Chapter 9 - Sehun's Truth

1.8K 214 75
                                    

Special Weekend dan Hari Special Hunkai kemarin (Walaupun telat)

Happy Reading 💕
_________________________________________________________

"Bagaimana jika dia  membencimu?"

"Hm ... Tak apa, biarlah itu menjadi masalahku nanti. Aku hanya ingin ia kembali padaku."

Samar-samar aku bisa mendengar  percakapan antara dua orang laki-laki. Aku mencoba membuka mataku perlahan, walaupun berat sekali rasanya.

Pemandangan yang kulihat pertama kali ialah sebuah kamar dengan nuansa hitam pekat seperti malam. Dinding, tempat tidur, bahkan lantai pun berwarna hitam pekat. Melihat semuanya membuatku tiba-tiba sesak nafas. Aku menghembuskan nafas ku perlahan menjaga agar tidak menimbulkan masalah pada dadaku.

"Tapi Sehun, ia akan semakin membencimu, bahkan mungkin tidak akan memaafkanmu lagi terlepas dari apa yang akan kau katakan nanti."

Deg~

Sehun? Mungkinkah yang menculik ku Sehun? Apakah ia sudah gila!? Untuk apa ia menculik ku? Ya Tuhan ...!!!

"Aku tidak peduli Lin. Selama ia bersamaku!"

Jantungku berdegup semakin kencang, ia sudah gila! Ia benar-benar gila! Aku mengepalkan tanganku sekuat mungkin berusaha melepaskan ikatan pada tanganku ini. Perih sekali rasanya. Mungkin tanganku sudah sangat merah.

Aku tidak bisa melihat tanganku karena posisinya di ikat ke belakang dan duduk di kursi kayu. Setelah lama aku berusaha melepaskan ikatan pada tanganku, aku merasa jika usahaku sia-sia saja.

Krukk ... Krukk ...

Aku memejamkan mata menahan rasa lapar pada perutku. Ini mungkin karena aku tidak makan. Bahkan makanan yang di pesankan Mingyu belum ku sentuh sedikitpun.

Mingyu!?

Ya ampun! Aku lupa jika aku bersamanya tadi. Mungkinkah ia sedang mencari ku sekarang? Aku tidak bisa memprediksi jika sudah berapa lama aku menghilang. Semoga Mingyu sadar jika aku menghilang dan mencari ku. Aku tidak pernah berharap atau meminta apapun darinya, dan sekarang untuk pertama kalinya aku berdoa ia akan menjadi penolongku.

Krukk ...

Aku menundukkan pandanganku, mataku melihat pada perut buncit ku. Ugggh ... Sekarang terasa sakit, aku merasa ada tendangan-tendangan kecil dari dalam perutku. 

"Sayang .. bertahanlah. Eomma tidak bisa memberimu makan sekarang. Setelah kita keluar dari sini, eomma janji akan makan yang banyak agar kamu tidak merasa kelaparan lagi. Sekarang tolong eomma ya ... Tolong tenanglah sebentar," ucapku pada anakku yang masih dalam perutku

Seperti mantra, anakku tidak lagi memberontak atau menendang.  Dan sakit perutku perlahan sedikit berkurang. Aku tersenyum merasakan perubahan itu.

"Kai, apakah kamu lapar? Aku membawakan mu makanan." ucap Sehun, menyerahkan semangkuk bubur untukku.

Aku mendongak, kini mataku bertemu dengan wajah lelaki tampan yang dulu sempat menjadi suamiku. Mungkin sekarang memang masih menjadi suamiku, karena kami belum berpisah secara hukum.

Ku buang wajahku menghindari kontak mata dengannya, rasanya sekarang aku telah muak melihat wajah itu. Wajah yang dulu selalu ku puja kini menjadi wajah yang paling ingin aku hindari.

"Kai ... Makanlah, aku tau kau lapar. Apakah kau akan menyiksa bayi kita? Ia pasti sangat lapar," ucap Sehun lagi berusaha membujuk.

Telingaku serasa panas saat ia mengatakan bayi kita? Bayi kita?! Ini bayiku! Hanya bayiku! Ia tidak akan pernah bisa memilikinya bahkan jika ia ingin menukarnya dengan dunia.

Painful Marriage [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang