Karin segera merebahkan tubuhnya di atas kasur kamar kosnya. Sedikit kenyamanan membalut tubuh Karin yang sejak tadi merasa penat.
Perlahan-lahan, ia menikmati kenyamanan dalam keheningan kamarnya. Mencoba menarik napas panjang, guna sedikit melepas kepenatan pada pikirannya.
Jiwanya masih dikuasai amarah dan rasa kecewa, yang disebabkan pertengkaran dengan Rico beberapa saat yang lalu. Masih terngiang jelas, semua kata-kata Rico yang menyakitkan, yang semakin membuat amarah dan kekecewaan terhadap kekasihnya semakin membuncah.
Karin tidak habis pikir, bagaimana Rico secepat itu berubah sikap? Belumlah lewat satu minggu, Rico bersikap sangat manis padanya, bahkan memberikan sebuah cincin sebagai tanda cinta, yang sempat membuat Karin begitu bahagia.
Hatinya berbunga-bunga dan seakan terbang ke awang-awang saking bahagianya. Rasanya, Karin belumlah ingin menjejakkan kakinya ke bumi, dan masih ingin menikmati setiap sisi hatinya yang dipenuhi harum wangi bunga-bunga cinta.
Tapi sekarang, semuanya telah berubah seratus delapan puluh derajat dalam waktu yang singkat. Bunga-bunga cinta di hati Karin yang baru saja mekar mewangi, harus layu dan berguguran karena kobaran api amarah dan rasa kecewa. Dia sendiri masih bertanya-tanya, akankah bunga-bunga cinta di hatinya bisa mekar kembali suatu hari nanti? Akankah hubungannya dengan Rico bisa semanis di hari-hari sebelumnya?
Sungguh, semua pertanyaan itu menari-nari di benak Karin. Pertanyaan yang jawabannya masih menjadi misteri. Yang membuat kepala Karin menjadi sedikit pusing.
Karin memperbaiki letak bantal yang menyangga kepalanya. Berharap ada kenyamanan yang lebih yang bisa ia peroleh.
Angan Karin kembali melayang. Mengingat sikap Rico yang uring-uringan beberapa hari terakhir. Kemarin, Rico sempat menyusul di kantin dekat gedung fakultasnya, karena pesan WhatsApp dan telepon dari Rico tidak diindahkan oleh Karin.
Bukannya Karin tidak mau membalas pesan WhatsApp atau telepon dari Rico. Tapi kebetulan, handphone Karin sedang berada di mode silent, karena memang masih ada kegiatan perkuliahan yang harus diikuti Karin hari itu.
Karena itulah, mendadak Rico menyusul Karin ke gedung fakultasnya. Berhubung Karin tidak ada di kelas, akhirnya Rico memutuskan untuk mencari di kantin dekat gedung fakultas Teknik Kimia.
Dan saat itu, Karin sedang berada di Kantin dengan teman-temannya. Kebetulan, Satria juga ada di sana, walaupun ada juga Ayu dan Dodi yang ikut duduk satu meja dengan Karin.
Namun, entah mengapa itu menjadi pemicu kejengkelan hati Rico. Menurut Karin, ia tidaklah salah, karena cuma duduk, makan bersama teman-teman dan berdiskusi tentang perkembangan pengajuan proposal PKL-nya, yang baru saja mereka ajukan ke pabrik tekstil pekan lalu.
Dan sialnya, hari ini malah Rico melihat Karin bersama Satria di kosan. Cuma berdua. Praktis, hal itu langsung membuat Rico salah sangka, lalu bertambah jengkel dan marah tentunya.
Padahal semua itu juga di luar keinginan Karin. Karena ia dan Satria hanya kebetulan bertemu saat Karin mengambil uang di ATM, dekat kosan.
Lantas, Satria menawari untuk mengantarkan Karin pulang ke kosan. Pikir Karin sih, ya nggak pa-pa. Daripada dia capek-capek berjalan kaki ke kosan, karena kebetulan Satria bawa motor.
Akan tetapi, semua menjadi berbeda dari sudut pandang Rico. Dan akhirnya, menjadi masalah besar diantara mereka.
***
Pagi ini, Vina terlihat sedang memarkir motor di depan teras kosan, sembari memanasinya. Dia tampak sudah rapi dan bersiap-siap akan berangkat ke kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Kiss (Sudah Terbit)
RomansaFollow dulu yuk, sebelum baca Follow juga IG@dwi_kurnia.wanti Selalu ada update info tentang novel First Kiss lho! Sudah terbit versi cetaknya Bisa dipesan melalui author *Free totebag cantik Nggak rugi deh, baca ceritanya! Karena novel ini pernah m...