"Let us always meet each other with smile, for the smile is the beginning of love." -Mother Theresa-
Bogor, 11 Januari 2019
*
*
"Eh, lo mau Cess?" Gya yang duduk di sampingnya di dalam bus menawarkan sebungkus kuaci.
"Ngapain makan kuaci, coba? Udah repot makannya, dapetnya cuma dikit," ledek Jenn. Ia sendiri memilih camilan lain seperti keripik kentang dan keripik singkong kemasan.
"Eh, gue kasih tau ya. Kuaci itu banyak khasiatnya. Baik buat jantung, sebagai antioksidan, menyehatkan kulit, juga menurunkan kolesterol," balas Gya, masih berusaha memecah biji kuaci dengan giginya.
"Dasar lo! Ada kuaci kupas, malah lo nyari yang bikin susah begini," gerutu Ala yang ikut makan kuaci bersama Gya.
"Bedalah sensasinya. Gue juga tau ada yang namanya kuaci kupas yang makannya tinggal 'lep'. Tapi kalo gitu, nilai perjuangan buat makannya malah nggak ada." Gya berkilah.
Iming-iming khasiat kuaci tidak lantas membuat Cessa tertarik untuk memakannya. Ia lebih memilih makanan yang jauh lebih mengenyangkan. Tadinya, ia mengeluarkan bekal berupa lasagna dan pastel. Dalam wadah Tupperware kuning masih tersisa dua buah pastel. Mereka semua sudah kebagian. Dua buah pastel isi daging dan sayur itu memang jatah yang belum sempat ia makan sejak tadi.
Cessa memang tidak begitu suka memakan sesuatu saat sedang dalam perjalanan jauh. Selain ia mudah pusing, perutnya juga seringkali menolak jika ada makanan yang masuk. Namun, memasuki kota Bogor, perutnya mulai keroncongan, jadi mau tidak mau ia mencoba memakan salah satu pastelnya.
"Cess, gue masih ada roti lapis nih," tawar Ala. Ia meletakkan sebuah wadah persegi berisi sepotong roti lapis. "Lo suka yang daging kan?"
Cessa mengangguk dan mulai memakan roti lapis daging pemberian Ala. Wadah berisi pastel tadi ia masukkan kembali ke tas kertas khusus makanan yang diletakkan di samping kursinya.
"Sebelas Januari bertemu, menjalani kisah bersamamu. Naluri berkata engkaulah milikku."
Lantunan lagu dari tape yang dibunyikan oleh pengemudi bus, diikuti oleh beberapa penumpang.
Selain dari divisi keuangan, bus pariwisata yang mereka tumpangi juga terisi tambahan staf dari divisi lain. Cessa mengenal beberapa di antaranya, seperti mbak Lisa dari divisi HRD dan mas Johny dari divisi marketing. Staf lainnya sempat menyapa mereka saat naik ke dalam bus. Ia berusaha mengingat beberapa di antaranya.
"Coba ya lo bayangin gimana bisa di bus direksi itu ternyata orang ganjen kayak si Hera itu bisa lolos masuk. Gila, dia kan cuma sekretaris direktur marketing. Kok bisa-bisanya ikutan gabung di situ." Jenn memulai lagi gosipnya yang tadi sempat terhenti, entah karena kehabisan bahan atau baterai-nya habis.
"Orang dalam. Maklumi aja." Ala mengibaskan tangan. "Keponakan direksi kan mesti dapat hak istimewa. Udah biarin aja."
"Tapi ngeselin kan? Mana anaknya kaya angkuh gitu lagi." Jenn masih menunjukkan kedongkolan. Ia meraup keripik dan mengunyahnya cepat-cepat.
"Gue juga kesel sama tuh anak."
Tiba-tiba seseorang nyeletuk. Saat Ala berbalik, ternyata si mbak dari divisi HRD.
"Bener. Dia ngincer direktur deh."
"Siapa? Bukannya rata-rata udah nikah ya?" Ala lantas mengingat-ingat. Lantas menyebutkan nama para direktur dan wakil serta divisi-nya masing-masing. Ternyata tidak salah julukan memory card berjalan melekat padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Harder (inspired by a song)
ChickLitArion menyukai Ayana, dan berniat menjadikannya pacar, hanya karena ingin bersenang-senang dengannya. Reputasinya sebagai player membuat Ayana tidak ingin terlibat lebih jauh dengannya, meskipun Arion memiliki segala hal potensial yang bisa membuat...