0.3 : Rambut Pirang!

31 3 21
                                    

•••

BRUK

Lagi lagi jidatku yang kena.

"JALAN LIAT LIAT DONG!", aku terkejut kita berteriak bersamaan. Seisi restoran memperhatikan kami. Namun aku tak peduli itu.

Aku memegang kursi sebelahku. Dia juga mengikutiku.

"Ini kursi gw ngapain lo disini",ucap lelaki berambut pirang panjang, tatapan devil tapi menggemaskan dengan mata bulatnya, ditambah jaket ungu membuatnya lebih imut, ah GAK GAK

"Eeh apa apaan! Jelas jelas gw duluan yang disini!", bentakku tak terima

"Ga ga ada! Ni punya gw",ucapnya lagi tak mau kalah.

Mau bagaimana lagi, karena hanya sepasang kursi itu saja yang kosong. Ditambah antrian juga panjang. Masa iya mau lesehan di tengah jalan? Ga mungkin lah.

Aku tarik tarikan kursi dengannya sampai pelayan restoran melerai kita.

Seseorang teman cowo koplak itu datang lalu membujuk temannya yang tetap kekeh untuk mendapatkan tempat duduk ini. Lalu temannya memberi saran agar dia dan dan aku duduk di kursi yang tersisa sedangkan dia sendiri berdiri.

Aku terpaksa duduk dan asik dengan ponselku sendiri sambil mendengar musik dengan earphoneku.

Tiba- tiba cowo rambut panjang tadi berdiri lalu pergi ke arah kamar mandi dan temannya yang duduk di depanku.

"Hai, aku Hoshi. Maafkan temanku tadi ya. Dia memang sedang sensi sekarang", ucapnya

Karena aku memakai suara dia tidak begitu jelas. Aku melepaskan earphone ditelingaku.

"Um maaf kau bilang apa tadi?",tanyaku dan dengan sabar dia mengulang kalimat yang dia ucapkan tadi

"Aku Hoshi, Maafkan temanku tadi ya. Dia hari ini sedang sensitif", ulangnya,

"Cewe kali, mana ada cowo mood moodan begitu",batinku

"Namamu siapa?", tanyanya lagi yang engganku jawab.

Tapi karena hari ini aku sedang berbaik hati jadiku jawab, "Jeona"

"Namamu sama dengan nama temanku", dia tersenyum. Saat tersenyum dia terlihat tampan.

"Kau mau pesan apa? Biar sekalian", tawarnya

"Makasih. Aku bisa sendiri", aku memasang earphoneku kembali.

Suasana pun penuh kecanggungan.

"Jeonghaaan! Lu mau pesen apaan?", tanya hoshi pada cowo rambut pirang.

"Ooh jeonghan. Namanya kopas jeon jeon. Lama amat dia di kamar mandi", aku ngebatin lagi.

"Kek biasa",ucapnya lalu kembali duduk di depanku saat hoshi berdiri.

Mata kami bertemu dan aku langsung mengalihkan untuk melihat jalanan. Kebetulan tempat yang kita rebutkan di dalam ruangan tepat sebelah kiri adalah kaca.

Hening..

Aku melihat antrian yang sudah mulai sepi. Lalu aku berdiri menuju antrian itu. Dia terlihat masih duduk mengamati kendaraan yang berlalu lalang.

"Paket 2"
"Oke ka"

Akhirnya aku bisa pulang. Belum jauh dari restoran tiba- tiba hujan lebat. Mau tidak mau aku kembali ke restoran tadi dan berencana menghubungi siapapun yang pertama terlintas.

Saat ingin menelpon terdengar guntur, omo ga bisa telpon.

Hujan semakin lebat, guntur yang terus menggelegar ditambah angin berhembus membuatku kedinginan. Tak kuduga ini terjadi, benar kata Jun rese itu, "kamu tu kalo jalan keluar apalagi malem pake baju celana yang panjang. Kalo males pake baju panjang tinggal make hoodie aja". Kalau Jun ada disini sekarang pasti udah ceramah sambil menertawaiku.

Double Date! [Cast Seventeen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang