13. Why you always bother me?

3.7K 582 54
                                    

13. Why you always bother me?

"Sometimes, life is a zero-sum game between the people you love."

-K.D. Elizabeth, Monster-

*

*

*

"Aduh, capek banget."

Rasa lelah bawaan acara annual meeting kemarin masih belum sepenuhnya hilang. Sepanjang pagi, Cessa harus berjuang melawan pegal yang masih bersarang di beberapa bagian tubuhnya.

"Nanti dianter aja sama Nathan. Hari ini Nathan kuliahnya agak siangan." Nathan menawarkan menjadi ojek.

"Iya, Dek. Makasih." Cessa meneguk kopi sambil berharap kopi selain mengusir kantuk, juga meredakan pegal yang masih terasa, terutama di tubuh sekitar bahu, punggung dan telapak kaki.

Cessa memilih nasi putih, nugget ayam dan telur balado untuk sarapan pagi. Mama menyiapkan nasi goreng, yang ia lewatkan karena bisa membuatnya semakin mengantuk, meskipun nasi goreng buatan mama sangat enak. Mama meracik nasi goreng memakai ramuan bumbu rahasia lengkap aneka topping seperti suwiran ayam, sosis, bakso yang diiris tipis, sedikit irisan kol dan selada sebagai sumber serat. Mama bahkan menyediakan dadar telur khas Jepang dan lalapan timun, tomat, selada. Tidak ketinggalan susu cair non fat dan jus buah mix sayur yang berganti setiap hari atau sesuai keinginan. Mama sangat memerhatikan keseimbangan gizi dalam makanan, hingga meja makan mereka selalu diisi menu makanan yang sesuai pedoman gizi seimbang. Kata mama, ia hanya mewarisi kebiasaan nenek yang dulunya memiliki latar belakang pendidikan gizi.

"Sa, Mama bungkusin bekel ya?" tawar mama.

"Jangan repot-repot, Ma. Mama kan capek bangun Subuh buat nyiapin sarapan?"

"Mama udah biasa kaya gini. Lagian, Mama bikin nasi gorengnya sengaja dibanyakin." Mama mengambilkan wadah Tupperware untuk diisi nasi goreng. Rupanya karena melihat ia tidak menyentuh nasi goreng, mama pun berinisiatif membungkuskan makanan itu sebagai bekal. Cessa memang seringkali cepat lapar saat bekerja karena aktivitas berpikir yang menguras otak. Jam sepuluh saja, ia dan staf divisinya sudah sibuk membongkar persediaan camilan masing-masing.

Cessa bertukar pandang dengan Nathan, mmenunjukkan ketidaksetujuan melihat rambut Nathan yang mulai dipanjangkan.

"Gitu deh, kalo anak kesayangan," ledek Nathan.

"Rambut kamu tuh, kaya apa banget deh. Dirapiin dikit, Dek." Cessa membalas ledekan Nathan.

"Style mahasiswa Teknik di mana-mana ya gini, Kak."

"Nggak semua ah. Dulu teman Kakak ada yang nggak gondrong." Cessa menggeleng-geleng kepala, melihat kaus abu-abu lusuh yang dipakai adiknya. "Trus kamu tuh ya. Kaus udah sobek gitu masih dipake."

"Ah, Kak Cessa bawel deh, persis kaya Mama."

"Nggak bawel, Nathaan. Kamu tuh ya nggak bisa bedain bawel sama perhatian?"

Mama menyela. "Mama udah nyerah nasihatin dia. Nanti ya kalo kamu tidur, Mama pangkas rambut kamu pake gunting tanaman."

"Galak amat." Nathan nyengir. "Ntar kalo rambutnya dipangkas, kekuatan Nathan bisa hilang dong."

Emang Samson?

"Ada aja jawabannya."

Cessa tersenyum melihat interaksi mama saat bersama Nathan. Perlakuan mama kepada Nathan sangat manis. Meski Nathan sering mengklaim bila ia cemburu melihat mama memanjakan dirinya, sedangkan menurut mama, dari semua anak, justru Nathan-lah yang paling ia sayangi karena alasan klise. Anak bungsu dan satu-satunya laki-laki. Dulunya, mama dan papa ingin memiliki dua anak saja. Makanya setelah anak kedua lahir yaitu Nara ternyata perempuan lagi, mereka bertekad untuk memiliki anak laki-laki. Saat mengetahui jenis kelamin bayi yang mama kandung, papa sangat bahagia.

Love Me Harder (inspired by a song)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang