49 #TentangPerasaan

4.5K 324 65
                                    

Waktu terus berjalan, kedekatan antara Billar dan Lesti semakin nyata. Banyak asumsi menyatakan bahwa mereka sudah "jadian," sudah tundangan, dan bahkan ada yang berasumsi mereka sedang membicarakan pernikahan.

"Nih ya, yang bikin gua heran tuh, papanya Billar yang biasanya mager banget buat ninggalin Medan, sekarang beliau udah ada di Jakarta~" ujar Ichal.

"Bener banget, malah Billar pernah ngomong sama saya, kalo papanya tuh mending di Medan aja terus, eh ini.." tambah Wilen.

"Yang bikin gua heran lagi, di konten Channelnya Lesti, orangtua Billar, Lesti sama Billar satu mobil. Pikiran gua jadi melanglang buana anjir," ujar Ichal lagi.

"Kayaknya ini udah ke ranah serius sih, gua greget banget." Seru Rico.

"Gua juga! Emang mereka udah berapa lama kenal sih?" Sahut Adit.

"Udah sebulanan lebih~" jawab Ichal.

"Lumayan sih~ Chal, lo kayaknya tau banget tentang mereka?" Arfan buka suara.

"Gak juga lah Fan~ tapi gua ngikutin fanbase mereka, kan tim kawal sampai halal. Oh iya, lo gimana?"

"Gaya lu. Gimana apanya?"

"Rasa suka lo ke Lesti?" Tanya Ichal.

"Oh itu. Gini ya, gua tuh bukan tipe tukang tikung, dan gak ada niatan sedikit pun buat gitu. Apalagi ini Billar temen sendiri, udah kayak ade gua. Kalo gua sih, dari awal udah bilang, kalo dia serius sama dede Lesti, ya dia harus nyatain, jangan ditunda-tunda lagi. Tapi, kalo dia main-main, gua yang bakal maju. Cuma, karena gua gak tau dede Lesti gimana ke gua, gua sih di sini sebatas laki-laki yang suka sama perempuan soleha, cantik, berbakat, dan luar biasa baik."

"Anjay~ kalo misal lu bukan tipenya Lesti, gimana tuh?" Tanya Rico mencuat.

"Ya~ gua mundur, bukan berarti gua nyerah. Tapi, yang namanya cinta kan gak bisa dipaksakan~ yang pasti gua tuh serius suka dede Lesti, karena siapa sih yang gak suka sama perempuan kayak dia, berhijab, baik, kalian juga pasti bakal suka, kan?"

"Iya sih, iya~ secara lelaki tuh finalnya butuh perempuan sejenis itu~" ujar Haykal. 

"Nah, itu." Setuju Adit dan diikuti anggukan yang lain.

"Gua juga udah pikirin, kalo dede Lesti tuh ya gak bakal suka sama gua, secara gua bertato, gua dulu gini gini. Tapi, semua orang kan punya masa lalunya masing-masing, gua juga sekarang sedikit demi sedikit mulai merubah diri ke arah lebih baik."

"Bagus Fan bagus. Emang bener sih guys, akhir-akhir ini Arfan tuh bener-bener banyak perubahan loh, gua akui itu~" papar Ichal. 

"Karena lo suka dede Lesti, jadi kayak ada motivasi gitu, ya???" Tanya Rico.

"Mmm, bisa jadi. Iya, gua kayak tertantang juga, terus jadinya gua kayak nemuin diri gua yang baru. Bener-bener sih tuh cewek!~"

"Wasik~ pengaruh positifnya nyebar ke bang Arfan, alhamdulillah~ Wilen jadi ikut seneng."

"Ah iya, kemaren gua ketemu sama pencipta lagunya Billar, pas kita ngonten bareng, ngobrol-ngobrol dan reaction video clip Melihatmu Bahagia, gua nanya tuh sama beliau, namanya bang Shafick. Nah, gua nanya ke beliau gimana reaksinya liat kemesraan Billar sama Lesti, suap-suapan, terus ada momen Billar gendong Lesti, tangannya tuh ngelingkar di perut Lesti gitu, ngunci tangan Lesti juga~"

"Oh, berarti Lesti diangkat posisinya dia berdiri gitu?" Sahut Wilen.

"Iya, si Billar tuh pokoknya ada di belakang Lesti, pokoknya lu pada nonton di youtube teh Oca aja, atau ke youtube Afe, ada tuh!"

"Anjay sih, kalo udah gitu nunggu apalagi coba?" Seru Rico.

"Nunggu sebar undangan~" celetuk Adit.






.
.









"Dede."

"Hm~"

"Kalo dede ini bener-bener takdir kakak, mau?"

"Kalo digariskannya gitu, ya dede mau. Karena pertemuan kita ini bukan kebetulan menurut dede. Kalo kakak?"

"Justru, kayaknya kakak yang suka dede lebih dulu. Jadi gak perlu tanya lagi, kakak mau kalo dede itu takdir kakak."

"Aaaaaaa~ bisa banget, pemain sinetron!"

"Di sinetron sama di dunia nyata, kakak emang susah ketebak. Tapi, untuk yang barusan, kakak bukan akting, kakak ngomong sesuai yang kakak rasa selama kenal dede. Perasaan itu bukan soal waktu juga, tapi soal keseriusan."

"Kakak.."

Billar malah menaruh telunjuknya di bibir Lesti sekejap.

"Di sepertiga malam kakak, di salah satu doa kakak, terselip nama dede. Tapi, kakak gak bisa terlalu detail jelasin ke dede, yang pasti kakak sebut nama dede. Intinya, kalo dede itu takdir kakak, kakak siap mempersunting dede."

"Kakak.."

"Kita jujur-jujuran aja."

"Kakak~"

"Dede itu jawaban di sepertiga malam kakak, dede itu pengobat hati kakak. Allah., kirim dede ke kakak, agar kita tuh saling mengobati."

Lesti hanya bisa menjadi pendengar yang baik saat ini, tatapannya tak lepas dari Billar.

"Walau beda cerita, kita itu satu nasib dan satu takdir. Pertemuan kita ini, bukan suatu kebetulan. Berjalannya waktu, kita benar-benar saling mengobati satu sama lain. Perlahan tapi pasti, semua makin nyata. Rasa itu ada."

"Kakak~"

"Dede, jangan bohong lagi. Kita gak bisa bohong lagi soal perasaan kita. Kakak tau, sulit buat dede terima kakak. Tapi, dede itu ada rasa ke kakak. Cinta itu ada karena kita nyaman dan terbiasa. Kakak ngerasain itu~ dan rasa yang kakak miliki sekarang itu rasa cinta, karena kakak nyaman dan terbiasa sama dede." 

"Aaaa kakak.."

"Ya itu ungkapan kakak. Dede sendiri, gimana?"

"Kakak~ dede pribadi, bersyukur bisa dipertemukan dengan kakak. Rencana Allah., memang luar biasa. Dede tuh sangat berterima kasih sama Allah.. terima kasih juga sama kakak, karena udah bikin dede kembali ngerasain rasanya kasih sayang. Kakak itu dewasa. Saat kakak hadir di kehidupan dede, sesuatu yang pernah ilang dari hidup dede, itu kembali lagi."

Baru saja Billar akan bertanya, Lesti malah melarangnya dengan menaruh telunjuknya di bibir Billar sekejap.

"Dede punya masa lalu yang kakak udah tau. Tapi, masa lalu itu hal lama, yang harus dikubur dalam. Sekarang, di depan dede ada masa depan, kenapa harus bahas dan inget terus masa lalu. Bener kata kakak, kita gak bisa bohongin perasaan kita lagi karena sejujurnya, dede juga ada rasa ke kakak."

"Dede..."

"Kalo kakak serius sama dede, datangin orangtua dede dengan bai-baik."

"Ya Allah., dede.." 

"Hm," angguk Lesti dan air mata pun jatuh.

Billar tergerak menghapus air mata yang membasahi kedua pipi lembut Lesti,
"Dede terima kakak?"

"Iya.." jawab Lesti semakin menangis, Billar pun mendekat lalu dirinya menempelkan dahinya di dahi Lesti.

"Alhamdulillah~ bismillah, kakak akan datengin orangtua dede." 

"Kakak ... serius?"

"Iya~" jawab Billar diakhiri mencium punggung tangan Lesti.
"Leslar itu takdir." Ujar Billar dengan mantap.

"Dede gak bisa berkata-kata lagi," Lesti benar-benar tidak mengerti semuanya berakhir semanis ini.

"Gak apa-apa, kali-kali dede jangan banyak ngomong. Jujur aja, keberadaan dede tuh udah jadi suatu kebahagiaan buat kakak."

"Um. Kakak juga."












Bersambung...

Takdir Sesungguhnya | LESLARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang