⊹ ˚
. ˓˚ ✿ . ⊹ . ⊹ ˚
. ˓˚ ✿ . ⊹
──────✥⬚۪۪❁۫۫₍⚘⁾۪۪❁۫۫⬚✥──────
"Rose sama Yeri kemana?" tanya Joy sambil melihat sekitar.
"Ini kenapa jadi pada main petak umpet, dah? Jennie belum balik, eh dua krucil udah ngilang aja," omel Lisa sambil duduk naruh cemilan sama minuman yang barusan dia ambil bareng Joy, dimana mayoritas cemilannya titipan si Rose.
"Yaudah tunggu sini aja."
"Bosen, Joy!! kedepan aja yuk, cari angin," kata Lisa.
Joy terlihat menimbang perkataan Lisa, bukannya gimana-gimana, ini mereka baru duduk belum ada sepuluh menit. Joy malas gerak.
"Mager, gue."
"Dih, ayo! Siapa tau ketemu cogan."
Akhirnya Joy cuma pasrah waktu ditarik Lisa buat berdiri dan berjalan menuju halaman depan.
Waktu mereka keluar, gak sengaja Lisa melihat Rose yang lagi ngobrol sama Yeri sama sosok pria. Lisa yang memang dasarnya kepo jadi memilih untuk mendekat, tak lupa sambil gandeng si Joy.
"Heh! Lu berd--"
Ucapan Lisa terhenti tatkala ketiga manusia yang sedang mengobrol itu menoleh kearahnya. Pandangan Lisa terpaku pada sosok pria disamping Yeri, yang juga menatap Lisa terkejut. Genggaman Lisa ditangan Joy semakin mengerat, nafasnya mulai tersengal dan keringat dingin mulai membasahi telapak tangannya.
Joy yang peka, langsung mengajak Lisa untuk bergegas dari posisi mereka, "Kita duluan, kalian ngobrol aja dulu."
──────✥⬚۪۪❁۫۫₍⚘⁾۪۪❁۫۫⬚✥──────
Joy dan Lisa sekarang duduk di bangku taman kediaman keluarga Yeri. Setelah kejadian beberapa menit tadi, Lisa terus-terusan menggigit kukunya, kebiasaan saat panik.
"Joy, gue harus gimana?!"
Melihat Lisa yang panik, Joy segera menggenggam jemari Lisa, lalu merengkuhnya, mengusap punggungnya pelan.
"Sstt, it's okay. Orang yang lu takutin gak ada disini."
"Tapi Jungkook ada disini, Joy."
Joy bisa merasakan bahunya sedikit basah karena air mata dari Lisa yang ada dipelukannya.
Joy melonggarkan pelukannya, menangkup wajah dari sahabat berponinya ini, "Lisa, gue ada buat lu. Gue gaakan biarin cowok brengsek itu muncul lagi di hidup lu."
"Tapi...gue takut, Joy."
"Itu cuma masa lalu, gaada yang perlu lu takutin, selagi ada gue."
Lisa mengangguk dan kembali memeluk Joy. Rasanya menenangkan. Ini yang daridulu Lisa butuhkan, sebuah pelukan dan kata-kata dukungan bukan sebuah pandangan menghakimi.
──────✥⬚۪۪❁۫۫₍⚘⁾۪۪❁۫۫⬚✥──────
"Kamu kenal sama Lisa, yang?" tanya Yeri.
"O-oh, itu dulu dia tetangga aku, di rumah lama."
Yeri cuma mengiyakan, walaupun sebenarnya dia masih cukup penasaran.
Jujur saja, karena kejadian beberapa menit lalu. Yeri jadi sedikit was-was dan curiga terhadap kekasihnya juga Lisa, sahabatnya. Tapi Yeri mencoba menepis segala pemikiran buruk, baik tentang kekasihnya maupun sahabatnya.
Tidak ada apapun diantara mereka.
Tapi bukankah, jika ada apapun diantara mereka itu hanyalah masa lalu? Lagipula ini juga salah Yeri yang tidak kunjung mengenalkan Jungkook kepada para sahabatnya.
Ini seperti teka-teki.
Yeri jadi pusing sendiri memikirkannya, kebiasaan overthinking.
"Sayang? are you okay?"
Yeri sedikit tersentak kaget dengan sentuhan dikedua bahunya. Yeri menatap Jungkook dalam, berusaha mencari ketenangan di mata kekasihnya, sebelum akhirnya mengangguk dan tersenyum sedikit dipaksakan.
──────✥⬚۪۪❁۫۫₍⚘⁾۪۪❁۫۫⬚✥──────
"Saya teman dari kakaknya Yeri, si Seokjin. Makanya saya bisa ada disini."
Jennie cuma anggukin kepala sebagai tanda mengerti, Jennie dan guru baru sekolahnya ini sedang berada disekitar kolam renang yang ada di rumah keluarga Yeri. Sejujurnya, Jennie sedikit kurang nyaman dengan momen saat ini, gugup dan canggung karena ia sedang bersama wali kelas sekaligus guru matematikanya, tetapi tak dapat dipungkiri bahwa ada rasa senang mengetahui bahwa orang itu adalah Pak Jongin.
Cukup lama mereka terdiam, hingga akhirnya,
"Pak-"
"Jen-"
Ucap keduanya bersamaan, alhasil kedua saling menoleh lalu tertawa kecil. Melihat pemandangan Pak Jongin yang tertawa, sukses menimbulkan debaran di jantung Jennie.
"Kamu duluan saja yang bicara."
Jennie menggeleng, "Bapak duluan, saya harus menghormati bapak, selaku wali kelas saya."
Jennie merutuki ucapannya dalam hati, karena jujur saja itu terdengar cringe. Untung gak ada Lisa sama Yeri sekarang, kalau gak sudah habis Jennie diledekin.
"Saya cuma mau menawarkan, apa kamu mau nanti pulangnya saya antar?" tanya Pak Jongin.
Sukses membuat Jennie terkejut lalu tersenyum.
"Ya, saya mau pak."
Padahal Jennie tadi ingin bertanya dengan siapa Pak Jongin datang ke pesta ini, tapi mendengar tawaran dari Pak Jongin, bukannya udah jelas kalau Pak Jongin datang sendirian? Karena ini, entah mengapa Jennie jadi bersemangat.
.
.
.
.
p.s : komen sama pencet bintangnya juseyo🤪❤❤
YOU ARE READING
Girls
Short Story❪❑.❫ Sebuah kisah dari lima gadis yang saling menguatkan dibalik kerasnya kehidupan, tentang sebuah pencarian jati diri ditengah banyaknya godaan. ⚠ warn : bahasa semi baku, lokal, dan masih banyak lagi. started : 19/O8/2O2O finished : - ©2O2O, shin