PART 3

0 0 0
                                    

Kalah sebelum berperang

***

Hari ini hari Sabtu, pukul dua siang. Sejak pagi, Arkaan belum keluar kamar. Sarapan pun tidak. Bahkan mamanya harus mengantar sarapan Arkan. Sepiring roti dan segelas susu coklat panas. Mungkin sekarang susu itu sudah berubah dingin, atau mungkin beku?

Ia hanya berguling kesana kemari. Dengan selimut yang membungkus layaknya kepompong. Kasurnya sangat posesif. Terus membuat Arkaan nyaman hingga tidak ingin beranjak. Kasur memang pacar terbaik. Nyaman, tempat curhat, bisa dijadikan sandaran. Mantap deh!

Sedari tadi, pikiran Arkaan hanya tertuju pada satu nama. Velin. Menurut tebakan nya, Graha bisa saja langsung menyatakan cints kepada Velin. Dan Arkaan tidak ingin hal itu terjadi.

"Apa gue harus nembak dia sekarang?" gumam Arkaan

Arkaan mengangkat jarinya. Jempolnya menyentuh jari lain bergantian. "Tembak, enggak, tembak, enggak, tembak, enggak.. Tembak."

Arkaan menyerah. Ia turun dari kasur nya lalu duduk di kursi belajar.

"Gue harus nembak Velin. Gue nggak mau kalau Graha yang ngeduluin gue."

Tekad nya sudah bulat. Arkaan mandi lalu berpakaian serapih mungkin. Kali ini, ia tak asal memilih baju. Pilihannya jatuh kepada celana jeans biru dongker dan sweatshirt putih polos.

Arkaan meraih ponselnya yang berada di nakas sebelah kasur. Ia membuka whatsapp lalu mencari kontak Velin.

Arkaan J : Vel

Kurang dari 2 menit, Velin membalasnya.

Jovelline : Apa?
Arkaan J: Cafe monolog yuk. Bosen nih.
Jovelline : Ayo. Gue juga bosen.
Arkaan J : Siap-siap. Ngesot juga gue nyampe.
Jovelline : Resek lo!

Arkaan tersenyum. Rencananya berhasil sampai sini. Mengajak Velin ke cafe saja sudah membuat Arkaan senang bukan main. Arkaan semakin yakin, jika nanti ia menembaknya, Velin pasti akan terima.

Arkaan melesat keluar kamar. Berpamitan kepada kedua orang tuanya yang sedang menonton televisi. Arkaan membuka pagar.

Diseberang rumahnya, terlihat Velin yang sedang berjalan kearahnya. Gadis itu tampak selalu cantik dimata Arkaan. Padahal Velin hanya mengenakan celana leggings hitam dan sweater oversize.

"Tumben cepet." ucap Arkaan memulai pembicaraan

Velin memukul pundak Arkaan pelan. "Yee! Sialan lo!"

Arkaan tertawa. Kemudian ia mengeluarkan motornya. Arkaan memberikan satu helm nya kepada Velin. Keduanya pun langsung pergi meninggalkan perkarangan rumah Arkaan.

•••

Graha baru saja selesai mandi. Ia mengenakan baju rumah seadanya lalu menyisir rambut serapihnya. Edbert menyuruhnya untuk menyusul ke ruang keluarga.

Mau tak mau, Graha pun ke ruang keluarga. Disana, ada Edbert dan Karina sedang mengobrol santai. Graha langsung duduk di sofa dekat dengan Karina.

"Ada apa?"

Edbert menoleh. "Ah, Graha. Jadi begini, perusahaan papa dengan perusahaan Perusahaan Morreti akan bekerja sama."

GRAHA (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang