Happy Reading 💕
________________________________________________________Sehun Pov
Aku curiga pada Nayeon akhir-akhir ini. Wanita ini seperti merencanakan sesuatu dariku. Hal itulah yang melandasiku hingga berada di tempat ini. Tempat yang membuatku bisa mendengar percakapan ketiga orang di depanku dengan jarak agak sedikit jauh. Suasana restoran juga tidak ramai jadi aku bisa mendengar ucapan mereka. Kututupi wajahku dengan buku menu agar mereka tidak melihatku, terutama Nayeon. Karena posisi Kai dan lelaki disebelahnya yang ku ketahui bernama Mingyu itu membelakangi ku.
Aku mengerutkan keningku saat mendengar ucapan Nayeon. Ya Tuhan! apa yang ia katakan! Jari-jariku mengepal kuat mencoba menahan agar tidak menghampiri mereka.
Tunggu??
Apa?? Anakku akan diserahkan pada Kai!? yang benar saja! Apa yang terjadi dengan Nayeon?
Saat kakiku ingin berdiri untuk mendekati mereka, Nayeon tiba-tiba berdiri dan pergi. Aku tertegun, mengikuti Nayeon atau tetap mendengar percakapan mereka? Ku putuskan saja mengikuti Nayeon. Ada yang tidak beres dengan wanita itu.
Tepat saat berada di samping jalan, aku melihat Nayeon membekap mulut serta hidungnya. Keningku semakin berkerut saat melihat ia goyah. Tiba-tiba adrenalin ku terpacu saat melihat tubuh wanita itu ambruk dan akan menghantam jalan. Refleks aku cepat mendekatinya.
Aku berlari dengan cepat merengkuh tubuh Nayeon sebelum badannya menghantam jalan. Rasa panik menguasaiku saat melihat hidung wanita ini mengeluarkan darah. Dengan cepat kubopong Nayeon dan mencari taksi.
Setelah mendapatkan taksi, aku membawanya masuk dan ku letakkan ia di pangkuanku. Seluruh tubuhku bergetar serta degup jantungku meningkat drastis. Apa yang terjadi dengannya? Aku menatap wajah wanita yang selama ini telah bersamaku. Bulu mata panjangnya, hidung mungil, bibir, dan wajah ovalnya sangat pas melekat pada karakternya yang lembut.
Nayeon, wanita baik yang menolongku saat aku terpuruk ini harus menanggung beban atas kesalahanku selama ini. Wanita yang berada di pangkuanku ini seharusnya tidak mendapat takdir seperti ini. Jika saja pada saat itu aku tidak menjadi lelaki brengsek malam itu, mungkin ia tidak akan menanggung beban begitu berat.
Ku tatap lagi wajahnya, tanganku terulur menyentuh setiap inci wajah wanita yang telah menjadi istriku ini. Wanita yang tidak pernah aku sentuh lagi selain di depan Kai, wanita yang selalu mengikuti semua perintahku tanpa membantah, dan wanita bodoh yang jatuh cinta pada lelaki brengsek sepertiku.
Aku tidak pernah mencintai Nayeon, hal itu yang membuatku merasa semakin bersalah atas apa yang telah ia korbankan kepadaku. Takdir begitu kejam padaku, kengapa wanita baik ini tidak pernah bisa mengambil hatiku dari Kai? Kengapa!?
Dengan gemetar aku meraih hpku dan menghubungi orang yang tadi berbicara dengan Nayeon. Orang yang menjadi korbanku, orang yang aku cintai sekaligus membencinya, orang yang masih menjadi istri pertamaku, Kai.
***
Kai Pov
Aku dan Mingyu berlari tergesa-gesa menuju ruang rawat Nayeon. Aku tidak tau apa yang terjadi dengan wanita itu, tetapi firasat ku mengatakan kalau kondisi wanita itu semakin memburuk.
"Kai, berhenti berlari! Kau akan membuatku mati!"
Pekikan Mingyu tidak berhasil meghentikanku. Aku menolak menoleh pada lelaki itu. Dengan panik aku terus berlari, aku yakin wajahku seperti orang gila sekarang.
Dari jauh aku melihat Sehun berdiri di depan ruangan ICU, dengan cepat aku menghampirinya. Setelah cukup dekat, aku berusaha menormalkan degup jantungku yang menggila.
"Sehunhh .. bagaimanah keadaan Nayeonh?" ucapku terengah-engah karena berlari
Pertanyaanku mengalihkan fokus lelaki yang sebelumnya memperhatikan ruangan di depanya. Sehun tidak langsung menjawab pertanyaanku, matanya terus melihatku dengan intens. Lalu matanya melihat pada perutku, hal itu membuatku tidak nyaman.
"Ya Tuhan! Sudah aku peringatkan berhenti berlari Kai!" bentak Mingyu yang baru saja tiba
Aku sedikit terkejut atas bentakan Mingyu, tetapi bersyukur karena ia berhasil mengalihkan pandangan Sehun yang sedari tadi melihat padaku.
"Aku belum tau." guman Sehun
Gumaman Sehun berhasil membuatku tertegun, belum pernah aku melihatnya seperti ini. Lelaki arogan yang selalu marah ini berubah menjadi Sehun dua tahun yang lalu, bahkan Sehun inilah yang aku temui 2 tahun lalu.
Setelah Sehun mengatakan kalimatnya, seorang dokter keluar dan menemui kami.
"Bagaimana kondisi istri saya dok?!" ucap Sehun panik kepada dokter
Dokter menghembuskan nafasnya pelan, seolah berat memberi tau apa yang terjadi.
"Kami minta maaf Pak, istri bapak tidak bisa kami selamatkan, beliau meninggal tepat setelah berada di rumah sakit ini."
"APA YANG KAU KATAKAN!" teriak Sehun mengcengkram jas dokter.
"Maaf pak, istri bapak telah meninggal akibat kanker rahim yang di deritanya. Dan kami juga minta maaf, putra anda .. tidak bisa kami selamatkan juga, ia meninggal bersamaan dengan ibunya."
"PEMBOHONG! SEJAK KAPAN NAYEON MEMILIKI KANKER! AKU TIDAK PERCAYA! BIARKAN AKU MELIHATNYA!" teriak Sehun keras.
Teriakan Sehun menggelegar dan terus mencengkram jas dokter itu. Sehun siap memberi tinjuannya jika tidak di tahan oleh beberapa dokter dan perawat yang berada disini. Dalam sekejap kekacauan terjadi di depan ruang ICU. Beberapa dokter mencoba menahannya, seiring dokter menyuntikkan sesuatu pada Sehun. Suntikan itu membuat ia berangsur-angsur tenang dan kehilangan kesadarannya.
Aku terpaku pada pemandangan itu, otakku serasa kosong. Untuk sesaat aku tidak bisa berpikir jernih.
"Kai, hey, hey! Hentikan Kai. Kau bisa membuat dirimu dalam masalah. Tenanglah, okey," Mingyu mencengkram kedua bahuku mencoba mengembalikan fokusku.
"G-gyu ... N-n-nayeon .. Nayeon?" Aku tergagap tidak tau apa yang harus aku katakan.
Ya Tuhan, wanita yang beberapa saat lalu baru saja memintaku merawat anaknya kini meninggal tepat di depanku. Bahkan bayi itu juga meninggal seolah ia tidak ingin meninggalkan ibunya.
"Dokter, bisakah aku melihatnya?" pintaku
"Bisa tuan, tapi mohon tenang ya."
Kakiku perlahan melangkah memasuki ruangan Nayeon. Dingin, itu yang kurasakan saat memasuki ruangan ini. Ruangan ini cukup membuatku merasa sendiri. Bahkan dingin sampai menusuk pada tulangku, padahal ada beberapa orang termasuk Mingyu di dalam sini tetapi itu tidak cukup menutupi rasanya.
Aku menatap wanita yang sekarang terbujur kaku di depanku ini. Aku melihat bibirnya tersenyum sangat cantik, bahkan wajahnya yang sekarang sudah pucat masih terlihat cantik. Mungkin orang pasti mengira ia sedang tertidur. Entah kengapa sekarang aku merasa seolah aku yang salah berada di antara mereka. Sehun dan Nayeon mengenal lebih dulu dariku. Mungkinkah aku yang merusak hubungan mereka?
"Nayeon, munafik jika aku mengatakan aku tidak membencimu. Kau wanita yang beruntung yang mendapat kasih sayang Sehun, walau kau mengatakan jika ia mencintaiku. Tetapi rasanya aku hanya sebagai mainannya, ia tidak benar-benar mencintaiku. Terbukti ia begitu kehilangan saat mengetahui kalau kamu telah pergi. Aku sadar, aku tidak bisa menyalahkanmu atas semua yang menimpaku, tetapi aku juga tidak bisa memungkiri ini karma untukmu karena kau juga mengambil jalan yang salah walau tanpa sengaja. Tetapi sekarang aku tidak memiliki alasan lagi untuk membencimu," ucapku di depan jasadnya.
Aku memaafkanmu Nayeon.
TBC
Udah mau mendekati ending nih. Kalau vote mencapai 100 lagi maka saya bakalan cepat update.
Jangan lupa beri vote dan komentarnya
See you next chapter ♥️
![](https://img.wattpad.com/cover/236943789-288-k455781.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful Marriage [END]
FanfictionPernikahan yang seharusnya membuatmu bahagia dengan orang yang kamu cintai berubah menjadi pernikahan yang menyakitkan dalam sekejap. Malam pertamamu yang seharusnya bahagia dan saling menyalurkan rasa cinta tiba-tiba berubah menjadi malam pertama k...