
Bukan karena gadis itu tak cantik atau kurang baik, tapi karena ia tak bisa menafsirkan apa itu menyukai seseorang. Bagaimana menyukai seseorang ia tak tau. Yang ia tau hanyalah dirinya adalah mesin penghasil uang
Jaehyun menatap lurus kearah kalender yang hanya berisi 62 lembar tanggal mulai dari hari pertama dirinya memulai misi hingga hari terakhir dari misinya. Tersisa 52 hari dan ia belum menemukan cara supaya Taera menyukainya, ia pun tak tau bagaimana cara berpura-pura tengah menyukai seseorang
Setelah lamunan panjangnya, ia baru menyadari bahwa ini sudah lewat jam 8 yang artinya ia akan terlambat menuju yayasan. Sejurus kemudian dirinya bergegas untuk mandi dan mengganti pakaiannya dengan kemeja biru langit serta celana putih yang cocok dengan kulitnya yang seputih patin. Ia merapikan rambutnya asal sebelum berlari menuju lift dan mengendarai mobilnya di basement
Laki-laki itu memarkir mobilnya di basement, kemudian bergegas masuk kedalam ruangannya yang agaknya masih sepi, hanya Rose yang berada didalam sana, sibuk dengan laptopnya "Pagi Jung. Kenapa kau datang sepagi ini?"
Ia melirik kearah arlojinya, sekarang pukul sepuluh lewat tiga menit, harusnya ia terlambat satu jam
"Ini hari jumat, tak ada apapun yang harus dilakukan di hari jumat kecuali bersantai. Oh maaf aku lupa mengatakannya padamu."
Mendengar pernyataan Rose, Jaehyun menghela napasnya lega, ia kemudian memilih untuk mengambil duduk dibalik komputer di mejanya, mengamati Rose yang masih berkutat dengan pekerjaannya "Ngomong-ngomong.."
"Ya, Jung. Bicaralah.."
"Apa hubungan antara Taeyong dan Taera?"
Pertanyaan yang dilontarkan Jaehyun justru membuat Rose menghentikan pekerjaannya, kemudian menyemburkan tawanya keras-keras sembari memukul-mukul meja kerjanya, menyeka air mata diujung matanya "Maaf, Jung tapi pertanyaanmu membuatku terhibur. Jujur saja jika kau menyukai Lee Taera, kau tak perlu mengkhawatirkan Taeyong karena pacarnya dimana-mana. Lee Taeyong."
"Apa maksudmu?"
"Taeyong hanyalah teman baik Taera. Tapi jika kau bertanya apakah Taeyong menyukai Taera, jawabannya adalah bisa jadi. Karena tak ada yang bisa menolak pesona Lee Taera, kau tau. Bahkan anak pemilik yayasan pernah menyukai Taera." Rose menjelaskan panjang lebar "Taera gadis yang baik, mandiri dan sering terluka. Kau tau seperti kemarin ketika ia babak belur, sesungguhnya satu-satunya orang yang mampu membuatnya mengalami hal itu adalah ibunya sendiri."
"Ibunya?"
"Ya, kudengar kakak laki-laki dan ayahnya meninggal ketika menjemput Taera dalam sebuah festival musik dan ibunya mengalami dimensia, ibunya selalu mengutukinya ketika ia tersadar bahwa Taera adalah alasan mengapa kakak dan ayahnya meninggal, kemudian ibunya akan melakukan hal itu padanya, kau tau, menganiaya Taera."
Jaehyun terdiam cukup lama, membayangkan betapa menyakitkan gadis itu untuk sekedar menemui ibunya
"Kurasa ia tak akan memikirkan perihal cinta atau semacamnya karena ya kau tau, ia merasa tak pantas untuk itu." Rose mengendikkan bahunya "Ngomong-ngomong apa kau menyukai Taera?"
Rose mengangkat kedua alisnya berkali-kali, menggoda Jaehyun "Kau bicara apa. Taera adalah tetangga apartemenku."
"Ah begitu rupanya.." gadis itu mengangguk "Ah Jaehyun aku lupa mengatakannya padamu, tanggal 12 bulan ini kita akan pergi ke Guryeong itu artinya kurang lima hari lagi, untuk membagikan bingkisan setelah itu tanggal 17 kita akan pergi ke Jeju untuk liburan." Rose merapatkan kedua tangannya, menopangnya pada dagu dengan sorot mata berbinar
"Semua orang di yayasan ikut?"
"Yap benar sekali, pergi berlibur memang menjadi agenda tahunan yayasan. Pastikan untuk ikut, Oke?"
Tanpa menunggu jawaban dari Jaehyun, Rose lantas melanjutkan pekerjaanya, sedangkan laki-laki itu hanya bisa memikirkan hal tentang Taera yang diungkap oleh Rose baru saja, ketika gadis itu berlalu untuk keluar ruangan meninggalkan Jaehyun sendirian didalamnya, ia berjalan menuju meja milik Taera yang berada tepat disamping meja miliknya, menjatuhkan tubuhnya diatas kursi milik Taera, mengamati seluruh benda yang berada di meja kerjanya
Hanya ada satu benda yang menarik perhatian Jaehyun, yaitu sebuah bingkai foto dengan Lee Taera, seorang anak laki-laki yang berusia beberapa tahun diatasnya, serta ibu dan ayahnya yang tersenyum. Jaehyun mengusap wajah Taera dalam foto itu, gadis ikal itu tersenyum lebar, kini sesuatu dalam hatinya bak diremat kuat-kuat, baik dirinya maupun Taera sama-sama tak memiliki kehidupan yang baik
Kemudian membunuhnya, adalah sebuah hal yang agaknya akan membuat kehidupan gadis itu jauh lebih menyedihkan
Harusnya ia tak boleh bimbang, ia tak pernah merasa seperti ini sepanjang hidupnya, lebih tepatnya sepanjang misi yang ia jalankan.
Ia harusnya tak berbelas kasihan pada targetnya, namun ia justru melunak karena Taera
![](https://img.wattpad.com/cover/230534655-288-k21883.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
62 Days Challenge
Mystery / Thriller[𝐍𝐂𝐓 𝐉𝐚𝐞𝐡𝐲𝐮𝐧] hidupnya tidak pernah mudah sejak ia kehilangan semua yang ia miliki, harta keluarga karir semua lenyap tak bersisa, berbekal kemampuan dan wajah rupawan, ia memutuskan untuk bekerja melayani client, apapun yang clientnya min...