CHAPTER 20

1.4K 162 47
                                    

Ketika aku pikir akan berterimakasih saat kau berkata akan menyerah.

Ketika aku pikir kini sudah saatnya membuka perasaanku untuk orang lain sebagai penggantimu.

Tapi. Aku seperti goyah.

Nyatanya, bukan kepergianmu yang aku inginkan.

~ Bae Suzy..


Ini terhitung satu minggu pasca kecelakaan yang menimpa Lee Min Ho, Suzy mulai di serang kecemasan yang kian nyata setelah sejauh ini Dokter belum juga menyampaikan kabar baik apapun mengenai kondisi Min Ho, tiga hari lalu Dokter melakukan operasi yang mereka katakan untuk menghentikan pembengkakan yang terjadi pada jaringan otak pria itu.

Meski kemudian para Dokter memberi tahu bahwa memang cedera serius berada di bagian kepala, hingga mereka harus berhati-hati agar tidak menambah buruk kondisi pria itu.

Disinilah Suzy duduk, di sebuah ruangan ICU yang selama satu minggu belakangan menjadi kamar kedua Min Ho, entah berapa kali tuan Lee meminta Suzy untuk setidaknya pulang dan mempercayakan Min Ho pada pihak rumah sakit, wanita itu selalu menolak dengan alasan ia ikut bertanggung jawab atas apa yang terjadi dengan Min Ho, atau memang Suzy merasa enggan berada jauh dari pria itu di karenakan perasaan yang sejauh ini membuatnya tidak dapat tidur nyenyak.

Ketakutan besar menyerang Suzy setiap kali ia akan memejamkan matanya, terlebih saat mengingat keadaan Min Ho yang bisa membuatnya berpikir hal buruk semacam sebuah kematian, Suzy takut saat ia membuka mata ia hanya bisa menemukan ranjang pria itu dalam kedaan kosong, bagaimanapun apa yang kini menimpa Min Ho melibatkan dirinya hingga Suzy merasa pantas untuk ikut mengambil peran dalam merawat Min Ho, pria yang kini berbaring tidak lagi seperti dirinya, bukan lagi Lee Min Ho yang kerap kali membuat Suzy saat memasang wajah jahil dengan tatapan menuntutnya di hadapan Suzy, melainkan tubuh terbaring di atas ranjang runah sakit di antara selang-selang bantuan yang di berikan para Dokter untuknya, Suzy tidak pernah melihat kondisi Min Ho seburuk ini selama lebih dari 8 tahun ia mengenal pria itu, dan inilah yang membuat Suzy di seimuti rasa takut entah sejak kapan setiap kali menatap mata terpejam Min Ho, takut kalau-kalau mata itu takan pernah terbuka lagi.

"Bangunlah, aku akan semakin membencimu jika kau terus seperti ini... setidaknya kau harus menuntut sesuatu padaku Min Ho-ya, aku akan mendengarkanmu, kumohon bangunlah."

Suzy menggapai tangan Min Ho yang terbebas dari jarum infus, menggenggam nya setelah sekian lama hal ini tidak pernah ia lakukan dengan penuh kecemasan.

"Suzy." Mata Suzy yang tadi tertutup itu kemudian terbuka, berharap Min Ho yang memanggilnya meski mata pria itu masih tertutup rapat, hingga suara langkah kaki berasal dari belakang Suzy membuatnya menoleh.

"..Oppa?" Seokjin tersenyum tipis, ia masih bisa melihat jejak air mata Suzy di pipi putih wanita itu.

"Aku tau dari Appa-mu, maaf.. aku tidak memikirkan hal seperti ini akan terjadi, aku tidak menyangka kalau Park Do Yon bisa senekat ini."

"Ya.. harusnya aku juga menyalahkanmu, kalian terlalu gegabah.."

"Tapi kau tenang saja, polisi sudah mengetahui dimana keberadaan pria itu bahkan orang suruhannya sudah di tangkap malam tadi." Kabar itu seharusnya melegkan Suzy, sesuatu ynag begitu di inginkan Suzy memang terwujud, melihat Park Do Yon di penjara di sisa hari tuanya, tapi, tidak dengan mengorbankan Min Ho macam ini.

PRICELESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang