Prolog

58 19 50
                                    

Hai semuanya...

Kita kenalan yuk, aku Lily. Kalian siapa? :D

Kalo ada typo, bilangin ya...

Selamat membaca

•°•°•°•°•

"KAMU ITU BAGAIMANA SIH?! MENCUCI PIRING SAJA KOK BISA SAMPAI PECAH?! MEMANGNYA KAMU BISA MEMBELI PIRING YANG SEPERTI ITU?!" bentak seorang perempuan paruh baya kepada anaknya sendiri, Ara.

"Ma-- maafin Ara, Ma. Ta-tadi ada ke-kecoa di kaki Ara" ujar Ara sambil menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan air mata yang sedari tadi ia tahan.

"Halah. Alasan aja kamu itu, seharusnya kamu itu mencontoh Kayla! Dia saja bisa mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik. Kamu itu kakaknya kok malah lebih buruk! Tolong ya! Jangan pancing saya untuk berbuat kasar padamu!"

Deg!

Tolong katakan itu bukan Mama, siapapun itu...

Setelah mengatakan hal itu, Mama Ara, Mira meninggalkan Ara sendiri didapur. Ara tak menyangka, mama yang selama ini ia anggap sebagai malaikat pelindungnya, tega berbuat kasar? Walaupun belum, tapi tetap sajakan ancaman tadi menandakan kalau mamanya bisa melakukan hal itu?

Ara menghela napasnya. Air matanya jatuh saat itu juga. Tapi tak apa, dia berusaha kuat, karena semenjak kejadian 'itu' dia seringkali dihadapkan oleh kejadian tak terduga oleh keluarganya sendiri.

"Auuuhhh... Sakit... " ringis Ara. Jari telunjuk Ara terkena serpihan kaca sehingga mengeluarkan darah dan juga rasa sakit tentunya.

Dari arah tangga, tampak seorang anak gadis lain yang tampak lebih muda dari Ara, dia Kayla, adik Ara.

" Kayla... " lirih Ara saat Kayla tiba didepannya. Namun, alih-alih menolong. Kayla justru memilih memandang Ara tak lebih dari dua detik lalu melengos pergi ke arah kulkas dan mengambil air untuk diminumnya. Setelah selesai minum, Kayla kembali ke kamarnya dilantai dua tanpa melihat Ara lagi seakan Ara tidak ada disitu.

•••••

Setelah insiden pecahnya piring tadi. Ara kembali ke kamarnya. Setibanya di kamar, Ara langsung mengunci pintu dan mematikan semua lampu sehingga hanya kegelapan yang ada saat ini. Jam memang menunjukkan pukul 21.30 WIB dan keadaan kamar sudah gelap. Namun, penghuni kamar itu tidak tidur, melainkan merenungi nasibnya untuk hari ini.

"Hiks... hiks... Tuhan... sebesar itukah hiks... ke--kesalahanku di ma--mata mere--reka??" Ara menangis tersedu-sedu namun pelan.
"Tuhan... menga--ngapa hiks... ha--harus aku?"
"Maafkan kesa--la--hanku, Tuhan. Ara jan--ji--ji Ara a--akan jadi anak yang ba-baik"

Setelah mengatakan keluh kesahnya, Ara menarik selimutnya sampai sebatas leher dan kemudian memejamkan matanya. Agar besok pagi dia bisa bangun dengan fresh.
Dengkuran halus terdengar, yang menandakan bahwa manusia dibawah selimut tersebut sudah berada di alam mimpi.

•••••

Suara pisau yang sedang memotong terdengar dari arah dapur. Ara yang baru saja selesai bersiap-siap untuk kesekolah menghampiri bi Ina yang berada di dapur.

"Pagi, Bi. Bibi mau masak apa? Bisa Ara bantuin?" ujar Ara yang sudah berada di sebelah bi Ina.

"Eh, non Rara. Pagi juga non. Bibi mau masak semur ayam sama sayur sop. Non Rara sebaiknya tunggu saja di meja makan, tidak perlu membantu bibi, nanti non Ara jadi bau dapur dong" bi Ina menjawab dengan senyuman terukir diwajahnya. Dia memanggil Ara dengan nama "Rara" karena menurutnya lidahnya akan cadel kalau hanya menyebut "Ara".

"Tidak apa-apa, Bi. Ara sudah biasa melakukan pekerjaan dapur sendiri. Bahkan kemarin malam Ara juga yang membersihkan meja makan. Itung-itung meringankan beban Bibi. Oh iya, Aldo udah mendingan belum bi keadaannya? " Aldo adalah anak bi Ina, kemarin malam bi Ina izin untuk pulang karena Aldo sedang sakit.

"Aldo sudah mendingan, Non. Makanya bibi bisa kerja lagi" bi Ina menjawab dengan sedikit terkekeh. Bagaimana tidak? Ternyata sambil bertanya tadi, Ara sudah mengambil pisau dan membantunya. Ck, anak ini pandai juga mengalihkan perhatian.

30 menit kemudian...

Masakan sudah siap. Semua anggota keluarga pun berkumpul. Ara bersama bi Ina memindahkan makanan dari dapur ke meja makan.

"Selamat makan, Papa, Mama, dan kamu Kayla" ucap Ara ramah kepada seluruh keluarganya. Iya tau, semestinya Ara ngambek karena kejadian semalam, namun Ara bukanlah tipikal gadis seperti itu. Ara merupakan gadis pemaaf.

"Hm" Kayla menyahut, tapi tidak membalas. Sedangkan kedua orang tuanya hanya diam sambil memakan makanannya langsung. Suasana di meja makan pun hening sampai semuanya selesai.

"Pa, Ma, Ara sama Kayla berangkat dulu ya. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Kalo kalian pikir Ara dan Kayla berangkat bersama, maka kalian salah. Mereka berangkat sendiri-sendiri menggunakan motor.

Dalam perjalanan, Ara diam saja sambil sesekali menyapa orang yang lewat yang dia kenal.

"Berikan semangat kepada mereka yang lemah. Tetap semangat, Ara" ujar Ara dalam hati untuk menyemangati dirinya sendiri.

¤¤¤¤¤
Hai, gimana prolognya? Baru di prolog udah ada aja teka-tekinya wkwk

Maaf ya kalau nggak sesuai ekspetasi kalian. Maklum ini cerita pertama.

Sampai jumpa di part berikutnya👋

Follow akun wattpadku ya
@Lily_lilulu
dan Instagramku
@lily.lilulu


I'm a Cherry Blossom (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang