7. Bengis

290 25 0
                                    

Sesuai janjinya kemarin pagi di perpustakaan, kini Rayn tengah menunggu kedatangan Dika di lapangan basket. Ia sengaja melatih Dika pada sore hari, karena di saat seperti itu tidak ada orang. Lapangan itu terletak di dekat sekolah.

Hampir 30 menit menunggu Dika, dan laki-laki itu belum muncul. Dari pada bosan, ia memilih untuk bermain tunggal. Ia mempraktikkan berbagai teknik dasar seperti yang sering ia lakukan ketika akan mengikuti pertandingan bola basket. Rayn pernah membawa timnya memenangkan pertandingan sampai ke tingkat kabupaten untuk perempuan. Karena kepiawaiannya, kepala sekolah pernah mempercayakan untuk membantu coach.

Ia menggunakan teknik two handed set shooting dan jump shoot, teknik yang paling ia sukai ketika hendak memasukkan bola ke ring. Ia melakukannya berulang kali tanpa menyadari kalau seseorang sedang menyaksikan aksinya sejak tadi. Siapa lagi kalau bukan Dika. Lelaki itu sudah ada semenjak Rayn berlatih. Ia sengaja membiarkan Rayn bermain supaya ia bisa melihat seperti apa kemampuan perempuan itu. Dan ternyata, Rayn bukanlah orang yang bisa diremehkan. Beberapa kali ia mencoba memasukkan bola, tak ada yang meleset.

"Huwhh!" Rayn menghembuskan napas panjang sambil menghapus peluh di dahi dan lengan. Hari ini ia tampak sangat keren dengan penampilan ala pemain basket.

"Jago juga!"

Rayn menoleh ke samping dan terkejut melihat Dika duduk tenang dengan senyum kecil. Lelaki  itu tampak gagah meskipun dibalik penampilan tersebut, ia tidak bisa bermain basket.

"Udah lama lo?"tanya Rayn.

"Sejak lo latihan,"jawab Dika cuek. "Masih capek?"

"Kalo lo maunya sekarang, kita latihan sekarang juga."Rayn bangkit berdiri dan menarik tangan Dika hingga ikut berdiri. "Sekarang kita pemanasan dulu. Lo tau caranya, nggak?"

"Tau lah! Gue emang nggak bisa main basket, tapi gue tau teknik dan pemanasannya."

Rayn mengangkat bahu dan melakukan gerakan dasar. Setelah 15 menit menggerakkan badan, ia langsung memberikan instruksi yang harus diikuti. "Lo pasti udah tau teknik dasar bola basket. Sekarang gue pengen liat cara lo megang bola!" Rayn melemparkan bola ke Dika.
Dika mulai mengatur posisi jari tangannya yang berbentuk mangkuk besar.

"Jari telunjuk lo harus diginiin." Rayn memperbaiki posisi jari Dika. Setelah itu ia meminta Dika pura-pura mengoper bola untuk meningkatkan pegangan bola basket di tangan.

"Lanjut!"

Dika mulai melakukan teknik passing dengan Rayn sebagai temannya.

"Bagus. Sekarang kita coba berulang-ulang."

Dan Dika menurut sesuai instruksi.

"Masih kuat, nggak?"

"Gas aja, Rayn!"

"Sesuai perintah!"

Keduanya terkekeh dan lanjut berlatih. Mereka bahkan tak sadar sudah menghabiskan berjam-jam di situ. Barulah Rayn berhenti ketika dilihat Dika mulai kewalahan.

"Latihannya sampe sini dulu." Ia menyerahkan sebotol Aqua yang langsung Dika tenggak. "Gue bakal ngajarin shooting kalo lo udah bisa menggiring bola dengan baik."

"Menurut lo, gimana hasil latihan hari ini?"

"Lo hebat untuk ukuran pemula. Lo udah mulai lincah pegang bola, passing, sama pivot. Besok-besok tinggal kita mantapin lagi."

Masih tersisa beberapa teknik lagi yang harus Dika kuasai, salah satunya menggiring bola. Di situlah kelemahan Dika, karena itu Rayn akan lebih fokus melatih Dika menggiring bola.

Rayn (On going ....)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang