Di akhir minggu ini, Karin sangat sibuk. Waktunya habis untuk mengerjakan tugas-tugas kampus, yang harus dikumpulkannya di akhir minggu. Karena hari senin, Karin sudah harus memulai kegiatan PKL-nya di luar kota. Ditambah lagi dia harus mengurus surat dispensasi, yang juga harus diserahkannya di hari Jum’at di akhir minggu ini.
Hari Sabtu sebelum berangkat, Karin dan anggota kelompoknya diminta Pak Hari, dosen pembimbing PKL mereka, untuk berkumpul dan diberikan pembekalan. Pembekalan yang diberikan adalah meliputi segala hal, yang harus mereka pelajari dan mereka catat data-datanya untuk bahan laporan PKL yang harus dibuat.
Dikarenakan kuliah di jurusan teknik, maka Karin dan teman-temannya diwajibkan menempuh kegiatan PKL (Praktek Kerja Lapangan). Karena itu adalah salah satu syarat, yang harus dipenuhi sebelum menempuh Tugas Akhir. Pihak kampus memberi kebebasan kepada para mahasiswanya untuk mencari dan menentukan sendiri lokasi PKL mereka.
Dan kali ini, Karin dan teman-temannya memilih untuk PKL di sebuah industri tekstil. Mereka memilih sebuah pabrik tekstil di kota Solo, karena di sana terdapat banyak pabrik-pabrik tekstil. Kebetulan, Satria juga mempunyai seorang saudara yang bekerja sebagai staff manajement di pabrik tekstil tersebut.
Mungkin karena itu juga, proposal PKL yang mereka ajukan langsung disetujui, dan mereka langsung diminta masuk pada hari Senin depan.
Berbagai kesibukannya di kampus, begitu menyita waktu dan pikiran Karin. Sehingga dia sedikit melupakan tentang masalahnya dengan Rico. Sampai hari ini pun, sudah lebih dari tiga hari, Karin dan Rico tidak saling berkomunikasi. Bahkan, hanya untuk saling mengirim pesan WhatsApp pun tidak.
Sampai tiba-tiba ….
Cling. Cling. Cling.
Ada pesan yang masuk di handphone Karin.
Karin yang baru saja selesai mencetak tugas-tugas kuliahnya di rental komputer di Koperasi Mahasiswa (KOPMA), membuka beberapa pesan WhatsApp dari Rico.
‘Karin. Bisa kita ketemu?’
‘Di food center kampus ya.’
Tulis Rico.‘Ok.’
Karin mengirim pesan balasan.Setelah membayar di kasir, Karin segera memasukkan lembaran-lembaran kertas, yang berisi tugas-tugas kampusnya ke dalam tas ransel. Kemudian, dia segera bergegas menuju food center untuk menemui Rico.
Sepanjang perjalanan, Karin sedikit bertanya-tanya, apa yang ingin dibicarakan oleh Rico, sehingga dia ingin mereka berdua bertemu. Sebenarnya, ada sedikit rasa malas untuk menemui Rico kali ini.
Terlintas bayangan perdebatan dan pertengkaran yang mungkin saja bisa kembali terjadi. Tapi tetap saja, semua harus dijelaskan dan diluruskan. Tak peduli, nanti hasilnya seperti apa.
Baik atau buruk, Karin harus siap menerimanya. Setidaknya, akan ada kejelasan tentang kelanjutan hubungan mereka, sebelum Karin meninggalkan kota ini selama satu bulan untuk kegiatan PKL.
*****
Rico lega membaca balasan pesan WhatsApp yang dikirimkannya pada Karin. Karin bersedia menemuinya di food center kampus, setelah berhari-hari tidak ada komunikasi diantara mereka berdua.
Rico memutuskan untuk meminta maaf pada Karin, atas kemarahannya tempo hari. Dia masih sangat mencintai Karin, dan tidak ingin gadis itu lepas begitu saja darinya. Apalagi Rico tahu, sekarang ada Satria yang selalu membayang-bayangi Karin dan siap menjadi saingannya.
Rico sudah sampai di food center kampus, dan segera melangkah mengambil tempat duduk di dekat teras, di sisi taman. Baru beberapa detik Rico duduk, tiba-tiba ponselnya bergetar, ada notifikasi panggilan di layar handphone-nya.
Sekilas, Rico melihat layar ponselnya. Meta memanggil.
“Tumben Meta telepon,” gumam Rico dalam hati.
Karena memang, sudah lama Rico dan Meta tidak pernah saling bertelepon. Tepatnya sejak satu tahun lalu, setelah Rico dan Meta putus, dia tidak pernah lagi menghubungi gadis itu.
Terakhir kali, Meta mengirimkan pesan beberapa minggu lalu. Mengomentari tentang unggahan foto Rico, yang sedang memakai cincin di jemarinya dan Karin. Itupun tidak dibalas oleh Rico.
Namun tiba-tiba, hari ini Meta menghubungi Rico lewat panggilan WhatsApp. Sejenak, Rico ragu untuk mengangkatnya. Tetapi akhirnya, ia menerima juga panggilan WhatsApp dari Meta.
“Iya Met, ada apa? Tumben telepon?” tanya Rico, menjawab panggilan Meta.
“Hai, Ric. Sekarang kamu lagi dimana?”
“Ada apa emangnya?”
“Udah … kamu dimana? Aku pengen ketemu sama kamu. Ada sesuatu yang penting yang mau aku omongin.”
“Ehmm … aku … aku lagi di food center kampus.” Ragu, Rico menjelaskan posisinya. Karena sebenarnya, Karin-lah yang sedang ia tunggu, bukan Meta. Rico khawatir, Karin akan melihatnya bersama Meta dan tejadi salah paham.
“Ok deh, aku ke sana. Tunggu ya, ini udah dekat kok,” kata Meta, sebelum mengakhiri panggilan WhatsApp-nya.
*****
Semoga suka
Ditunggu vote dan komennya
KAMU SEDANG MEMBACA
First Kiss (Sudah Terbit)
RomanceFollow dulu yuk, sebelum baca Follow juga IG@dwi_kurnia.wanti Selalu ada update info tentang novel First Kiss lho! Sudah terbit versi cetaknya Bisa dipesan melalui author *Free totebag cantik Nggak rugi deh, baca ceritanya! Karena novel ini pernah m...