🌺Kak Zion

6K 593 28
                                    

"Kamu dapat dari mana uang sebanyak itu? Mencuri dimana kamu? " tuduh Rio seketika membuat Farel menggeleng cepat. Ia tak mencuri, tapi ia juga tak bisa memberi tahukan jika ia mendapatkan uang itu dari menjual ginjalnya. Takutnya Rio akan khawatir. Mungkin.

"Bukan pak, farel nggak nyuri. Itu uang halal" bela Farel membuat Rio berdecih meremehkan.

"Udah sana pergi, jijik juga saya lama-lama melihat wajahmu. Takut ketularan gembel" usir sang kepala sekolah.

"Iya pak, kan gak elit ya kepala sekolah tiba-tiba jadi gembel? Yaudah saya keluar pak, permisi" pamit Farel sambil terus memperlihatkan senyum manisnya membuat Rio menatapnya jengah.

Tepat didepan pintu kepala sekolah, senyum manis itu luntur digantikan ringisan kecil dengan tangan yang setia memegangi pinggangnya.

"Shhh, duh kok sakit banget sih" gerutu Farel sambil mendudukkan tubuhnya dilantai.

Cukup lama Farel bergelud dengan rasa sakitnya, sampai terdengar suara yang memanggilnya mengharuskan Farel menoleh keasal suara.

"Farel"panggil orang itu.

" kak zion"sapa Farel diiringi senyum andalanya. Yap, itu adalah Zion, kakak Farel yang sekarang tinggal bersama bundanya.

Zion mendekati Farel yang masih terduduk kemudian memeluknya erat. Farel bahkan mati-matian menahan ringisanya agar Zion tak khawatir.

"Kamu kok kurusan sih. Nggak pernah makan ya? " introgasi Zion setelah melepas pelukanya.

"Makan kok, kalo gak makan Farel gak hidup kak" jawab Farel membuat Zion terkekeh, namun detik berikutnya Zion merubah raut wajahnya menjadi serius.

"Dek, kakak mau tanya sama kamu. Kamu jawab jujur ya" ujar Zion serius membuat Farel mengangguk seketika.

"Apa kamu akhir-akhir ini sering sesek nafas? " tanya Zion membuat Farel sedikit terkejut. Bagaimana bisa Zion tahu, kan Farel baru bertemu denganya.

"Emm iya kak. Tapi nggak lama kok, bentar doang. Kok kak zion tahu? "Zion menggeleng pelan. Belum saatnya Farel tahu.

" nanti kita kerumah sakit ya"ajak Zion. Farel menggeleng, ia harus bekerja sepulang sekolah nanti.

Zion pun hanya bisa menuruti keputusan sang adik. Toh katanya dia sesek nafas cuma sebentar, tak terlalu parah.

🍁🍁🍁

Sepulang sekolah, Farel kembali berjalan menuju tempat cucian motor dan mobil milik Rendy seperti biasa.

Dengan langkah tertatih dengan sedikit ringisan tertahan, Farel masih berusaha untuk kuat. Ia sudah tak ada uang untuk menggunakan kendaraan umum.

Dan tanpa ia ketahui, sedari tadi Zion diam-diam mengikuti langkahnya dengan tatapan sendu.

Farel terhenti sejenak saat ia mulai sesak nafas lagi. Mulutnya membuka guna meraup oksigen yang berada disekitarnya. Ia terduduk ditrotoar sambil memegang kuat dadanya yang sesak.

Zion yang sudah merasa kasihan akhirnya keluar dari tempat persembunyianya kemudian melangkah menghampiri Farel yang masih mencoba menetralkan deru nafasnya yang memburu.

"Sesek lagi? " tanya Zion. Farel hanya mengangguk lemah. Tak lama, Zion mengeluarkan sebuah benda dari sakunya. Itu inhaler, entahlah ia sudah memiliki firasat sejak tadi makanya ia jaga-jaga dengan menbeli inhaler.

"Ini pakai dulu" Zion membantu Farel menggunakan inhaler itu. Tak lama, deru nafas Farel kembali normal.

"Makasih kak, kok kak zion bawa inhaler. Kakak sering sesek napas juga? " tanya Farel bingung. Zion hanya tersenyum sambil menggeleng pelan.

"Rel, apa kamu lupa. Dulu saat kamu masih kecil, ayah sama bunda selalu bawa kamu kerumah sakit? "






TBC

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN

SALAM SAYANG DARI AKU, BIDADARI RUMAHKU

SAYANG KALIAN DIKIT

I Need Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang