[Jungri] Eight Letters

260 35 4
                                    

Aku di bawah.

Setelah membaca pesan di ponselnya, Yerim segera keluar dari kamar kemudian mengenakan jaketnya asal dan menuju ke luar apartemennya. Apartemen Yerim sepi. Sepertinya para member berada di kamar masing-masing atau keluar untuk urusan pribadi mereka.

Tidak biasanya Jungkook datang ke apartemennya. Sejak berita kencannya dengan Jungkook keluar—yang tentu saja itu karena media play terkutuk yang dibuat oleh agensi Jeon Jungkook dan sialnya agensi Yerim menyetujuinya—terhitung hanya beberapa kali Jungkook ke apartemennya. Selain karena tidak ingin privasi mereka terganggu, Jeon Jungkook juga bukan orang yang terlalu baik sampai mau mengantar Yerim terus-terusan sampai ke apartemennya.

Selama ini saat mereka keluar berdua, Yerim justru dijadikan tameng untuk menutupi rahasia Jungkook yang sebenarnya. Yerim tentu saja tidak terima, namun Yerim tidak bisa berbuat apa-apa. Semua karena media play yang mengharuskannya berakting sebagai kekasih member termuda dari boy group yang merajai industri musik dunia itu.

Yerim langsung membuka pintu mobil dan duduk di sebelah kemudi.

"Ada apa? Tumben kemari malam-malam begini" ucap Yerim membuka percakapan.

Jungkook tidak menjawab. Ia lalu menyalakan mesin mobil dan bersiap pergi.

"Hei, kita mau kemana? Ya ampun, kukira kau hanya akan mampir saja. Kau tidak lihat pakaianku?" Yerim berucap dengan nada panik. Dia tidak bisa membayangkan akan mengikuti Jungkook yang berkencan sementara dia sendiri akan terlihat menyedihkan dengan pakaian seadanya.

"Nanti saja protesnya. Lagipula aku bukan pergi berkencan" balas Jungkook tanpa melihat ke arah Yerim. Gadis itu kemudian melongo.

"Maksudnya?"

"Hanya ada kita berdua" akhirnya Jungkook menoleh dan tiba-tiba saja Yerim merasa aneh dengan tatapan Jungkook kepadanya.

Setelah itu Yerim terdiam sampai akhirnya mereka sampai di tempat yang dituju. Sungai Han.

ooOoo

Yerim suka tempat ini. Tenang. Kebetulan Yerim juga sedang suntuk. Diam-diam ia berterima kasih pada Jungkook yang menawarinya tumpangan gratis ke tempat ini.

"Kau tidak bawa apa gitu? Masa jauh-jauh ke sini tidak bawa makanan dan minuman?"

"Kalau yang kau maksud adalah bir atau soju, aku memang sengaja tidak membelinya. Aku tidak ingin besok kita masuk headline karena aku mabuk sambil mengemudi lalu kita kecelakaan. Aku masih sayang nyawaku dan reputasiku tentu saja."

Yerim merengut kesal. Ya, maksudnya bukan itu juga meskipun Yerim suka dua minuman itu. Minimal cola kek, snack kek atau apalah yang bisa mengganjal perut. Kalau hanya berdua di tempat seperti ini dan makan angin, bisa-bisa besok Yerim masuk angin. Untung saja Yerim bawa jaket. Itu juga jaket pinjaman dari Jungkook. Karena belum dicuci, jadi Yerim pakai saja karena mengira tadi hanya bertemu Jungkook sebentar.

"Ehm, ngomong-ngomong kenapa kemari? Tidak biasanya" ucap Yerim kemudian.

"Mungkin malam ini adalah terakhir kalinya kita seperti ini. Mulai besok, semua akan kembali seperti semula."

Yerim mengerutkan kening. Tidak paham dengan maksud Jungkook. Yerim menoleh ke arah Jungkook yang masih fokus menatap langit malam Seoul.

"Kalau maksudmu ini soal media play, berarti—"

"Ya, ini akan segera berakhir."

"Kau akan mengumumkan kencanmu di publik?" Yerim mengutuk dirinya sendiri karena bertanya tanpa berpikir dulu.

Bangtanvelvet Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang