6. Si Bisu

44 8 3
                                    

Tiga hari Aku mengalami kejadian itu, Aku pingsan setelah melihat cahaya dan kegelapan itu. Dimana seseorang yang berada di depan mata ku yang kini belum nampak wajahnya, Aku masih terkejut sampai sekarang membayangkan wajah Troye. Pria misterius itu.

"Kamu udah baikan?" Tanya Mami, Aku mengangguk saja. Hari ini aku putuskan untuk berangkat ke sekolah.

Aku dan supir Papi berangkat, karena aku tidak cukup sehat, makanya aku di antar. Sesampainya di sekolah, aku merasakan aura mencekam entah kenapa.

Aku cuek saja, aku memilih melewati gerbang menuju kelasku, Cukup jauh aku untuk menempuh perjalanan ke kelas. Hingga sesosok pria gagah yang sedang membawa buku paket itu sedang berjalan berawalan.

Aku memilih cuek, dia anak baru di kelasku tiga hari yang lalu sebelum aku pingsan. Aku berjalan melewatinya sepertinya ada yang aneh dengan tatapan anak baru itu, entah apa tapi aku tidak tahu.

Aku masuk ke dalam kelas, dimana semua siswa siswi sedang sibuk dengan aktivitas masing-masing, aku duduk di kuris ku kembali. Salah satu dari temanku menghampiri ku, Dia menepuk bahu ku pelan.

"Hmmm, Kamu tahu laki-laki itu. Murid baru di kelas kita?" Tanyanya, aku mengerutkan keningku bertanya-tanya.

"Dia itu ternyata bisu." Aku terkejut, kemarin aku memang menemaninya mengambil bangku di gudang, dan ternyata dia bisu makanya tidak mengobrol dengan siapa-siapa.

"Terus?" Tanyaku,

"Katanya pamali, Kita gak boleh temanan sama orang bisu." Aku tercekat, bisa-bisanya mereka berkata seperti itu.

"Terserah, bagi aku. Berteman dengan siapa saja itu baik, aku lihatnya dia baik." Ujar ku, aku tidak peduli dengan tanggapan mereka tentang dia.

"Ya udah, jangan salahkan aku kalau kamu sial gara-gara dia." Ia pergi setelah mempengaruhi ku untuk menjauhi Pria itu. Aku tidak tahu siapa namanya, dia juga sama misteriusnya dengan Troye.

'dia baik kok.'

Suasana mendadak dingin, Aku melirik ke arah suara itu. Troye sudah duduk di depanku dengan tangan yang memangku dagunya. Lalu tersenyum manis.

"Wajah kamu kok gak berubah?" Tanyaku, Dia terkekeh.

"Waktunya itu gak banyak, Aku pergi kalau aku berubah. Takut kamu pingsan seperti kemarin." Aku menjerit kecil, rasanya malu sekali.

"Btw, Kamu cantik yah." Tahulah, Siapa pun yang di gomalin dengan seperti ini akan merasa melting, Meski Troye adalah.... Hantu gentayangan.

"Eh dia datang." Aku memalingkan wajah menatap sumber objektif yang mereka rundingkan. Aku melihat pria itu datang dengan wajah datarnya.

"Aku pergi yah," Suara Troye membuat ku tersadar, Dia sudah menghilang dari hadapan ku. Hanya pria itu yang ku tujuh sekarang, dia berjalan menuju bangkunya di belakang.

"Dia kemarin pergi sama Adisty, eh tahunya setelahnya Adisty malah kesurupan lagi. Gak level aku berteman sama dia." Aku mendegus kesal, kenapa mereka mencibir begitu. Apa faedahnya.

Pria misterius itu hanya duduk di bangkunya, ia tidak mau ambil pusing mungkin. Dia mengambil sesuatu di tasnya, lalu meletakkan buku novel di meja.

Entah kenapa tubuhku berjalan menuju tempat pria dengan tenang, meski banyak yang menegurnya agar tidak macam-macam.

"Kamu lagi apa?" Tanya Ku mencoba untuk ramah, dia masih diam tanpa menoleh.

Aku duduk di depannya, Dia terlihat sibuk dengan bacaannya. Agak aneh ketika sorot matanya seperti menerowong.

"Mereka emang gitu, jangan di dengar kan. Maaf yah kemarin aku sempat berpikiran buruk tentangmu karena kamu hanya diam saja." Dia masih terdiam, Aku menghela nafas gusar.

"Ya udah, sepertinya kamu tidak butuh teman." Aku bangkit, kedua netra itu menatapku untuk mengintruksi agar aku tetap di tempat, itu mungkin pendapat ku.

Dia meraih jariku dan menarik salah satu jariku, Dia menunjuk bangku yang ku tempati dengan ekor matanya.

Ia sibuk mengeluarkan catatan kecil dari tasnya, ia menulis sesuatu yang entah aku tidak tahu apa yang dia tulis.

Setelah lama menulis pria itu menoleh dengan senyum untuk pertama kalinya ia menampakkan senyuman pria itu.

 "Mari berteman!"

Tulisnya, Aku hanya diam.

***

Waktu istirahat tiba, Aku memilih tinggal di kelas ketimbang ke kantin, ramai dan berisik. Aku melirik ke arah pria itu, Ada Troye dengan wajah telah Berubah sementara Pria itu hanya diam. Kenapa Troye ada di situ? Aku berjalan menuju tempat pria itu.

"Kami kenapa gak ke kantin?" Tanyaku. Dia menatapku lalu menggeleng.

"Gak lapar?" Tanya ku lagi, dia terdiam. Lalu menulis sesuatu di note kecilnya.

"Aku takut!"

"Jangan takut, kita temanan." Dia tersenyum tipis lalu menulis sesuatu.

"Kamu kenapa gak ke kantin?" Aku menggaruk tengkukku. Rasanya gugup sekali. Aku melirik Troye yang tertawa yang membuatku seram melihatnya.

"Ini mau ke kantin, Kamu ikut?" Dia berpikir lalu menulis di note kecilnya.

"Kamu kenapa? Kok jadi gugup?" Aku semakin panas dingin, kenapa dengan pria ini sih.

"Ah.. itu. Kelas panas banget, gak ke kantin buat ngadem?" Ku lihat pria itu terkekeh, apa yang lucu. Troye juga ikut tertawa dasar si hantu. Kenapa dia ada di situ sih, bikin kesal saja.

"Aku tidak suka ke kantin, kalau mau ngadem tinggal keluar kelas aja bisa."
T

ulisnya di buku kecilnya itu, aku mendegus kesal.

Dia menangkup kedua tangannya, meminta maaf. Wajar sih, dia tidak ada yang suka karena kekurangannya. Aku turun kasihan melihatnya, dia ganteng tapi.. pikiran ku kenapa malah melengking ke pria itu.

"Ya udah, Aku mau ke kantin, gak enak aja ninggalin kamu sendiri di kelas. Nanti kalau ada anak-anak nakal kamu bisa ngelawan apa?" Ujar ku, dia terdiam. Kenapa aku jadi mengomel, hey Adisty dia bukan siapa-siapa mu, dia hanya teman barumu.

"Kamu perhatian padanya Adisty?" Suara halus menghancurkan lamunanku, aku menoleh ke arah Troye, dia nampak murung. Aku tidak tahu kenapa dia murung.

"Aku gak gitu, aku cuma kasihan." Teriakku membuat raut wajah kedua pria berbeda dunia itu nampak berubah, terutama Pria bisu itu. Maaf ucapkan ku tidak ku filter aku tidak tahu namanya.

Ku lihat dia menunduk dan menulis sesuatu." Kalau begitu, kita tidak bisa berteman. Aku tidak butuh teman yang cuma kasihan padaku."

Aku melotot, aku salah bicara. Aku berbicara pada Troye bukan padanya. Dia nampak berdiri mengeser kursinya lalu berlalu meninggalkan ku mematung.

"Ini itu gara-gara kamu Troye, lihatkan? Dia jadi marah." Omelku, Troye yang masih terdiam.

"Kamu suka dia Adisty?" Tanyanya lagi. Aku mendegus kesal. Hantu menyebalkan, Aku memilih pergi dari hadapan Troye.

"Kalian memang bisa bersatu, sementara aku tidak. Aku hantu dan kamu manusia." Mirisnya, Samar aku mendengar ucapan Troye. Apa maksud ucapan barusan. Rapi aku tidak peduli, Kenapa aku harus berurusan dengan hantu semacam Troye.

**[MLS]**

Misteri Lorong Sekolah!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang