Chapter 1

88 23 5
                                    

tok..tok..tok

Suara pintu kamar ku yang berkali-kali diketuk tanpa henti sehingga akhirnya aku terbangun dari tidur nyenyak ku.

"Hey Flint, bangun lah sekarang waktunya untuk bekerja. Ayam dan para domba itu tidak dapat mengurus diri mereka sendiri!" suara teriakan dari balik pintu kamar ku.

"Iya bu aku segera kesana" ucapku.

Akhirnya aku bergegas untuk segera mengurus peternakan kecil milik keluarga ku ini, sejujurnya aku lebih suka menjadi seorang sherif dibandingkan menjadi peternak, tapi di desa kecil ini tidak pernah ada kejahatan dan warga desa sepakat kita tidak membutuhkan sherif.

Dan sekarang disinilah aku, menjadi seorang peternak yang menjalani keseharian bersama para sapi dan domba.

Meskipun ini bukan keinginan ku yang sebenarnya, aku tetap merasa bahagia bisa berkumpul dengan keluarga ku seperti ini.

"Flint, bisakah kamu membeli beberapa roti di tengah desa?" tanya ibuku.

"baiklah bu aku akan pergi ke tengah desa sekarang"

Kami tinggal di bagian pinggir dari pulau ini dan sementara itu desa berada dikaki bukit yang berada ditengah pulau ini, jadi aku harus berjalan melewati hutan untuk sampai ke desa ini.

Sesampainya disana aku langsung membeli roti dan segera bergegas pulang tapi tanpa di duga aku tidak sengaja menabrak seorang gadis sehingga dia terjatuh.

Brakkk...

"Aduh..." ucap gadis itu sambil menahas sakit akibat terjatuh.

"Apa kau tidak apa-apa? aku tidak melihat mu berjalan karena aku sedang buru-buru jadi aku minta maaf" ucapku.

"Tidak apa-apa lagi pula aku tidak terluka sama sekali" jawabnya.

Ketika aku melihat wajahnya seketika aku terpesona, aku tidak menyangka ada wanita seperti dia dipulai terpencil ini.

"Umm hey, Siapa nama mu?" tanya ku.

"Panggil saja Eva"

"Aku Flint"

"baiklah Flint, sampai jumpa lagi" dia berjalan sambil tersenyum ke arahku.

Keesokan harinya aku mencoba mencarinya lagi di desa tapi aku tidak berhasil menemukannya, begitu juga keesokan harinya. Aku tetap tidak bisa menemukannya.

Setelah 3 hari aku mencoba mencarinya akhirnya aku menanyakan keberadaannya pada penjual roti tempat kita bertemu pertama kalinya.

Setelah aku bertanya, penjual itu bilang bahwa gadis itu tinggal diatas bukit dan dia biasa berdiam diri di tebing tepi laut.

Aku tahu dimana tebinh yang dia maksud, setelah itu aku langsung mendatangu tebing itu dan benar saja dia ada disana.

Tapi aku tiba-tiba tidak memiliki kekuatan untuk melangkah lebih dekat kearahnya, kaki ku seperti ditahan oleh sesuatu yang sangat berat sehingga aku tidak bisa mendekati dia.

Dan akhirnya aku memutuskan untuk pulang dan datang lagi keesokan harinya. Dan pada keesokan harinya, aku tetap tidak berani mendekatinya entah karena apa, tapi ketika aku akan beranjak pulang aku tidak sengaja menginjak ranting pohon yang terjatuh ke tanah.

Dia mendengar suara itu dan menengok kebelakang, lebih tepatnya ke arah ku. Dengan rasa terpaksa akhirnya aku beranikan diri untuk menghampiri nya.

"Hey Eva, apa yang kamu lakukan disini?" tanya ku dengan canggung.

"Aku biasa duduk disini dan melihat luasnya lautan, itu membuatku merasa tenang" kata Eva.

"Ohh, pantas saya aku tidak pernah melihatmu di desa lagi" ucapku.

"Apa kau mencari ku?" tanya Eva.

"Ohh tidak, tentu saja tidak haha. Aku hanya kebetulan lewat sini dan melihatmu" ucapku sambil tersenyum canggung.

"Kamu boleh duduk disini jika kamu mau" dia menawarkan ku untuk duduk disampingnya.

Setelah itu aku duduk disamping nya dan kamu mengobrol tentang banyak hal sampai kami lupa waktu.

"Apa kamu tidak pernah berpikir apa yang ada di ujung laut sana?" tanya Eva.

"Emm, aku tidak pernah memikirkan itu. Lagi pula untuk apa kita memikirkan apa yang ada diluar sana jika kita sudah merasa bahagia disini" ucapku.

"Ya benar, tapi aku sangat ingin menjelajah keluar sana dan pergi dari pulau ini" kata Eva.

"matahari sudah mulai terbenam, ku rasa ini saat nya aku harus pulang. Kamu boleh kesini lagi jika ingin menemui ku" ucap Eva.

"baiklah, sampai jumpa besok Eva"

Dan akhirnya kami pun pulang, aku merasa sangat senang bisa menghabiskan waktu bersama dia meskipun hanya sekedar mengobrol.

Keesokan harinya aku kembali ke tebing itu tapi aku tidak menemukannya. Aku menunggu untuk beberapa lama tapi dia tetap tidak muncul.

Dan akhirnya aku memutuskan untuk mendatangi rumah nya yang berada di atas bukit. Ketika sampai disana aku tetap tidak bisa menemukannya, hingga akhirnya aku memutuskan untuk pulang saja.

Pada saat dalam perjalanan pulang aku mendengar suara teriakan yang berasal dari dalam hutan. Aku terus mengikuti suara itu dan sampai lah aku di suatu istana yang sudah lama ditinggalkan.

Ku rasa ini adalah Elendia Castle, suatu kerajaan yang pernah berdiri di pulau ini dan pada suatu hari seluruh penghuninya menghilang begitu saja tanpa jejak.

Ketika aku memasuki pintu gerbang nya suara teriakan itu semakin jelas dan aku mengenali suara itu, itu adalah suara Eva.

Aku bergegas masuk kedalam dan ternyata Eva sedang berada dilantai dua, dia tertimla patung yang rubuh dan dia tidak bisa bangun lagi.

"Eva, apa yang kamu lakukan disini?" tanya ku sambil mengangkat patung yang menimpanya.

"Aku hanya sedang melihat-lihat dan tiba-tiba patung ini terjatuh ke arah ku" jelasnya.

"Tempat ini sangat berbahaya kau tahu, berpergian ketempat seperti ini sendirian sangatlah beresiko" ucapku.

"Ayo biar aku antar kamu pulang supaya luka mu bisa segera diobati" lanjutku.

Setelah itu aku mengantarnya pulang dan menjelaskan apa yang terjadi kepada ayahnya.

Aku langsung berpamitan setelah selesai menjelaskan semuanya karena waktu juga sudah mulai malam.

Aku pulang dengan perasaan bersalah karena tidak bisa melindungi orang yang aku sayang.

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang