PART 4

0 0 0
                                    

"Gue kalah, Gra. Gue mundur. Gue minta, lo maju sekarang."

***

Motor Arkaan memasuki kawasan sekolah yang tampak sepi. Ya, sekarang masih pukul enam pagi. Dirinya sengaja datang lebih pagi karena suatu hal. Sebelumnya, Arkaan sudah mengabari Velin karena tidak bisa kesekolah bareng.

Matahari yang belum keluar dari tempat persembunyiannya, membuat beberapa orang malas untuk beraktivitas. Arkaan pun begitu. Tapi ia harus menyelesaikan masalahnya dengan Graha. Perihal perasaan.

S

esampainya dikelas, Arkaan menatap seluruh penjuru kelas. Matanya berhenti di satu titik dimana ada seorang pria sedang mendengarkan lagu dengan cara menyumpalkan headset di telinganya.

Arkaan langsung menaruh tas diseberang bangku Graha. Tanpa aba-aba pun ia langsung menarik seragam Graha dan mencabut paksa headset milik Graha.

"Ikut gue!"

Graha yang menyadari itu Arkaan, ia tidak berontak. Terserah apa mau cowok itu.

Lagi, Arkaan membawanya ke belakang sekolah. Bedanya, Arkaan tak lagi mendorong bahunya sampai menabrak dinding.

"Apa?" tanya Graha dingin

"Mau ngomong apa lagi lo, tentang Velin?" lanjutnya

Arkaan menyipitkan mata. Nafasnya berderu tak beraturan.

"Gue kalah, Gra. Gue mundur. Gue minta, lo maju sekarang."

Alis Graha yang sedari tadi terangkat pun langsung turun. Tak percaya dengan apa yang Arkaan ucapkan.

"Maksud lo?"

"Kemarin gue nembak dia di cafe. Velin nolak dan dia bilang kalau dia suka sama lo. Its your turn, Graha."

Arkaan langsung meninggalkan Graha begitu saja. Masih banyak pertanyaan yang ingin Graha tanyakan. Terutama tentang Velin.

Bukan, bukan ini yang Graha mau.

•••

Graha memasuki kelas. Karena bel  mulai pelajaran sudah berbunyi. Matanya terbelalak ketika melihat tasnya, berada di bangku sebelah Velin.

Ia melirik ke bangku yang ia tempati sebelumnya. Ada Arkaan dan Maria disitu. Graha yakin, Arkaan lah dalang dari semua ini. Mau tak mau, suka tidak suka, Graha duduk disebelah Velin.

Velin yang tadinya biasa saja, langsung gugup ketika menyadari Graha disebelahnya.

"Lo kok disini?"

"Kenapa? Lo nggak suka?"

"B-bukan.. Kan kemarin lo duduk di sebelah Maria. Disini Arkaan." jelas Velin seadanya

"Gue yang mau dia pindah." sahut orang di bangku seberang yang tak lain adalah Arkaan.

"See? Emang salah, kita duduk berdua?" goda Graha

Velin mengerjap beberapa kali. Mungkin otak Graha ketinggalan dirumahnya. Velin memutuskan untuk tidak menjawab pertanyaan Graha barusan.

"Lu nggak bisu kan?"

"Apaan sih? Nggak sopan banget." cerca Velin semakin kesal

"Makanya, kalau gua tanya tuh jawab. Yang ramah, kalem. Jangan marah-marah terus."

Lagi, Velin tidak menjawab. Bukan, bukan karena ia kesal. Melainkan ia takut makin salah tingkah didepan Graha. Dirinya yakin, sekali saja Graha menggodanya, wajah Velin akan memerah seperti kepiting rebus.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GRAHA (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang