5

334 52 3
                                    

"Cho Kyuhyun sudah mengirim tantangan kepada kita. Jadi mau tidak mau kita harus menghadapinya dalam waktu dekat sebelum Qin dihancurkan oleh mereka." Ujar Kaisar Qin dengan penuh penekanan.

Hari masih pagi, tapi ketegangan sudah menyelimuti aula pertemuan istana Qin. Pagi ini Kaisar Qin langsung mengumpulkan semua sekutunya untuk membantu menghadapi Joseon.

"Besok pagi kita akan berangkat menyerang markas Joseon di perbatasan. Kumpulkan semua prajurit yang ada dan segala perbekalan. Masalah ini harus segera kita selesaikan di medan perang. Ijinkan saya yang memimpin perang ini, Kaisar." Pangeran Nam berujar dengan penuh keyakinan.

"Yang dikatakan Pangeran Nam benar. Kita harus memberi pelajaran pada Joseon dan membuktikan jika Tiongkok bersatu maka Joseon dapat kita kalahkan. Saya akan meminta ayah untuk mengirim prajurit Ming. Dan saya akan membantu Pangeran Nam memimpin perang besok." Pangeran Siwon ikut bersuara. Ia merasa memiliki tanggung jawab akan Qin karena nantinya ia yang akan memimpin Qin.

Kaisar menganggukkan kepalanya setuju dan tersenyum bangga melihat keberanian kedua calon menantunya. "Jenderal Xiao, apakah ada kabar dari perbatasan?" Kaisar bertanya pada jenderal yang menjaga perbatasan itu.

"Lapor Yang Mulia. Belum ada pergerakan dari Joseon. Markas kita di perbatasan sudah siap. Hamba rasa kita memang harus menyerang Joseon secepat mungkin saat mereka sedang lengah dan belum banyak persiapan." Jenderal Xiao menjelaskan laporannya.

Kaisar mengepalkan tangannya dan memukul mejanya. "Baiklah. Sudah diputuskan. Pangeran Nam dan Pangeran Siwon akan memimpin perang besok. Aku percayakan Qin kepada kalian. Kalian harus kembali dengan membawa kemenangan bagi Qin!"

*****

Seohyun bergerak gelisah dalam tidurnya. Berkali-kali ia memejamkan matanya namun rasa kantuk belum juga menghampirinya. Seohyun bangun dari tempat tidurnya dan menghebuskan nafasnya kasar.

Besok Qin akan mulai berperang dengan Joseon dan itu membuatnya sangat khawatir. Tidak menyangka bahwa perang akan tiba secepat ini. Cho Kyuhyun tidak punya ampun di medan perang, jadi ia mengkhawatirkan Pangeran Nam dan Pangeran Siwon yang akan memimpin perang besok.

Kalau saja ayahnya mengijinkannya untuk ikut serta dalam perang itu, ia tidak akan segelisah ini. Jika saja ia ikut dalam perang besok, ia akan punya kesempatan untuk menebas leher Kyuhyun.

Seohyun menghembuskan nafas kasar. Tangannya mengepal. Dari pada dirinya tidak tenang, lebih baik ia pergi berdoa untuk kemenangan Qin besok. Dan malam itu, Seohyun memutuskan untuk berdoa sepanjang malam demi mengusir rasa khawatirnya.

Sementara di markas Joseon, Kyuhyun baru saja mendapat laporan bahwa Qin akan menyerangnya besok. Seringaian tersungging dari bibirnya.

"Beritahu semua prajurit! Bersiaplah, kita akan melawan Qin besok." Kyuhyun tertawa penuh kepuasan. Tawanya memecah keheningan malam itu.

"Tunggulah kekalahan kalian Qin!" ucap Kyuhyun penuh penekanan. Tatapannya menajam.

*****

"Kau harus kembali dengan selamat. Aku akan menunggu kepulanganmu." Pangeran Siwon mengangguk dan tersenyum mendengarkan kata-kata Yuri.

Seohyun menatap kakaknya yang sedang berbicara dengan calon suaminya. Raut khawatir tidak bisa hilang dari wajahnya. Kedua sejoli itu berpelukan erat seakan-akan ini adalah pertemuan terakhir mereka.

Seohyun mengalihkan tatapannya ke Pangeran Nam yang ada di depannya. Dia sudah siap dengan baju zirah perangnya. "Semoga kau bisa memenangkan pertempuran ini dan kembali dengan selamat." Seohyun memeluk sekilas tunangannya itu.

Story in The Great PalaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang