🌺Bertamu

5.9K 579 34
                                    

Farel terdiam ditempatnya, mencoba mengingat-ingat kejadian masa lalunya. Ah, betapa bodohnya ia melupakan hal itu. Hal yang membuatnya selalu merasa sesak.

Zion mengusap punggung Farel lembut. Ia tahu farel sudah mengingatnya. Mengingat jika dulu ia selalu keluar masuk rumah sakit karena kelainan paru-paru dan itu juga menjadi salah satu alasan mengapa ayah dan bunda membuangnya.

"Adek jangan sedih, ada kakak yang selalu ada buat adek" ucap Zion mencoba menenangkan Farel yang masih menunduk.

"Paru-paru Farel rusak kak" lirih Farel mencoba menahan buliran air mata yang siap meluncur.

"Nggak. Kakak yakin kamu pasti bisa. Emm hari ini kamu ikut kakak ya, kita kerumah bunda" ajak Zion. Dan berhasil membuat Farel mendongak sambil tersenyum. Oh ayolah, ia sangat merindukan orang itu, orang yang melahirkanya dan orang itu juga pernah menyayanginya, walau sesaat.

"Beneran kak? " tanya Farel memastikan dengan binar dimatanya. Sedangkan Zion langsung mengangguk mantap.

🍁🍁🍁

Farel turun dari mobil yang berhenti didepan rumah mewah bernuansa eropa itu. Farel menatap rumah itu kagum.

"Ayo masuk, ngapain diem disitu" ajak Zion berhasil membuyarkan lamunan Farel. Farel hanya nyengir kemudian mengikuti langkah Zion memasuki rumah itu.

"Halo bun, zion pulang" teriak Zion nampak antusias, berbeda dengan Farel yang nampak canggung.

Tak lama, turun seorang wanita paruh baya dengan pakaian santai. Farel langsung tersenyum sumringah melihat wanita itu. Wanita itu adalah bundanya.

"Anak bunda udah pulang" ujar Sinta lembut sambil tersenyum. Namun tak lama senyum itu luntur saat melihat seseorang yang berdiri dibelakang Zion dengan senyuman yang terpatri diwajahnya.

"Dia ngapain kesini" tanya Sinta dengan nada yang tak bersahabat. Namun Farel tetap mempertahanya senyumanya.

"Ini farel anak bunda. Bunda lupa? " ucap Zion masih dengan senyumnya. Farel pun tergerak untuk menyalimi Sinta, namun dengan cepat ditepis oleh Sinta membuat Farel sedikit tersentak.

"Ingat zi, kalau papa kamu tau dia akan marah besar karena kamu udah bawa dia kesini" marah Sinta sambil menunjuk Farel. Yang ditunjuk pun hanya menunduk dalam. Salahkah ia menginginkan usapan lembut bundanya seperti dahulu.

Sinta lantas menjambak rambut Farel membuat Farel meringis sedangkan Zion sudah berusaha untuk melepaskan cengkraman Sinta dari Farel namun semua itu sia-sia karena jambakan itu justru terasa semakin menyakitkan.

"Kamu tahu, paru-paru kamu udah rusak. Gara-gara kamu saya terancam jatuh miskin dan mengharuskan saya menikahi seseorang yang bahkan sama sekali tidak saya cintai. Saya heran, bagaimana bisa kamu masih hidup sampai detik ini" hardik Sinta sambil memukul-mukul pelan dada Farel.

Jangan salah, pukulan itu berhasil membuat Farel kesulitan bernafas. Dadanya sesak, ia sudah membuka mulutnya lebar-lebar membuat Zion kalang kabut. Berbeda dengan Sinta yang justru tersenyum penuh kemenangan.

Sinta lantas mendorong tubuh Farel sampai menghantam lantai. Kemudian melenggang pergi meninggalkan Farel dan Zion.

"Hah...hah...se...sek...kak...hah...sakit" rintih Farel sembari mencengkaram kuat dadanya.

Zion segera mengeluarkan inhaler kemudian memakaikanya pada Farel.
Zion segera membuka seragam Farel dan terpampang dada farel yang sudah membiru. Pukulan pelan itu membuat bekas lebam didadanya.

Tak lama, deru nafas Farel kembali teratur membuat Zion refleks langsung memeluk Farel.

"Makasih kak" ucap Farel lirih membuat buliran air mata Zion kembali berjatuhan.






TBC
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN

MAKASIH

I Need Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang