16. Epolog

1K 73 28
                                    

NOT

"oh ya Ji..jin tolong bacakan aku novel itu..bukannya satu helai lagi akan tamat?"

"Banyak bicara...hikss..." Gumam Jin disela tangisnya, berhasil membuat Jisoo terkikik geli.

"bisa nangis juga ya..hiks" goda Jisoo, begitu lama Jin memeluk Jisoo, air matanya sedari tadi tidak bisa berhenti keluar.

"lalu mau diapakan cincin ini?" tanya Jin lirih dengan wajah memerahnya, tangannya tergapai mengambil dan mengeluarkan cincin itu dari saku bajunya.

"Simpanlah...itu adalah tanda bahwa aku pernah ada didalam hidupmu" jawab Jisoo dengan senyumannya, Jin hanya diam menatap Jisoo, wajahnya sudah tidak lagi dapat berekspresi terlalu banyak.

"Jin..kapan kamu mau bacain novelnya?" tanya Jisoo, Jin nyaris menampar wanita ini jika saja ia bisa, ucapannya terdengar keterlaluan ditelinga Jin.

"waktuku ti..dak banyak Jin.." air mata kembali keluar dari sudut mata Jisoo, sungguh menyakitkan melihatnya.

Jin menatap lirih wanita yang amat ia cintai itu, lalu perlahan mengambil bunga juga novel yang tergeletak dilantai itu.

Jin memberikan bunga itu, memasakan cincin itu kejari kurus Jisoo, lalu membawa wajahnya mendekat pada wajah Jisoo, mencium bibir itu nyaris sangat lembut dengan rasa asin yang terasa, akibat air mata.

Air mata Jisoo bagai aliran sungai yang sangat deras, karena demi apapun Jisoo tidak pernah merasa dicintai sedemikian dalam.

Jin duduk lalu mulai membuka novel itu dengan tangan gemetar, Jisoo memejamkan matanya, saat alunan suara terdengar.

"Sang penyair datang k.kedepan pin..tu gerbang.. Hikss.. Ia menunggu sang putri keluar menemuinya...

Jisoo!!" Jin hampir menjerit kala menadapati Jisoo yang memejamkan matanya.

"ada apa?" tanya Jisoo kaget, Jin menghela nafasnya karena demi tuhan dia tidak siap ditinggalkan.

"lanjutkan Jin..aku hanya memejamkan mataku" jawab Jisoo mengambil salah satu tangan Jin menatap mata Jin dengan senyumam lembutnya.

"raja da.tang.. Hiks... Lalu mengatakan kalau penyair itu tidak pantas untuk. Putri.nya.. Hikss.."

"wah...penyair saja tidak pantas oleh putri, apalagi orang kotor seperti aku ini kan Jin" ucap Jisoo dengan mata masih terpejam.

"kamu pantas buat saya..sa..sangat pantas Jisoo.." Jawab Jin, dan Jisoo hanya bisa tersenyum menanggapinya.

"baiklah..akan aku lanjutkan..jangan du..lu!" cegah Jin, Jisoo yang memejamkan matanya hanya dibuat terkekeh geli, bagaimana bisa kematian terasa lucu baginya.

"sang penyair tidak akan pergi sampai si putri keluar...hi..hingga cu..kup la..ma..jisoo?" tanya Jin takut, dan Jisoo kembali tersenyum, mengeratkan genggaman tangannya sebagai tanda kalau ia masih disini.

"lama..ia menung..gu..akhir.nya..putri i.tu kelu..ar dari pintu.istana de..ngan gaun putih robeknya..jisoo?" tanya Jin lagi dan kali ini Jisoo dibuat terkekeh "lanjutkan saja Jin" jawab Jisoo.

Genggaman tangan dingin itu mulai mengendur.
"lalu pa..nah tiba..tiba mela..yang mengenai..jan.tung si penyair..lalu penya..ir pun ma..ti Jisoo?" tanya Jin karena merasa tangannya sudah tidak digenggam lagi.

Jin berkali kali memanggil nama Jisoo, beberapa kali menggoyangakan tubuh wanita itu, namun tidak ada respon sama sekali. "Jisoo!!"

"Jisoo bangun!? Hey!"

NOT [Jinsoo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang