58: Namaku Air

229 25 19
                                    

"Lah, masih sepaket kalian berdua? Si 'komplit'nya mana?"

Apa yang harus ku jawab? Akupun tidak tau.

"Tidak tau, Pak."

"Katanya kalian sudah menjenguknya. Seharusnya hari ini Blaze datang sekolah, right anak-anak?"

Sungguh, aku beneran tidak tau.

Papa Zola menggeleng-gelengkan kepalanya. Terlihat berpikir. "Jiwa mudaku yang satu itu memang berbakat. Haruskah jiwa dewasa ini menjemputnya?"

Silahkan, Pak. Silahkan.

Si Hali pergi!

"Pak, saya ke toilet dulu. Permisi." Akupun harus kabur. Pusing juga ditanya-tanya begini hampir di tiap harinya oleh orang yang berbeda. Orang tuanya Blaze saja aku bukan.

"Wahai jiwa muda pertama! Berikan jiwa muda dewasa ini alamat jiwa muda kedua!"

KEPALAKU!!!

"Iya, Pak. Sebentar saya kirimkan."

"Baiklah kalau begitu. Bapak pergi kencan dulu dengan guru BK mu. Bye-bye!"

Aku cuma bisa tersenyum. Hm.

Ada kalanya seseorang benar-benar merasa lelah. Dan sekarang aku akui kalau aku sedang lelah.

"Kak Gempa! Permisi kak, itu..  Em, apa boleh aku ganggu waktu kakak sebentar?"

"Eh?"

"Perkenalkan kak, aku Tea. Murid baru. Aku mau minta tolong untuk diperkenalkan tentang lingkungan sekolah ini.."

"Itu.. Kata guru BK gitu soalnya."

Tak apa. Aku kuat. Hanya memperkenalkan, kan?

Namaku Air. Dan aku melihat Air didepan sana.

Salah.

Namaku Gempa. Sejak kapan aku hakikah untuk kedua kalinya?

Tbc--

[Sstttt---] (BoBoiBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang