First Kiss Part 1

152 14 22
                                    

Bruummm ...!

Suara deru motor sayup-sayup masih terdengar, walaupun semakin menjauh. Karin menunggu sampai motor matic berwarna hitam sekaligus pemiliknya hilang dari pandangan, kemudian ia melangkah pelan ke dalam kosnya.

Kriieeekk ...!

Ia membuka pintu kamar, yang suaranya sudah tak semerdu suara jangkrik dimalam hari. Karin segera menghempaskan tubuhnya ke kasur yang dari tadi sudah menari-nari menawarkan kenyamanan kepada si empunya kamar.

Sambil rebahan di kasur, dia memandangi cermin yang menempel jadi satu dengan lemari satu-satunya di kamar itu.

Karin memandangi wajah cantiknya yang tergambar di cermin.

'Wahai cermin, siapakah gadis tercantik di kosan ini?'

Eits ..., tapi sekarang bukan itu yang ingin Karin tanyakan pada cermin.

Hehe ... emangnya cerita Cinderella? Eh bukan, putri tidur ya kalo nggak salah. Halaahh ... authornya suka ngarang, maaf rada-rada pikun.

Mata Karin terpaku pada bibirnya.
Ada apakah dengan bibirnya?

Sekilas sih, bibirnya baik-baik saja, nggak lecet, nggak ada sariawan. Semua baik-baik saja.

Tapi kenapa, oh kenapa, setiap kali dia memandangi bibirnya, jantungnya selalu ingin melompat keluar. Berdetak lebih kencang, seperti habis berlari keliling lapangan gedung rektorat di kampusnya.

Pelan-pelan, Karin mengingat kembali kejadian beberapa jam yang lalu.
Sesuatu yang mendebarkan, menyesakkan dan sekaligus menyisakan kekecewaan di hatinya.

Namun, dari semua rasa yang ada, hanya rasa kecewalah yang saat ini membelenggu hati dan jiwa Karin. Membuatnya ragu akan sosok Rico yang telah dikenalnya satu tahun yang lalu, dan sekarang sudah berstatus sebagai kekasih Karin dalam enam bulan terakhir ini.

Beberapa saat yang lalu, bibir mereka berdua bertemu, walau tanpa adanya unsur kesengajaan. Menimbulkan getaran yang maha dahsyat di hati Karin dan Rico.

Namun begitu, sepertinya Rico lebih bisa menguasai situasi dibandingkan dengan Karin. Semua tampak jelas di wajah Karin, pun begitu dengan bahasa tubuhnya. Karin terlihat shok. Wajahnya memerah. Matanya berkaca-kaca. Seluruh tubuhnya gemetaran, seperti habis melihat hantu.

Karin terlihat berusaha menjaga jarak dari Rico. Dan berusaha sekuat tenaga menyembunyikan segala rasa, tapi sepertinya semua itu sia-sia.

***

Aroma nasi hangat dan ayam goreng tercium memenuhi ruangan kamar Karin. Tapi gadis itu tak jua mencicipi hidangan makan malamnya. Nasi hangat, ayam goreng dan sambal lalapan favoritnya belum mampu untuk menggugah selera makan.

"Hei, tuh nasinya udah manggil-manggil! Tumben banget sih, jam segini belum lapar," kata Vina sambil menyenggol bahu Karin.

"Hemmm ... iya." Karin hanya menjawab pendek, seraya menyuap nasinya dengan sepotong kecil ayam goreng.

"Eh, tumben nih, sambelnya Bu Sumi pedes banget! Biasanya enak, nggak terlalu pedes." Vina berbicara sambil sibuk mengunyah makanan.

First Kiss (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang