Sinar matahari yang menyeruak masuk lewat jendela kamar Seokjin membuatnya terbangun dalam keadaan pusing luar biasa. Dia tidak ingat siapa yang membawanya kemari. Tapi, Seokjin tahu tidak ada orang yang akan membawanya ke apartemennya kecuali satu orang, yakni sahabat sekaligus asisten pribadinya, Min Yoongi.
Seokjin menyipitkan matanya karena silau kemudian menggerutu karena seseorang yang sudah membangunkannya dengan sangat tidak sopan. Kalau Min Yoongi bukan sahabatnya, Seokjin pasti akan membunuh siapa saja yang membangunkannya pagi ini.
“Sampai kapan kau akan seperti ini, hyung? Joohyun ssi tidak akan pernah kembali padamu bahkan jika tahu kau hidup berantakan seperti ini. Bangunlah! Aku sudah memasak sarapan untukmu. Kau ada meeting sejam lagi. Cepat redakan mabukmu dan bersiaplah ke kantor” ucap Min Yoongi yang sudah selesai membuka tirai jendela kamar Seokjin kemudian ia membuka pintu kamar Seokjin dan keluar dari sana.
Bae Joohyun. Seokjin membenci nama itu. Tapi, bodohnya dia tidak pernah bisa melupakannya bahkan sedetik pun. Seokjin tidak tahu sejak kapan ia membuat hidupnya berantakan. Mungkin sejak hari itu. Hari dimana Bae Joohyun meninggalkannya di hari pernikahan mereka.
Setelah itu, perempuan yang senantiasa mengisi hari-harinya sekaligus perempuan yang amat dicintainya menghilang seolah ditelan bumi. Seokjin tidak bisa menemukannya dimana pun. Sejak hari itu pula hidup seokjin berubah seratus delapan puluh derajat. Hidupnya berantakan.
Sejak hari itu Seokjin menghabiskan waktunya untuk bekerja seperti orang gila dan malam harinya ia akan menangis dalam keadaan mabuk sampai tidak sadarkan diri. Lalu hari berulang dan ia seperti itu lagi. Hal tersebut berulang hingga empat bulan lamanya. Semua orang sudah menyerah dengannya, kecuali satu orang. Min Yoongi. Selama empat bulan terakhir hanya Min Yoongi yang selalu ada di sisinya saat satu per satu orang-orang terdekatnya menyerah padanya. Tidak ada yang menyalahkan Joohyun karena Seokjin melarang semua orang melakukan itu. Seokjin yang mengatakan akan membunuh Bae Joohyun dengan tangannya sendiri jika ia menemukannya.
Kedua orang tuanya pun menyerah. Kedua adik Seokjin juga menyerah dengan sikap Seokjin yang keras kepala hingga akhirnya mereka menyerahkan semuanya pada Min Yoongi. Dan ajaibnya, Seokjin lebih mendengarkan Yoongi daripada keluarganya sendiri.
Seokjin memandangi pantulan dirinya di cermin dengan rambut berantakan, wajah lusuh dan pandangan yang samar-samar. Yoongi benar. Hanya ada satu kata untuknya saat ini. Berantakan.
“Seokjin, maafkan aku. Aku tidak bisa melakukan pernikahan ini. Hiduplah dengan baik. Terima kasih untuk semuanya.”
Kalimat itu masih menggema di dalam kepala Seokjin hingga detik ini. Apa pun yang Seokjin lakukan, ia tidak bisa menghapus kenangannya hari itu. Setelah semua yang ia lalui bersama Joohyun, wanita itu meninggalkannya begitu saja. Tanpa jejak. Tanpa penjelasan.
Seokjin bersumpah pada dirinya sendiri untuk menemukan Joohyun bahkan jika ia harus mengobrak-abrik semesta sekali pun. Setelah itu, mungkin Seokjin akan memilih mati karena sejujurnya Seokjin tidak sanggup hidup sehari saja tanpa Joohyun di sisinya.
“Seokjin hyung! Jangan lama-lama. Sup-mu sebentar lagi dingin. Jangan lupakan meeting-nya. Atau kau akan kehilangan apa yang sudah kau kejar selama ini!” suara Yoongi membuyarkan lamunan Seokjin dan menyadarkannya bahwa hari baru telah datang.
Sehari berlalu dan hari yang baru datang tanpa Joohyun. Entah kenapa rasanya masih sama. Hatinya masih sakit.
Pagi itu sama seperti pagi sebelum-sebelumnya. Seokjin mandi dalam keadaan terisak tanpa suara dan hati yang sesak, sama seperti hari saat Joohyun meninggalkannya.
ooOoo
“Semua bahannya sudah siap kan?” tanya Seokjin pada Yoongi saat mereka di dalam perjalanan menuju kantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangtanvelvet Short Stories
FanfictionKumpulan Short Stories Bangtanvelvet versi Secondaybreak. Ps. ini sudah diposting di akun nobeldechocho. Beberapa cerita repost. Semoga ke depannya ada yang baru hehehe cover made by Canva pics from @amyracle_