part 6

8 1 0
                                    

Hari ini adalah hari terberat dalam hidupku. Dimana sebentar lagi aku akan menjadi istri dari seorang Ikhsan Akbar Ramadhan. Orang yang dulu pernah menjadi bagian dari diriku, dan kini dia akan segera menjadi pelengkap agamaku.

Aku bisa apa sekarang?
Aku tidak bisa kabur
Aku tidak bisa menyangkal kenyataan

Kebahagiaan ayah dan Mama adalah hal yang penting

Aku masih ingat Ketika Ayah dan Mama tersenyum dan berbinar bahagia ketika mendengar jawaban 'aku menerimanya' dari mulutku malam itu, ketika mama dan Ayah baru pulang dari luar kota.

"Terimakasih karena sudah mengabulkan permintaan Ayah, Ayah yakin kamu akan selalu bahagia bersamanya" Ucap Ayah kala itu

"Maaf jika kami selalu memaksa kamu menerima Ikhsan Put, Kami Yakin pilihan kami yang terbaik untukmu" Ucap Ibu.

See? Aku bisa apa?

Dan Disinilah aku, duduk dilantai 2 masjid Baitul Rahman bersama sahabat-sahabatku, menunggu Dia yang sedang bersiap-siap untuk mengucapkan janji suci nya.

Namun tak ku sangka, tiba-tiba dia melangkahkan kaki nya ke lantai 2 dan menghampiriku.

Aduh mau ngapain sih -batinku

"Aku mohon sama kamu, jangan batalin pernikahan ini" ucapnya padaku

"Siapa juga yang mau batalin" ucapku ketus kepadanya.

Iya lah, memangnya siapa yang akan membatalkan pernikahan ini? Aku tak punya kekuatan untuk membatalkan semuanya. Terlebih lagi, ia sudah membuktikan beberapa point' dari persyaratan yang aku ajukan tempo hari.

"Oiya sepertinya kita harus bicara face to face hanya kita berdua" Ucapku. Dan memberi kode pada sahabat-sahabatku untuk meninggalkanku dengannya, sebentar saja.

"sebelum akad ini dilaksanakan. Aku ingin bertanya " Ucapku padanya

"Oke silahkan, tanyakan apa yang meragukan hatimu" ucapnya sambil tersenyum

"Kenapa kamu datang lagi? Aku tidak pernah sedikitpun meminta kamu untuk kembali, san" tanyaku padanya

"Aku sudah tidak mencintaimu. Maaf hatiku sudah milik orang lain. Kamu tahu itu" ucapku lagi

Dia menghembuskan nafasnya dalam-dalam, lalu tersenyum dan menatapku.

"Jika boleh jujur, semenjak kehilangan kamu. Aku tidak pernah bisa jatuh cinta kepada siapapun selain kamu. Aku selalu meminta kepada Tuhan agar dihadirkan oranglain dihidupku, namun nihil. Dan jika kamu sudah tak mencintaiku, aku tahu. Sikapmu sudah menjawab semuanya. Tapi aku benar-benar mohon sama kamu, jangan batalin pernikahan ini. Rasa cinta bisa dibangun lagi seiring berjalannya waktu" Ucapnyaa

"Aku yakin, kamu akan bisa membuka hati kamu buat aku lagi. Pelan-pelan put, pelan-pelan. Dan aku janji, aku akan buktikan dan laksanakan sesuai dengan permintaan kamu dikertas persyaratan itu. Jadi, Ayo Put! Kita arungi curamnya kehidupan bersama, kita bangun hidup bersama meskipun didepan sana nanti akan banyak cobaan untuk kita, tapi aku janji. Tak akan pernah melepaskan genggaman tanganku dari tanganmu" ucapnya lagi lalu pergi meninggalkanku yang masih terpaku karena jawabannya

Aku tak percaya.
Ikhsan yang sekarang memang sudah berbeda. Dia menjaga cintanya selalu untukku pasca putusnya hubungan kami 7 Tahun yang lalu. Namun aku masih heran, apa yang membuat dia jadi berubah seperti itu?

"Bismillah.. Bagaimana calon mempelai laki-laki, apakah akad sudah bisa kita mulai?" ucap penghulu, Raisya dan Vivi memegang tanganku erat dan aku mulai memperhatikan mereka dibawah sana.

"Bismillah, silahkan pak" jawab ikhsan

Aku hanya bisa melihatnya dari sini, aku belum diperbolehkan duduk disamping ikhsan. Kata ayahku, biar makin terasa ijabnya. Dulu memang aku bermimpi, tapi sekarang mimpiku nyata, namun kenapa tidak sesenang dulu?

"Bismillahirrahmanirrahim..
Ikhsan Akbar Ramadhan, saya nikahkan dan saya kawinkan kamu kepada anak saya yang bernama Riri Julia Putri binti Septian Anugrah dengan maskawin seperangkat alat sholat serta uang tunai senilai empat juta tujuh ratus satu rupiah, dibayar tunai" ucap Ayah sambil berjabat tangan dengan ikhsan

"Saya terima nikah dan kawinnya Riri Julia Putri binti Septian Anugrah dengan maskawin yang tersebut, Tunai" ucap ikhsan dengan sekali tarikan nafas. Dan seketika seisi ruangan ini bergemuruh mengucapkan 'Alhamdulillah'

"bestie, Lo jadi istri orang sekarang" ucap Raisya

"Lo udah bersuami, Put" ucap Vivi

'Suami' ?
Aku sudah bersuami sekarang?

"Kepada mempelai wanita, silahkan untuk menempati tempat yang sudah dipersiapkan" ucap MC

Lalu aku dituntun menuruni anak tangga untuk menghampiri ikhsan yang berada dimeja penghulu. Aku menatapnya dengan tatapan datar, namun aku tersenyum ketika  orang-orang memberikan selamat dan memujiku.

Ketika aku sudah berada didepannya, dia tak berani untuk mencium keningku meskipun sang fotografer sudah menyuruhnya, dan akan diabadikan dalam sebuah foto.

"Ayok a, cium kening tetehnya" Ucap salah satu fotografer

Aku menatapnya tajam, seraya memberi kode 'Plis jangan lakuin itu san'
Dia hanya diam

"Teh, salim ke si aa nya. Kalian kan sudah mahram. Masa saling diem-dieman gini" Ucap salah satu fotografer lagi

Aku tak ingin berlama-lama dikecengin terus sama dua fotografer ini. Aku menatap ikhsan, ku raih tangan kanan nya lalu aku menciumnya. Ya kalian tau lah, ini dengan rasa keterpaksaan.

Setelah selesai semua ritual adat sunda dan berfoto dengan sahabat, juga keluarga besar dariku dan dari ikhsan. Akupun memutuskan untuk pergi kedalam kamar

Aku dibantu dengan MUA untuk mencopot semua riasan yang ada dikerudungku. Setelah selesai, MUA berpamitan untuk pulang. Aku kembali duduk didepan meja Riasku, untuk menghapus make up ini.

"Tetap cantik, ketika pakai make up maupun tidak" ucap ikhsan yang berada di pintu kamarku

"Ngapain kesini? Kamu lupa? JANGAN BERANI BERANI MELANGKAH SEDIKITPUN" ucapku

"Oke, aku inget kok persyaratannya" Jawabnya

"aku tau, kamu belum bisa menerimaku. Aku tidak akan memaksakannya. Aku mencintaimu" ucapnya, lalu pergi meninggalkan kamarku yang masih terbuka pintunya karena masih ada beberapa MUA yang sedang membereskan barang-barang nya dikamarku.

KEHENDAK TUHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang