Chapter 4

20 7 1
                                    

Follow, vote, coment, and share

I'm happy, you too :)

🔅🔅🔅

Saat Tia mendesah lebih keras, makhluk itu langsung melepaskannya.

BRUK

Tubuh Tia ambruk ke lantai. Tia bersyukur karena lidah wanita itu belum sampai masuk ke liang vaginanya dan merobek kehormatan yang selama ini ia jaga.

"Uhuk uhuk ...."

Tia terbatuk-batuk. Bekas cekikan itu masih terasa di lehernya. Ia terus berusaha sekuat tenaga untuk menstabilkan kondisi tubuhnya. Beberapa kali ia menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya dengan pelan.

Beberapa detik berselang, napas Tia yang semula terengah-engah kini sudah mulai membaik.

Tia menyadari kalau kehidupannya akan berubah mulai detik ini. Tak salah lagi, pasti semua ini gara-gara cokelat yang ia makan tadi.

Tia yang dulunya tidak percaya dengan hal-hal ghaib kini harus menerima kalau dirinya benar-benar bisa menyaksikannya secara langsung dengan mata kepalanya sendiri. Makhluk penunggu yang disebut Rizel memang benar adanya.

Wanita berbaju merah itu sudah berada di ambang pintu. Tia mengernyitkan dahi.

Dia membuka pintu yang terkunci? tanya Tia dalam hati.

Ia melihat wajah menyeramkan itu lagi yang juga sedang memandanginya dari jauh, bukan hanya sekadar memandang, tapi sepertinya ia sedang memberikan sebuah pesan pada Tia.

Anehnya, Tia mengerti apa yang menjadi kehendak makhluk itu. Ya, dia menyuruh Tia untuk mengikutinya.

Tia langsung berdiri meski badannya masih terhuyung-huyung. Ia menutup pintu dengan pelan dan mulai mengikuti makhluk yang kakinya tak menapak tanah itu.

Ia melihat pintu-pintu ruang ICU lain yang ada di kanan, kiri, dan depan semuanya tertutup. Terlihat ada beberapa ruangan yang lampunya menyala, pertanda kalau ada orang yang menghuni ruangan itu.

Suasana yang sunyi dan dingin membuat Tia sedikit menggigil. Ia mulai berjalan dengan lutut yang gemetar. Wajahnya menegang, ia masih tak percaya kalau sekarang sedang melakukan hal yang di luar nalar. Ia harus mengikuti jejak makhluk mengerikan yang sedang berjalan beberapa meter di depannya.

Tia membuntuti makhluk itu, melewati koridor yang remang-remang yang terkadang lampunya tiba-tiba mati lalu hidup lagi.

Ia melewati koridor yang gelap lalu tiba-tiba ia mendengar suara wanita yang meraung-raung kesakitan. Terlihat beberapa perawat masuk ke ruangan itu, mungkin itu adalah suara pasien yang penyakitnya sedang kumat.

Setelah melewati sebuah lorong rumah sakit yang begitu gelap, barulah makhluk itu berhenti. Tia melihat tubuhnya yang kemerahan berhenti di depan sebuah pintu. Perlahan pandangan Tia mulai menyesuaikan dalam keremangan malam. Dibantu oleh cahaya bulan yang cukup terang, Tia bisa melihat dengan jelas kalau di atas kusen pintu itu tertulis "Kamar Mayat".

Wanita berbaju merah itu menunjuk pintu itu dengan kuku panjangnya. Tanpa aba-aba, wajah yang semula mengerikan itu tiba-tiba berubah. Tia melotot saat mendapati ia sudah berubah menjadi sosok wanita cantik.

Tia menutup mulutnya dengan telapak tangan. Wanita di depannya menampakkan wajah yang sedang menangis tapi tanpa suara.

Di telinga Tia, seperti ada yang berbisik, "Tolong aku. Kamu harus lihat apa yang terjadi di dalam!"

Tia meneguk air ludahnya. Perlahan ia menoleh pada pintu kamar mayat itu. Ia melihat daun pintunya sedikit terbuka.

Cewek itu langsung mendekat ke arah pintu dan mengintip dari sela-sela pintu yang terbuka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TERKURUNG [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang