09. Why

574 79 10
                                    


~NOT~

"pikirkan lagi Jisoo, sampai jumpa!" ucapnya tersenyum hangat, lalu setelahnya pergi meninggalkan Jisoo dari sana.

Jisoo terdiam memandang mobil hitam itu, yang semakin menjauh tidak terlihat, ia meremas sedikit ujung bajunya, lalu masuk kedalam rumah.

Hari sudah gelap, ia pulang setelah senja, biasanya terlihat mobil putih miliknya digarasi, namun mobil itu terpaksa ia jual, karena uang mereka yang sudah mulai habis.

Ia mengambil kunci cadangan lalu membukanya, tidak terlihat adiknya itu diruang tamu, ah, dia ingin seperti dulu lagi, saat ia pulang bekerja, maka adiknya itu pasti sedang duduk manis didepan televisi.

Jisoo langsung saja kekamar adiknya, hanya untuk memastikan keadaan sang adik.

Jisoo mengetuk pelan pintu kamar Younghoon, sembari menanggil nama adiknya itu.

Tidak ada sahutan, akhirnya Jisoo memutuskan masuk kedalam kamar sang adik, namun Younghoon tidak terlihat disana, bahkan diseluruh penjuru kamar.

Akhirnya Jisoo mencari adiknya keseluruh rumah mereka yang tidak terlalu besar itu, namun tidak ia temukan, hingga tujuan terakhir yang tidak dia cari adalah kamar ibu dan ayahnya.

Dengan tergesa ia pergi kekamar mendiang sang ibu dan ayah, karena mulai takut dan khawatir.

Cklekk...

"Younghoon!"

Younghoon duduk membelakanginya, terlihat punggungnya bergetar, Jisoo yang melihat, langsung saja mendekati sang adik.

"Younghoon" panggil Jisoo lirih, lalu memegang bahu adiknya, yang malah ditepis oleh Younghoon.

"jadi selama ini kakak udah bohong sama aku!" ucapnya lalu menatap Jisoo dengan wajah merah menahan marah dan air mata.

"Maksudnya apa hoon" tanya Jisoo dengan raut wajah tidak mengerti, karena sekarang ini ia belum benar benar paham apa apa.

"ini apa!" tunjuk Younghoon pada buku yang sudah usang yang sudah terbuka itu, diary Jisoo yang diwarisi oleh sang ibu.

Jisoo tercengang, ia sama sekali tidak berfikir kalau adiknya itu akan benar benar menemukan diarynya dan membacanya.

"jadi selama ini yang orang orang bilang itu benar!" ucapnya dengan mata berair, lalu mengusapnya kasar, Jisoo masih bungkam tak dapat berkata kata lagi, dadanya terasa sesak, sulit untuknya, hanya untuk sekedar membuka mulut, dan menyangkal.

Mungkin sudah waktunya adiknya itu tahu, karena selama lamanya rahasia itu dirahasiakan, pasti akan terbongkar dengan jalannya waktu, walaupun cepat ataupun lambat.

"dan satu lagi, kakak bikin aku benci ayah, padahal yang salah, jelas jelas yang aku bela" ucapnya lagi, lalu menyapu air matanya yang terus saja keluar.

"Younghoon dengerin kakak dulu ya" ucap Jisoo, lalu menangkup kedua pipi adiknya, tatapannya berusaha meyakinkan sang adik.

Younghoon yang melihat sorot mata tulus sang kakak mulai berusaha untuk mengerti.

Jisoo membawa adiknya kedalam pelukannya.

NOT [Jinsoo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang