First Kiss Part 2

61 17 33
                                    


Siang itu, sehabis kuliah, seperti biasa Rico menjemputnya di kampus. Hampir setiap hari, mereka berangkat dan pulang bersama. Sebenarnya, Karin tidak pernah mewajibkan Rico, untuk antar jemput ke kampus. Tapi, Rico yang memaksa, kan juga sekalian jalan. Begitu kata Rico. Iya sih, sekalian jalan, karena memang mereka satu kampus, walaupun beda fakultas.

Karin sudah mengenal Rico, sejak satu tahun yang lalu. Dan sudah enam bulan, mereka jalan bareng. Yah, bisa dibilang pacaran sih.

Emang beda ya, jalan bareng dengan pacaran?

Ya beda, lah! Ya sudahlah, author manut. Kan netizen maha benar. Hehe ... .

Terus ... kembali ke cerita Karin, ya.

"Jadi nih, ngopy file-nya?" tanya Rico.

"He'em," jawab Karin sambil menganggukkan kepalanya.

Mulut Karin sedang asyik mengulum permen lolipop kesukaannya.

"Makan dulu, yuk!" ajak Rico.

"Uhmm ... , dibungkus aja, ya. Makan di kosan. Sambil aku ngopy file," kata Karin sambil menyunggingkan senyum termanisnya.

Apalagi habis ngemut lolipop. Tambah maniiisss!

Masa??? Iya.

Kalau nggak percaya, boleh diemut lollipop-nya, pasti berasa manis. Hehehe ... .

Akhirnya, mi ayam menjadi pilihan mereka untuk makan siang. Dua bungkus mie ayam, dan dua bungkus es jeruk sudah berada di tangan Karin.

Motor matic Rico langsung meluncur menuju kosan-nya. Sepuluh menit kemudian, Karin sudah duduk lesehan di dalam ruangan berukuran 3x4 meter, dengan semangkuk mie ayam di hadapannya.

Karin sudah tidak sabar melahap mie ayamnya. Sementara Rico masih sibuk menyalakan laptop.

"Pakai flashdisk-ku aja, ya?" kata Rico sambil tangannya sibuk memegang mouse.

"Ehmm ... , njiak usyaah," jawab Karin dengan mulut yang masih penuh dengan mie ayam.

Rico menoleh sambil mencubit pipi Karin dengan gemas.

"Ditelan dulu tuh, mi ayamnya! Terus, flashdisk-nya mana, Bu Bos?" tanya Rico.

"Heemmm ... iya bentar." Karin sibuk memasukkan satu tangan ke dalam saku tasnya, sementara tangan yang lainnya sibuk menyedot es jeruk manis.

Karin mengulurkan flashdisk pada Rico. Lalu dengan cepat, Rico meraih benda kecil itu dari tangan Karin, dan menancapkannya ke slot USB laptop-nya. Scroll scroll beberapa saat, sampai akhirnya menemukan file yang dimaksud.

"Ini nih, file-nya. Coba dicek dulu, Bu Bos."

Karin hanya nyengir mendengar Rico kembali memanggilnya Bu Bos.

"Siap, Pak Bos. Meluncur ... ," kata Karin, sambil beringsut dan duduk di samping Rico.

Karin memegang mouse, ia mencoba memeriksa file yang telah dibuka dan terpampang di layar laptop. Tanpa sengaja, tangannya bersentuhan dengan tangan Rico. Sontak saja, itu membuat dada Karin berdetak lebih kencang.

Rico menyadari keterkejutan yang dirasakan Karin, lalu dengan segera merubah posisi duduknya, beringsut ke belakang Karin.

Karin menarik nafas lega. Mungkin wajahnya sudah memerah saat ini. Untungnya, Rico pengertian, dia segera menggeser duduknya, sebelum terjadi hal-hal yang diinginkan. Eh salah, hal-hal yang tidak diinginkan maksudnya.

Karin mulai sibuk membaca sederet tulisan yang terpampang di layar laptop. Sedetik kemudian, ia menyimpan file-nya di flashdisk, lalu segera mengambil flashdisk dari slot USB di laptop Rico. Dia tidak menyadari, bahwa Rico sudah tidak berada di belakangnya.

Rico sudah terlihat asyik menyantap mie ayamnya. Sedangkan Karin, baru saja beranjak dari duduknya, dan ... .

"Aduh!" pekik Karin.

Anting Karin tersangkut di cardigan rajutnya. Tangannya berusaha melepaskan anting yang tersangkut itu. Tapi sepertinya, semakin dia berusaha menariknya, si anting tidak juga mau lepas, melainkan semakin membuat telinga Karin tertarik dan rasanya sakit.

Rico menoleh melihat Karin yang kesakitan. Dia beranjak dari duduknya, dan berusaha membantu Karin melepaskan anting.

"Aduh ... , pelan-pelan ya...," kata Karin sambil menahan sakit.

"Iya ... iya ... , sabar. Ini juga sudah hampir lepas," ujar Rico sambil tangannya masih sibuk melepaskan anting yang tersangkut.

Karin merasa, saat ini wajah Rico begitu dekat dengan wajahnya. Napasnya yang hangat berhembus di pipi Karin. Membuat dada gadis itu berdenyut lebih keras dari biasanya.
Karin berharap, antingnya segera lepas dari cardigan.

"Udah belum?" tanya Karin.

"Iya nih, dikit lagi. Sabar ... !"

Karin yang tidak sabar, berusaha melihat kondisi antingnya. Dia pun menoleh ke arah Rico. Tapi tiba-tiba ... .

Cup!

Bibir Karin bersentuhan dengan bibir Rico. Untuk beberapa detik, bibir mereka bersatu. Karin hanya bisa mematung untuk sesaat. Dia merasa tubuhnya mendadak lemas. Jantungnya bergemuruh tiada henti.

Terlihat, bola mata Karin membulat karena terkejut. Sepasang mata Rico pun, kini terpaut pada netra gadis cantik di hadapannya.

Karin segera bergerak mundur, begitu dia menyadari apa yang terjadi. Gadis itu menunduk, lalu menelungkupkan wajah, pada dua kakinya yang ditekuk. Antingnya sudah bisa lepas. Tapi kejadian tadi, sangat membuat Karin terkejut.

Perasaan gadis itu campur aduk. Gugup, malu, marah, takut, semuanya berkecamuk menjadi satu. Membuatnya terdiam tanpa kata, untuk beberapa saat.

Rico mencoba mendekati Karin, dan menyadari bahwa apa yang baru saja terjadi telah membuat gadis itu menjadi tidak nyaman.

"Maaf. I-itu tadi ... tidak ... tidak sengaja," kata Rico dengan nada gugup. Rico sangat khawatir, kekasihnya akan marah.

Karin mengangkat wajahnya, ia menatap Rico sekilas. Terlihat wajah Karin memerah, dan matanya berkaca-kaca.

***

First Kiss (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang