Part 9

7 0 0
                                    

Menjelang pagi, dan saatnya untuk sarapan. Aku yang sudah duduk termenung dimeja makan sangat antusias setelah menunggu orang-orang rumah keluar dari kamarnya akhirnya aku bisa makan sekarang. Ayah dan adikku sudah duduk manis ditempatnya masing-masing. Masih ada kursi kosong disana, biarlah aku tidak peduli.

Ku ambil piring dan segera menaruh nasi beserta teman-temannya kedalam piringku.

Terdengar suara pintu kamar terbuka, itu pasti dia, "Selamat pagi semuanya" ucapnya lalu duduk disebelah kursi yang aku tempati.

"pagi nak" jawab Mama sambil tersenyum ramah kearahnya.

"Dikasih cuti berapa hari, san?" Tanya Ayah

"Ikhsan ambil cuti 5 hari dari sebelum hari H. kemungkinan lusa baru masuk" jawabnya

Aku yang sedang asyik makan, tiba-tiba disenggol oleh lengan Mama. Akupun menoleh dan memberikan isyarat seolah mempertanyakan, 'Kenapa Mama menyenggol lenganku?'

"Ituloh piring suaminya diambilin, nasinya, lauk pauknya. Masa jadi istri gak ada perhatiannya" ucap Mama

"Maa, dia kan udah besar. Lagian udah ada di .."

"Apa? Surat perjanjian dan persyaratan kamu yang aneh itu?" ucap Ayah memotong ucapanku

"Gak aneh yah!" jawabku

"Tapi gak masuk akal sama sekali, Riri Julia Putri!" sarkas Ayah

Ini kali pertama Ayah menyebutkan nama panjangku ketika sedang mengobrol, ayah tidak pernah seperti itu. Kecuali, aku memang sedang membuatnya geram. Mungkin persyaratan itu membuat ayahku geram, padahal ikhsan saja menerimanya, bukan?

"Udah, gak apa-apa kok Mah, Yah, Ikhsan ambil sendiri" ucapnya

"Lain kali jangan seperti itu, kamu harus tetap perhatian dan melayani suami kamu. Berkah loh put, jangan di sia-siakan pahalanya" ucap Mama

"Ayah, Mama, Kak Putri, udah dong, kita kan mau makan" ucap Adikku

Aku yang semakin panas dan semakin terpojokan sangat jengah mendengar perkataan Mama dan Ayah yang seolah-olah membela dan memanjakan dia. Aku menghentikan aktivitas makanku, dan pergi berlalu meninggalkan orang-orang yang sedang menikmati sarapannya.

"Eh mau kemana kamu?" Tanya Mama mencegah aku pergi

"Cari kost-an biar bisa hidup tenang gak ada yang ngatur dan gak ada yang ganggu!!" ucapku, lalu pergi meninggalkan mereka yang mungkin sedang panik.

Aku melajukan mobilku cepat, tanpa tahu aku harus kemana, tidak ada tujuan. Pikiranku sekarang sedang tidak jernih. Panas dan jengah karena kata-kata Ayah dan Mama yang selalu terngiang-ngiang dikepalaku. Kenapa harus aku Tuhan? Kenapa harus dia yang hadir di hidupku? Bukankah aku sudah memintanya agar tidak dipertemukan dengannya Lagi? Lantas mengapa??

Tiba tiba Handphone-ku bordering, Nomor tidak dikenal. Aku tidak menjawabnya, karena buat apa? Toh aku juga tidak mengenal nomornya.

Lagi-lagi Handphone-ku bordering, dan masih dari nomor yang sama. Beberapa kali aku hiraukan, namun karena jengah dan kepo siapa sebenarnya yang menelfonku sampai berkali-kali.

"Kamu dimana?" ucap seseorang diseberang sana, dan cukup satu kali membuka suaranya, aku sudah mengenal suara itu. Ikhsan

"Bukan urusan lo" jawabku dengan memberikan penekanan di akhir kata tadi

"Kamu dimana? Jangan aneh-aneh. Jangan buat aku, Mama dan Ayah khawatir" ucapnya lagi

"Jangan khawatirin gue, gue bisa hidup sendiri. Bebas dan yang terpenting TANPA LO!" Lagi-lagi kuperjelas dibagian akhir kata nya.

Tanpa berlama-lama, langsung kuputuskan telfon sepihak, dan langsung kublokir nomornya. Aku tidak mau ada hubungan lagi dengannya.

Aku masih melajukan mobilku. Menyusuri jalan kota yang terlihat sepi. Seketika aku teringat Reza. Bayangan Reza dan bayangan mimpi semalam masih terputar jelas diotakku. 'za, maafin aku'

Aku berhenti disebuah café dengan interior yang estetik dan bernuansa jadul tetapi tetap baguss dan indah plus instagramable banget.

Aku masuk kedalam café tersebut dan memesan 1 cangkir coklat panas. Aku tidak berniat makan karena mood untuk makanku sudah hilang beberapa jam yang lalu.

Sambil menunggu pesananku, aku mengotak ngatik benda pipih itu dan mencari nama Grup sahabatku.

BESTIE

Vivi : Ntar malem jadi kan guys main kerumah Putri?

Raisya : Kayaknya gue gak ikut dulu, gue harus anter mama ke butik

RiriPutri : Sorry guys, kayaknya agenda nya kita batalin aja ya, gue lagi diluar dan gak tau pulang kapan

Tak lama kemudian 1 cangkir coklat pesananku datang.

"Coklat panas 1. Silahkan dinikmati mbak" ucap pelayan itu ramah.

Aku tersenyum dan mengucapkan terimaksih kepada pelayan tersebut.

"Kamu Riri Julia Putri kan?" Tanya pelayan itu yang ku tahu namanya adalah Rara. Aku baca dipapan nama yang digunakan diseragam kerjanya.

"Iya, kok tahu?" tanyaku balik

"Perkenalkan aku Rara. Teman Reza" ucapnya dengan senyum yang lagi-lagi kurasa cukup Ramah.

Aku mengangguk dan tersenyum, lalu meraih uluran tangannya sebagai tanda perkenalan kami.

"Reza sering cerita tentang kamu pada kami sahabat-sahabatnya sampai kami iri karena apa-apa yang diceritain kamu, hehe" dia terkekeh pelan

"Aku harap kamu bener-bener bisa membahagiakan dia, ya. Karena semenjak kenal sama kamu, Reza berubah. Dia tidak lagi diam seperti dulu, dia lebih aktif, lebih cerah dan yang terpenting dia tidak banyak murung lagi. terimakasih ya, Putri" ucapnya Lagi.

Aku tidak tahu harus membalas ucapan Rara seperti apa, karena benar-benar diluar ekspetasi kalau reza sering menceritakan aku kepada teman-temannya, Blushing, hanya itu respon yang dirasakan Putri. Ternyata Reza benar-benar menspesialkan dirinya. 'aku semakin kangen kamu za'

"Kalo gitu aku balik kerja dulu ya Put, senang bisa ketemu kamu langsung. Kapan-kapan ikut kumpul dengan kami ya" ucapnya lalu pergi meninggalkanku yang masih ingin terus tersenyum mendengar penuturan sahabat Reza mengenai hubunganku dengan Reza.

Semenjak pamit keluar kota, Reza tidak pernah menghubungiku. Bahkan sosial media, dan nomornya pun tidak aktif. 'za, kamu baik-baik aja kan?'

^_^

HAPPY READING !!!!

GIMANA PENDAPAT KALIAN TENTANG CHAPTER INI?

KOMEN DONG! JGN LUPA MASUKANNYA JG YAAA :)

See you :)

KEHENDAK TUHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang