3-Mandi?

977 174 8
                                    


Pluk..

Kisha yang mendengar ada suara benda jatuhpun, secara reflek menolehkan kepalanya. Jangan lupakan dengan kaki yang masih berada di wajah Karl.

Saat menoleh, ia mendapati pelayan yang kini tengah berdiri di tengah-tengah pintu kamar Karl dengan handuk kecil yang terjatuh dan mulut menganga lebar seolah-olah ia tak percaya apa yang dia lihat.

"Apa yang kamu lihat?!"

Pelayan tersebut langsung sadar dan segera meminta maaf akan hal tersebut.
"Ma.. Maaf baginda, sa.. Saya tidak sengaja baginda.
Saya ingin memberitahukan bahwa air hangatnya sudah siap dan saya juga telah membawakan handuk kecil ini baginda.
Mohon ampuni saya baginda, saya pantas mati." ucap pelayan tersebut dengan suara bergetar dan dengan tubuh yang bersujud.

Sring..

"Mati kamu pantas mendapatkannya mengingat kelakuan lancangmu hari ini." ucap Karl dengan suara yang begitu dingin.

Entah darimana munculnya pedang tersebut, yang pasti pedang panjang sudah bertengger manis di tangan Karl.

Deg..

"Aush... Au... Oeekkk,oekk!!." suara tangis Kisha pecah, setelah melihat pedang panjang itu muncul secara tiba-tiba.

"Akh.. Aku takut.. Ak.. Aku ga mau mati, aku ga mau liat orang mati, aku takut darah aku takut liat kematian..." batin Kisha

Menyadari Kisha yang menangis kencang gara-garanya, Karl langsung menyembunyikan pedang panjangnya kembali dan reflek menggendong Kisha.
Karl mencoba cara untuk menenangkan Kisha tapi hal tersebut tak berhasil, Kisha masih saja menangis.

"Sh... Hushh, tenang Kisha.. Jangan menangis lagi ayah minta maaf Kisha, ayah pasti ngebuat Kisha takut yah...." ucap Karl lembut dengan Kisha yang masih setia di dalam gendongannya.

"Kamu.. Keluar dari sini, hari ini aku akan berbelas kasihan untukmu." ucap Karl kepada pelayannya tadi.

"Ba.. Baik baginda, terima kasih banyak." balas sang pelayan dengan tubuh bergetar ketakutan, setelah itu tak perlu waktu lama sang pelayan segera keluar dari kamar Karl.

"Hik.. Oik... Hk.." ucap Kisha dengan napas dan suara yang sesegukan.

"Sh... Udah Kisha sayang jangan nangis lagi, nanti sulit buat nafas." ucap Karl dengan tangan menepuk-nepuk punggung Kisha lembut, ia berpikir dengan cara menepuk punggungnya bisa mengurangi sesegukannya.

"Hah... Ga kusangka ternyata yang dikatakan novel berbeda dari aslinya. Dalam novel Karl digambarkan sangat menyayangi putrinya, dia selalu lembut terhadap putri satu-satunya. Bahkan saat bertemu Anya dia juga lembut, manis, dan romantis....."

".... Tapi kenapa kenyataannya malah berbeda dari novel, Karl dia... Sangat kejam huhuhu.
Ternyata arti dari tegas yang digambarkan dalam novel tuh kek gini yah.... Ini mah namanya tiran bukan tegas...." batin Kisha menangis meratapi nasib...

"Huh... Kan adek jadi gerah hati dan gerah bodi..."

"Hik.. Hik.."

"Kan.. Udah dibilangin buat berhenti nangis, jadi susah nafas kan..." ucap Karl sambil menyapu bekas air mata Kisha yang ada di pipinya.

"Huwa!!! Au oik k..!!" ucap Kisha dengan memukul wajah Karl menggunakan tangan kecilnya.
"Huwa!! Ayah tengik, bayi lagi nangis malah dimarahin..!!" /translate bahasa bayi->manusia/

"Aish.. Iya, maafin ayah.. Ayah ga bakal marahin Kisha lagi.."

".. Yaudah sekarang kita mandi, sebentar lagi kita akan hadir di pemakaman ibu sekaligus istriku." terlihat raut wajah sedih Karl, tapi itu tak berlangsung lama.

"What!! Mandi bersama!! Gila nih hooman hensom.. Adek g kuat bang..
Walaupun tubuh adek bayi, tapi jiwa adek umur 18 tahun.." batin Kisha meraung.

"Yaudah ayok, kita lepas bajunya dulu.. Habis itu kita mandi, jangab lupa mandi pakek air hangat." ucap Karl sambil meletakkan Kisha diatas kasur besarnya.

Karl mencoba melepaskan pakaian Kisha secara perlahan.

"Tumben diem.." ucap Karl dengan senyum jail tertampang jelas di wajah tampannya.

"Au!! Oek..,oii... I!!" balas Kisha dengan suara menggebu-gebu.

"Hei!! Kau pikir anakmu diem itu karna mau di buka bajunya.. Anakmu diem gara-gara nahan malu, dasar bambang sialan!!" /translate bahasa bayi->manusia/

Kini semua pakaian Kisha sudah terlepas dari tubuhnya, Karl segera membalut tubuh polos Kisha dengan handuk dan membawanya ke kamar mandi, kamar mandi berada di dalam kamar Karl.

"Ukh!! Gila.. Kita mau mandi bareng, sumpah adek belum siap bang.." batin Kisha

"Hei.. Lagi mikirin apaan hayo.. Kok bengong sambil ngiler sih.." goda Karl dengan mencubit hidung kecil Kisha.

"Au!! Gau.." balas Kisha kesal dengan menipis tangan Karl.

"Heheh.. Gitu aja marah, sini.. Kita udah sampek di kamar mandi."

"Woh.. Kewren banget.. Kamar mandinya kayak kamar mandi sultan, ada bak yang besar.. Woh ada pancuran juga.. Eh.. Gayungnya kok ga ada.
Dahlah bodo amat ga usah pakek gayung..." batin Kisha kagum.

".. Eh.. Aku sampek lupa kalo aku bakalan mandi bareng sama pria tam..." belum selesai Kisha membatin, ternyata itu hanya ekspetasinya.

Kenyataannya yang dimaksud mandi bareng adalah Kisha masuk ke bak mandi, Karl yang memandikan. Jangan lupakan disana juga ada pelayan yang membantu.

"Akh!! Otak sialan, kau sudah mikirin hal ga guna!!" batin Kisha malu.

"Loh.. Wajahmu kenapa merah?? Ini airnya terlalu panas atau badanmu yang lagi demam??.."

".. Pelayan!! Ada apa dengan tuan putriku, kenapa wajahnya memerah seperti ini!!" marah Karl

"Ma.. Maaf baginda, mungkin tuan putri terlalu lama berendam di air.. Hingga menyebabkan tuan putri mengalami flu ringan." jawab salah satu pelayan yang ada di samping bak besar yang digunakan Kisha.

"Akh.. Sialan, cepat bawa handuk ke sini!! Dan kamu! Cepat panggil dokter kerajaan!!" ucap Karl sambil menunjuk salah satu pelayan yang lainnya.

"Baginda.. Ini handuknya baginda."

Vote+komen untuk mendukung cerita ini..

"Aku ga masalah yang vote cuma satu orang, yang penting orang itu bukan temanku atau salah satu orang yang kukenal." ucap Author dengan komuk melasnya.

I_m_KEN

Kisha De Cyzarine (Drop)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang