Telu

4.9K 713 107
                                    

Bian maupun Rifki udah balik lagi, duduk anteng di ruang keluarga Neta santai-sebenernya enggak santai. Rifki diem karena takut si Bian ilfeel sama dia yang tadi rada brengsek baru kenal langsung grepe aja. Kalo Bian diem karena ngerasa bersalah sama Rifki karena nolak si mas tinggi yang udah kayak sagapung itu.

Iya, sagapung, sange ga ketampung. Astaga.

Terus agaknya Bian menyesal. Setelah tangan Rifki yang elus-elus manja dia tadi, sebenernya dia ngarep dipaksa lanjut biar ala-ala bokep Jepang gitu. Biar nggak keliatan-keliatan amat gatel-nya dia. Tapi Rifki-nya malah udahan. Padahal dia udah siap mau diapa-apain aja.

Jadi, waktu Rifki lagi anteng masih nonton X-Men, Bian malah sok-sokan nyender di bahu Rifki. Abis gitu merem.

Lagi asyik-asyik merem, eh kok Bian ngerasa geli-geli yang bikin merinding disko gitu di pahanya. Ngelus dari paha luarnya, masuk ke paha bagian dalamnya sensual.

Mendadak ada yang bangun, tapi bukan rumah tangga.

Ada yang tegak, tapi bukan keadilan.

Ada yang keras, tapi bukan batu bata.

Lalu, Bian buka mata dan mau menatap si pelaku pelecehan. Baru buka mata, bibirnya Bian udah disosor sama Rifki. Bibir Rifki yang tebal, bersatu dengan bibir Bian yang tipis. Perlahan ciuman biasa itu naik level ke tahap melumat, yang mana membangkitkan gairah keduanya. Tangan Rifki sudah bergerilya meraba kulit punggung Bian yang masih tertutup kaos putih kedodorannya.

Bian juga membalas hal itu dengan mengelus dada Rifki pelan. Bian pun sama bersemangatnya pada Rifki, karena demi apa pun kesempatan itu nggak dateng dua kali. Ada kesempatan ews ya kali enggak diambil. Uhuk.

"K-Kak, nanti Neta dateng," bisik Bian karena dirasa foreplay-nya kelamaan. Bian kan udah siap ditusuk lahir dan batin, nggak perlu pake segala foreplay ciuman, elus, lumat, gigit manja biar terangsang lagi. KAN DIA JUGA UDAH TERANGSANG.

Memang biadab tititnya, minta dikerangkeng.

Maka Rifki menurut. Setelah mengerjai bahu Bian dengan beberapa gigitan hingga menimbulkan bekas gigitan model hickeys, Rifki lantas turun ke tubuh bagian bawah Bian. Meremas bongkahan pantat itu agak keras.

"Pantat kamu gemesin banget, deh."

Jancok, ngab, pikir Bian ngerasa cringe. Dia emang suka ngomong kasar kalo lagi salah tingkah.

Eh enggak juga, sih. Dia selalu kasar di mana pun dan apa pun situasinya. Astagfirullah, jangan ditiru!

Dan setelah itu, hal enak-enak pun terjadi. Bian dan Rifki tentu saja senang karena akhirnya ada saluran untuk nafsu keduanya yang menggebu-gebu. Bian senang digagahi Rifki, Rifki pun senang menggagahi Bian. Sangat sederhana sekali.

-

"Neta mana, ya?" gumam Bian setelah menyadari Neta yang tak kunjung pulang setelah satu jam lamanya. Mana di luar udah mulai mendung pula.

Oleh karena itu Bian pun mengambil ponsel di celananya-eh, kok kosong?

Oh iya, yang dia raba malah boxer-nya. Celana dia masih tergeletak tak berdaya di atas meja. Mereka belum pake baju lengkap karena memang sex mereka baru aja selesai.

Jadi, Bian pun mengambil ponsel di saku sweatpants-nya. Menghubungi Neta untuk tahu di mana gadis itu berada.

"Halo, Net, lo di mana?" Bian bertanya setelah panggilan itu tersambung, sambil mengenakan celananya.

GrindrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang