Malam itu Erwin bermimpi, dirinya diajak menikah oleh Prim setelah berjanji akan menuruti apa kata Prim selalu.
Mereka saling bertukar cincin, saling memandang dan tersenyum manis...
Pernikahan mereka disaksikan oleh kedua orang tua Prim, tetapi dimanakah kedua orang tuanya?
Mata Erwin mencari-cari kedua orang tuanya tetapi tidak menemukan mereka...
"Pa...ma?" Erwin berteriak tetapi ia tidak menemukan orang tuanya.
Kedua orang tua Prim terlihat marah dan Prim menghardiknya supaya diam...
"Diam...kamu bilang bakalan nurut sama aku?" hardik Prim sehingga membuat Erwin berkeringat dingin.
Erwin berusaha membantah tetapi tidak ada suara keluar dari mulutnya. Erwin merasa lesu dan ia merasa tidak senang mengapa orang tuanya tidak dilibatkan...dan tiba-tiba...
"Win...win...buka pintu..."
"Win...win...Erwin!" terdengar gedoran pintu kamar Erwin begitu keras sehingga membuat Erwin terjaga.
Dengan gugup Erwin melirik ke sebelahnya; ranjangnya kosong tidak ada seorangpun selain dirinya sendiri.
Pandangannya menyelidik ke seluruh kamarnya, tidak ada siapa-siapa.
Dengan lesu Erwin bangkit dari ranjang dan berjalan ke arah pintu kamar dan membuka pintunya.
Edo terlihat di luar kamar, wajahnya terlihat bingung...
"Gue denger lo jerit-jerit kenapa lo?" tanya Edo.
"Keknya gue ngimpi kali.." kata Erwin terbata-bata...
"Makanya jangan tidur kemalaman, kesambet lo?" Edo tertawa keras dan kemudian berlalu sambil terus meledek Erwin.
Ketika Erwin berbalik ke dalam kamar, masih tidak percaya ia mencari Prim tetapi lelaki itu tidak ada dalam kamarnya...
Erwin menggaruk-garuk kepalanya dan memutuskan untuk mandi pagi dan pergi ke gereja bareng Edo.
Edo yang asal Medan (sama seperti mamanya Erwin) selalu mengajaknya pergi ibadah ke gereja yang sama setiap minggunya.
Di pagi itu, usai ibadah hati Erwin terasa gelisah, pikirannya dipenuhi oleh Prim selalu...
Erwin pamitan kepada Edo karena ia ingin mengunjungi kakak sepupunya yang katanya pengen ketemu dengannya.
Di dalam bis, Erwin kembali berpikir tentang Prim...Ia merasa bodoh sekali kenapa tidak minta nomor telpon Prim, atau foto Prim sehingga bisa melihat lelaki istimewa itu setiap kalinya.
Di rumah kakak perempuan yang menjadi sepupunya di Bekasi; seharian Erwin ngalor-ngidul di sana.
Belum lama ia berkenalan dengan kakak sepupunya itu yang ternyata baik sekali dan ramah kepadanya meskipun tau sejarah hidup mamanya yang kelam di masa lalu.
Sebenarnya sanaknya tidak banyak tetapi yang bermarga Sihombing banyak sekali di Jakarta. Kakak perempuannya itu sering kali mengajarnya kenalan dengan beberapa 'namboru' dan 'tulang' yang ada di Jakarta.
Pulang dengan perut kenyang dan sedikit uang di kantong pemberian kakaknya membuat hati Erwin terasa agak plong.
Erwin sungguh bersyukur memiliki kakak sepupu yang baik dan ia juga kangen dengan orang tuanya di Banjarmasin.
Hari sudah larut malam ketika ia kembali ke tempat kostannya dan hatinya berpekik senang ketika melihat Prim telah menanti di depan pintu rumah kostannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/237265373-288-k685217.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki Istimewa
HorrorErwin yang baru saja patah hati tak sengaja bertemu dengan seorang lelaki yang mengajaknya berteman. Lama kelamaan hubungan mereka semakin intim sampai akhirnya Erwin menemukan kejanggalan dari lelaki istimewa yang menjadi kekasihnya itu. Ini adalah...