First Kiss Part 9

43 21 106
                                    

Tring ….
Tring ….
Tring ….

Beberapa pesan WhatsApp masuk di Handphone Android Rico.
Rico menyentuh layar gawainya. Membuka beberapa pesan yang masuk.

Dari Tania.

Ada foto sepasang jemari yang sedang memakai cincin yang sama, hasil screen shoot dari instagram Rico. Dibawahnya ada pesan yang ditulis oleh pengirim yang bernama Tania.

‘Rico … tega banget sich, kamu. Seharusnya aku yang memakai cincin itu Ric.’
Disertai beberapa emoticon wajah sedih.

Rico lantas membuka lagi beberapa pesan yang baru saja masuk.
Foto yang sama dengan yang dikirim oleh Tania. Dibawahnya terdapat beberapa tulisan.

‘Whish U all the best 4 U Rico. Semoga kamu bahagia, walau pun ini menyakitkan untukku.’ Tertulis pengirimnya dari Metha.

Kembali Rico mengusap layar Handphone. Masih ada lagi pesan WhatsApp. Kali ini dari Feny. Dia mengirimkan foto yang sama dengan yang dikirim oleh Tania dan Metha. Tidak ada kata-kata yang tertulis dibawah foto, selain beberapa emoticon menangis.

“Hhhhh ...!” Rico menarik nafas panjang.

“Ternyata seheboh itu, gara-gara aku upload cincin yang kemarin. Ternyata,  mereka masih ada rasa padaku. Hmm … ternyata Rico masih diperhitungkan di dunia percintaan. Hehehe ...,” gumam Rico dalam hati.

***

“Ric, ngapain sich, kamu pakai acara up-load foto cincin yang kemarin di instagram? Semua orang jadi tahu kan.” Suara Karin terdengar dari sambungan telepon.

“Ya terus, emang kenapa, kalau semua orang tahu. Ya nggak pa-pa kan, emang kamu pacar aku, kok.”

“Ya tapi kan, nggak perlu publikasi seperti itu juga dong, Ric. Itu kan privasi. Seharusnya cukup aku dan kamu aja yang tahu.”

“Ya, menurutku, itu adalah hal yang membahagiakan buat aku. Jadi … ya … nggak pa-pa juga kan, aku membaginya di instagram. Biar jadi kenangan juga, bahwa tanggal sekian,  bulan sekian, tahun sekian, Rico telah mengikrarkan cintanya pada Karin. Dengan bukti sepasang cincin perak. Gitu.”

“Ah … Rico! Kita jadi bahan trending topik di kampus lho!”

“Ya nggak pa-pa, Karin. Biasa aja lah. Paling juga sehari dua hari ramenya. Setelah itu, pasti capek sendiri yang ngerumpiin kita. Iya kan?” ujar Rico.

“Iya juga sih …! Oh ya, lusa kamu ada waktu nggak?” tanya Karin.

“Ya, pasti ada lah, kalau buat Karin. Emang mau minta ditemenin kemana,  sayang?” Rico ganti melempar tanya.

“Ah … nggak usah pakai sayang-sayang, ih!” protes Karin.

“Lho, emang kenapa?” Rico terkekeh di ujung telepon.

“Ya … terdengar gimana gitu ….,” sanggah Karin.

“Hahaha ….” Rico tertawa semakin lebar.

“Lusa minta tolong, temenin ke perpustakaan kota, ya. Aku lagi butuh cari bahan untuk tugas kuliah. Bahan literaturnya di perpustakaan kampus cuma sedikit. Kata anak-anak, di perpustakaan kota buku-bukunya lebih banyak dan lebih komplit. Kali aja, di sana ada bahan yang lagi aku cari.”

“Ok … siap sayangku.” Rico kembali meledek.

“Tuh kan …, sayang-sayang lagi.”

“Hahahaha …!” Rico terbahak.

“Jangan ketawa, ih!”

“Iya-iya, maaf. Siap, Bu Bos. Saya siap mengantar kemana pun yang paduka kehendaki. Tapi ngomong-ngomong, upahnya apa nih?”

“Apaaaa …?” pekik Karin.

“Upaaahhh …,” kejar Rico.

“Upah apaan?”

“Ya … upah apaan, gitu. Biar yang nganterin lebih semangat. Cium pipi juga boleh … hehehe ….” Rico terkekeh.

“Apa?? Ngaco kamu …, Ric!” seru Karin.

“Lho …, beneran juga nggak pa-pa,  kok! Beneran ngarep, nih ...!” bujuk Rico.

“Ya udah …, ngarep aja terus … dasar halu …!”

“Ya ampun …, tega banget sih, dikau Karin. Membuatku terus berharap tanpa ada kepastian,” runtuk Rico.

“Woooeee … tambah ngaco aja sih,  kamu, Ric! Salah makan obat apa??” tukas Karin.

“Ayo dong, Karin ....” Rico masih mencoba membujuk.

“Ya udah, upahnya semangkuk mie ayam aja deh, ya,” tawar Karin.

“Halaahhh …!” sergah Rico.

“Udah, jangan protes!”

Tuuuttt …!
Tuuutttt …!
Tuuuttt …!

Sambungan telepon terputus.

“Halo … Karin … Karin …! Sialan, kok mendadak gitu sih, nutup teleponnya. Jahat banget, sih! Dasar Karin!” gerutu Rico, sambil masih mengamati layar handphone.

***

Tuh kan, ada yang lagi ngarep kaya Rico?

Boleh kok, ngarep ngekepin buku novelnya.
Yuk pesan langsung melalui author!
Ada free totebag cantik lho!

Yuk pesan langsung melalui author!Ada free totebag cantik lho!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
First Kiss (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang