PART 1

1 0 0
                                    

"Jaga ya omongan lo. Masih baru disini, jangan belagu."

***

Motor Arkaan memasuki kawasan sekolah. Ia memarkirkan motornya tepat dibawah pohon jambu. Tempat itu langganan motor Arkaan. Bahkan pohon jambu nya diberi tulisan 'yang markir disini selain Arkaan, dinyatakan hamil'. Ada ada saja kelakuan cowok ini. Sifat ketidak waras annya memang sangat menyebalkan.

"Turun." suruh Arkaan begitu ia melepaskan helm nya

"Ih! Cepet banget nyampe nya." ucap Velin kesal

"Bacot, gecee woy!"

"Hihh iya iya! Sabar!"

Velin turun dari jok penumpang. Menyerahkan helm nya ke Arkaan. Lalu meninggalkan Arkaan tanpa beban. Sedangkan di motornya, Arkaan mencak-mencak tidak jelas.

Langkah Velin terhenti ketika ia sampai di koridor lantai dua. Diujung koridor lain, terdapat sekerubung siswi. Dari mata Velin, ia juga melihat guru berkepala botak, Pak Heru, wakil kepala sekolah.

"Heh! Jahat banget lo ninggalin gue!" ujar Arkaan tiba-tiba

Velin menoleh, melihat Arkaan dengan nafas naik turun. Sepertinya cowok ini sehabis lari dari parkiran ke lantai dua. Velin tidak menjawab. Pandangannya jatuh kepada seorang remaja dengan paling mencolok diantara kerumunan siswi. Terlihat jelas, remaja itu seperti artis yang sedang diminta foto dan tanda tangan.

Remaja yang dimaksud menatap Velin nanar. Sadar sedang diperhatikan, Velin langsung membuang muka. Tidak ingin terpana dengan orbit lurus yang ditatapnya barusan. Arkaan melihat remaja tadi. Berhimpitan dengan siswa perempuan.

"HEY! MINGGIR!" suara bass Pak Heru menggema disepanjang koridor

Perlahan, sebuah jalan terbuka. Kini tidak bisa mengelak, Velin kembali menatap remaja itu. Velin melihat dari atas hingga bawah. Rambut yang coklat kehitaman, headphone yang mengalung dileher, seragam yang keluar dan sepatu berwarna putih bersih.

"Ayo, Vel. Jangan diliatin, ntar lo suka." goda Arkaan tepat ditelinga Velin

"Ih apaan sih! Ayo ah ke kelas."

Setelah itu Velin dan Arkaan bergegas masuk ke kelas mereka. XI IPS 2. Velin menaruh tas di tempat duduknya kemudian iku duduk disebelah Arkaan yang sudah memainkan ponselnya. Tak lama, Pak Heru masuk bersama remaja tadi. Tidak jauh beda, suasana tiba-tiba gaduh. Terpana dengan wajah tampan yang sepertinya akan menjadi teman mereka.

"Yak! Selamat pagi anak-anak." sapa Pak Heru dengan logat Batak yang khas

"Pagi pak!"

"Nah, kalian tengok! Disebelah saya ini ada anak muda. Ganteng sekali wajahnya! Masih baru nih! Pindahan dari luar negeri katanya! Dari mana kau?" tanya Pak Heru

"Berlin, Pak,"

"Ahh iya beling! Dari situ dia!"

"Berlin pak!!" ralat seisi kelas

"Ah sudahlah! Beling kek, bering kek! Perkenalkan nama kamu nak!" suruh Pak Heru

"Hai semua, nama gue Graha. Graha Alexi Chaddrick. Sebelumnya gue sekolah di Berlin, tapi nyokap gue ingin pindah ke Indonesia. My dad Jerman and my mom asli Indonesia." jelas Graha

"Hai Grahaa!!" sapa Maria centil

"Udah sold out belum?" sambung Maria semakin dibuat-buat

"Ihh." Velin mendelik, merasa jijik dengan perkataan Maria yang alay

GRAHA (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang