34 #Dede!~

4K 284 78
                                    

Perihal Billar dan Lesti yang sudah menjalani ke tahap serius akhirnya sampai ke fanbase leslar hingga media. Bahkan akan selalu muncul asumsi-asumsi.

Setelah satu minggu cuti syuting karena sama-sama sakit, dan tidak ada pertukaran kabar, kini keduanya kembali syuting di talkshow religi, Tasbih.

Backstage.

"Udah sembuh kalian? Aduh, abah kangen~ pemirsa juga kangen~"

"Kalian?" Tanya Billar.

"Iya, kalian sama-sama sakit. Gak tau kamu Lar? Gak tuker kabar?"

Billar dan Lesti menggeleng.

"Loooh, biasanya lengket, ceria, kok sekarang jadi beda. Kenapa?"

"Gak apa-apa kok bah, baik-baik aja kita," jawab Billar sungguh memaksakan perkataannya.

"Oke ayo semua mulai syuting! Kamera satu sama dua siap-siap!"

Mereka pun syuting, di tengah syuting, Billar dan Lesti harus benar-benar profesional seperti biasanya. 

Lebih kurang tiga jam, syuting selesai. Billar tidak banyak bicara lagi, dirinya langsung pergi dan hanya berpamit pada kru dan ustad Subki.

"Dede, ada masalah apa?"

"Gak ada apa-apa ih abah, kak Billar lagi ada jadwal mepet aja, jadi ya harus cepet-cepet."

"Kok, air wajah dede beda~ cerita sini sama abah, ayo~"

Lesti benar-benar tidak kuat lagi, dirinya seketika menangis, di hadapan ustad Subki sang guru dan ayah baginya.  

"Minggu-minggu lalu, kak billar tuangin keberanian buat ajak lamar~ tapi dede tolak dia karena dede belum siap, tapi dede gak tau sama perasaan dede, gak ngerti, abah. Dede tuh sebenernya mau sama kakak~ tapi rasa takut dan trauma itu datang terus!~"

"Ya Allah., jadi itu permasalahannya~ abah paham. Ini cuma soal waktu dan perasaan aja, kalian ini sebenernya punya perasaan yang sama, cuma masa lalu yang menghalangi. Abah salut sama Billar, dia sampe buang semua demi masa depannya yang sekarang, harusnya~ dede juga gitu, yang dulu bungkus terus buang, dan jalani yang sekarang." 

"Apa kak Billar jodoh dede?"

"Insya Allah.."

"Kalo dede ngalamin kayak dulu lagi?"

"Jangan sampe. Ini Billar yang terakhir, sampai maut memisahkan~" 

"Abah~"

"Jangan nangis. Mumpung masih ada waktu, gih kasih kepastian yang sesungguhnya buat Billar~"  

.
.




"Kakak!"

"Eh, nanti aja deh bang~ gua ke ruangan dulu mau rapat~" ujar salah satu kru ini dan segera pergi.

Billar pun malah berputar untuk pergi.

"Kakak..."

Tidak ada respon yang Lesti dapat.

"Ayo kita ngobrol!" Seru Lesti langsung. 

Billar berbalik, keduanya sungguh berjarak sekarang, seperti ada dinding besar dan kukuh yang menghalangi keduanya.

"Gak ada yang perlu dibicarain lagi, saya harus pulang~"

"Kakak!"

"Lesti, jangan gini. Kalo ada media bisa ribet."

"Kenapa kakak gak panggil pake sebutan dede?"

"Udah bukan hak lagi. Udah ya~"

Lesti sungguh tidak bisa seperti ini, dirinya pun lebih memilih mengalah. Lesti menghampiri Billar dan memegang pergelangan tangan kiri Billar lalu menariknya ke tempat lain. Lesti merasakan betul, Billar tidak menggunakan jam tangan yang biasa keduanya pakai. 

Ruang artis, di sini mereka berada.

"Kakak~"

"Kamu jangan nangis di depan saya, itu ngejek saya ya. Saya tau saya terlalu percaya diri buat dapetin artis besar, seorang diva dangdut yang mendunia. Sebut saya pansos, numpang tenar, manfaatin keadaan, silahkan!"

"Stop! Dede nangis, bukan untuk itu. Dede nangis karena keteledoran dede. Dede yakin, kakak pasti sakit hati banget, sampe kakak juga jadi sakit fisik. Dede minta maaf~ maaf udah bikin kakak sakit hati yang kedua kalinya, udah bikin kakak jatuh lagi, udah bikin kakak kecewa lagi. Maafin dede udah ngerusak rasa percaya diri kakak dan keberanian kakak...."

Billar bergeming.

"Jujur, dede mengharapkan pernyataan itu dari mulut kakak~ dede mau kita bersatu, dede mau kita terus sama-sama."

"Kenapa harus ada drama sih? Basi."

"Kakak! Kemarin itu, itu jawaban terbodoh dede! Sangat bodoh!" Tangis Lesti kembali menyeruak,
"Kalo dede gak ada perasaan sama kakak, buat apa dede terima ngejalanin hubungan sama kakak. Bahkan setelah dede jawab ajakan lamaran kakak, dede sakit. Mama, bapak, teh Yuli, mereka yang bilang sendiri bahwa selama sakit, nama orang yang selalu dede sebut itu kakak. Kak ... maafin dede. Kita bisa ulang hal itu lagi, kan?" 

"Saya udah maafin kamu. Tapi, soal lamaran itu, harus dipikir ulang. Udah jangan nangis lagi~" ujar Billar mengusap air mata Lesti dengan baju tangannya.

"Kakak..."

"Lesti~"

"Panggil dede!"

"Assalamualaikum~" Billar berlalu begitu saja.

"Kakak! Waalaikumsalam~~" jawab Lesti sungguh merasa seperti kehilangan Billar, saat lelaki tersebut pergi begitu saja. 







.
.




Lesti baru bisa pulang, karena Yuli mengajaknya untuk makan, lalu setelah itu membeli baju dan harus dipakai saat itu juga. Yuli bilangnya untuk datang ke acara ulang tahun agar sedikit menghibur Lesti. Tapi nyatanya, sekarang mereka malah pulang.

Dengan mata sembab, langkah gontai Lesti memasuki rumah. Yuli justru berjalan lebih dulu darinya.

Saat sudah berada di ruang tengah, Lesti menunduk karena rasa lelah hati dan fisik yang bercampur, membuat gairah hidupnya terenggut. Rumah, tempat pulang paling menenangkan.

"Ya Allah., kak Billar~ Jadi kita begini akhirnya?~" lirih Lesti tidak pernah menyangka akan seperti ini jadinya.

"Dede!~"






















Bersambung...

Takdir Sesungguhnya | LESLARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang