5

24 4 0
                                    

"Asha, buatkan susu pelangsing ke kamar Kinan. Awas loh, jangan sampai salah takaran." Perintah Tante Anis.

Posisi Asha yang tengah membereskan meja makan bekas makan malam keluarga Tantenya, kontan berhenti. Menolehkan kepala pada Tante Anis yang sibuk mencari-cari sesuatu di dalam kulkas.

"Biasanya Kinan yang buat sendiri susunya."

Tante Anis meraih satu apel dan menutup kembali lemari es. Menatap sengit pada Asha yang baru saja menjawab perintahnya. "Terus?" Tanyanya ambigu namun penuh penekanan dalam satu kata tersebut.

"Aku takut salah takaran, Tante. Nanti malah bikin Kinan marah ke aku."

"Ya itu masalahnya di kamu! Makanya harus sesuai takaran. Udah sana cepetan buatkan susu dulu terus antar ke kamar Kinan. Dia harus minum susunya sebelum jam tujuh malam."

"Iya, Tante."

Asha tak yakin dirinya tidak akan mendapat amarah dari Kinan, setelah Kinan meminum susu buatannya. Usai menuangkan air hangat secukupnya, Asha bergegas menuju kamar Kinan. Mengetuk beberapa kali pintu kamar sepupunya itu sampai seseorang didalam sana berteriak bilang 'masuk'. Barulah Asha membuka pintu kamar Kinan.

Terlihat Kinan sedang rebahan diatas tempat tidur sambil berhubungan dengan Bastian, via video call. Asha bisa melihat dengan jelas seseorang dibalik layar ponsel Kinan. Bahkan, jika ia tak salah lihat, kini Bastian menatapnya.

"Taro aja susunya di meja nakas." Ujar Kinan tanpa menoleh pada Asha.

Asha mengangguk dan meletakkan susu diatas meja nakas dekat tempat tidur Kinan. Setelah selesai melaksanakan tugasnya, bukannya keluar, Asha justru berdiri diam dibelakang posisi Kinan. Meneliti sosok di dalam layar ponsel Kinan yang masih menampakkan wajah Bastian tengah tersenyum pada Kinan. Entah apa yang membuatnya justru masih berdiri disini, ia tak memiliki alasan.

Sedang Bastian, yang melihat kembali sosok Asha dari kejauhan segera mengambil tindakan. "Kinan," panggil Bastian di seberang sana selembut mungkin.

"Ya, Mas Bas?"

"Saya boleh berkunjung ke rumah kamu sekarang?"

Dahi Kinan mengernyit heran. Sebelumnya Kinan sempat meminta agar Bastian berkunjung ke rumahnya, tapi Bastian menolak dengan alasan malam ini harus begadang menjaga layar komputer. "Loh, bukannya malam ini katanya Mas Bastian nggak bisa kemari?"

"Memang nggak bisa, tapi tiba-tiba saya pengin ketemu kamu. Bisa?"

"Boleh."

"Oke, saya siap-siap dulu. Bye."

"Bye."

Panggilan video call terputus secara dua pihak. Kinan beranjak dari rebahan tengkurepnya dan terkejut melihat masih ada Asha di dalam kamarnya. "Heh, ngapain masih disitu? Nguping ya?"

"E-e-enggak kok."

"Udah ketawan basah masih aja ngelak. Mas Bastian mau kesini, mending kamu bikin minum sekarang. Sana!" Asha mengangguk dan gegas keluar dari kamar Kinan.

Menuangkan air panas yang masih mengepul kedalam cangkir berisi teh. Hidung Asha menghirup pelan aroma teh yang menyeruak. Ini adalah momen yang sangat ia suka saat harus membuat teh manis.

Selesai membuat minum untuk tamu Kinan yang sebentar lagi akan datang, Asha kembali melanjutkan tugasnya yang sempat tertunda. Membereskan meja makan dan mencuci semua piring kotor. Tapi lagi-lagi gerakannya terhalang oleh suara teriakan dari Kinan. Pasti sepupunya itu memintanya untuk segera menghidangkan jamuan untuk sang tamu. Seperti biasa, Asha segera membawa nampan berisi dua cangkir teh untuk tamu dan tuan rumah.

Bukan Menantu SpesialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang