Hari ini aku dan Eva berencana untuk pergi ke pantai untuk menghabiskan waktu berdua lagi.
Ketika aku datang ke rumahnya untuk menjemput Eva, ayahnya menyuruh ku untuk mampir sejenak ke dalam rumah. Karena aku merasa tidak enak, akhirnya aku mengiyakan ajakan ayah Eva.
Ternyata ayahnya Eva ingin aku ikut makan siang bersama mereka, Eva telah memasak makanan yang cukup banyak untuk kami bertiga. Setelah selesai makan kami berbincang mengenai banyak hal.
"Jadi sudah berapa lama kalian berdua dekat?" tanya ayahnya Eva.
Aku yang kaget mendengar pertanyaan itu hampir saja terdesedak saat meminum minuman ku, sementara itu Eva hanya bisa menunduk menahan malu dengan pipi nya yang mulai memerah.
"umm, kami saling dekat sudah cukup lama pak. Sekitar 6 bulan" Jawab ku canggung.
"6 bulan ya?, apa kalian tidak memikirkan soal pernikahan?"tanya ayahnya Eva.
Suasana mukai semakin canggung ketika ayahnya Eva melontarkan pertanyaan itu, aku dan Eva hanya bisa bertatapan sambil menahan rasa canggung.
Lalu Eva menarik tanganku dan berkata pada ayahnya kami akan pergi ke pantai dan harus segera bergegas karena tidak ingin pulang larut.
Diperjalanan menuju pantai aku dan Eva mengobrol.
"Terimakasih" ucapku.
"Untuk apa?" tanya Eva.
"Untuk menyelamatkan ku dan situasi super canggung tadi" jawabku sambil tersenyum kearahnya.
Dia hanya tersenyum kearahku dengan wajah yang memerah.
"Tapi ayahmu itu ada benarnya juga kau tahu" ucapku.
"Hmm?" balas Eva.
"Mungkin kita sudah seharusnya memikirkan tentang pernikahan" ucapku bercanda.
"Ihh apa sih" balasnya sambil memukul pundak ku.
Aku hanya tertawa melihat ekspresi Eva yang sangat lucu itu, wajahnya semakin memerah pertanda dia malu karena ucapan ku tadi.
Ketika sampai dipantai aku dan Eva hanya duduk berdua ditemani suara ombak dan angin yang sangat sejuk.
Eva terlihat sangat menikmati suasana disini, dia hanya memejamkan matanya sambil menikmati hembusan angin yang membuat rambut coklatnya itu berterbangan.
Aku hanya bisa terkagum melihat wajah manisnya itu, dan tiba-tiba terlintas dalam pikiran ku bahwa aku harus mengatakan suatu hal.
Waktu terasa sangat cepat ketika kami berdua dipantai ini, matahari sudah mulai terbenam dan Eva harus segera pulang sebelum malam.
Sebelum kami pulang aku memutuskan untuk mengatan ini kepada Eva.
"Hey Eva" ucapku memanggil Eva.
Dia menoleh kearahku pertanda dia mendengarkan ku.
"Aku tahu ini sangat tiba-tiba tapi...." aku berhenti sejenak untuk berfikir apakah aku yakin ingin mengatakan hal ini sekarang.
"Hmm?" kata Eva.
"..... Aku sangat ingin kamu menjadi istriku"ucapku.
Wajah Eva seketika berubah menjadi memerah setelah dia mendengar kata-kataku tadi, dia memalingkan wajahnya dari arah ku seakan memikirkan sesuatu.
"Aku tahu ini terlalu cepat seharusnya aku tidak mengatakan ini seka..." ucapanku disela karena Eva menutup mulut ku menggunakan tangannya.
Dia menutup mulut ku sambil menatap mataku dalam. Dan dia mengangguk pertanda dia menerima lamaran ku untuk menjadi istriku.
Melihat hal itu mataku terbelalak, jantung ku terpacu sangat cepat dan keringatku terus becucuran.
Aku langsung memeluk dia erat-erat, aku tidak bisa menyembunyikan rasa bahagia ku ini.
"Tapi apakah ibumu akan setuju dengan keputusan kita ini?" tanya Eva.
"Kamu tidak usah mengkhawatirkan hal itu, ibuku pasti akan sangat senang memiliki menantu seperti dirimu" ucapku sambil memeluknya.
"Aku akan memastikan kamu tidak akan merasa kesepian selama aku masih berada di dunia ini" ucapku.
Eva memeluk ku sambil meneteskan air mata bahagianya yang tidak dapat dia tahan lagi.
Keesokan harinya aku memberitahukan hal ini kepada ibuku, dan dia sangat bahagia akhirnya putra satu-satunya yang dia punya akan menikah.
Dia akhirnya mengundang Eva untuk makan malam dan pergi ke desa untuk membeli bahan-bahan yang akan dia masak. Dia menyuruh ku untuk menjaga peternakan selagi dia pergi.
Sudah 3 jam dia pergi dan belum juga kembali, tetapi aku tidak memikirkan hal yang aneh dan meneruskan pekerjaan ku memberi makan hewan ternakku.
Tiba-tiba ada seseorang dari desa yang berlari kearahku dengan sangat terburu-buru. Aku langsung menghampirinya dan bertanya ada apa.
"Flint!" teriaknya.
"Ibumu Flint!" lanjutnya sambil terus berlari kearahku.
"Ibumu terjatuh ke jurang di dalam hutan!"
Mendengar hal itu aku sangat kaget dan segera memintanya untuk mengantarku ke lokasi dimana ibuku terjatuh.
Sesampainya disana aku melihat sekumpulan warga desa yang mencoba menolong ibu ku dan mengangkatnya dari dalam jurang itu.
Ketika aku ingin menghampiri ibuku ada seorang warga desa yang berusaha menghentikanku.
"Sebaiknya kamu tidak usah melihat ini Flint" ucapnya sambil memegang pundakku.
"Dia ibuku dan aku berhak menemuinya!" ucapku dengan sedikit emosi.
Ketika aku menghampiri nya betapa hancurnya hati ku melihat seorang yang sangat aku cintai terbujur kaku dan tidak bernapas lagi.
Aku berusaha menahan air mataku tapi tidak bisa, air mata ku mengalir membasahi pipi ku dan menetes diatas wajah ibuku yang sudah tidak bernafas.
Dunia ku seperti hancur secara tiba-tiba, aku lemas dan hampir tidak dapat menahan bobot tubuhku sendiri. Kemudian warga desa membatuku untuk mengubur jasad ibuku.
Setelah pemakaman selesai, Eva datang menghampiri ku dangan air mata di wajah nya dan aku langsung memeluknya dengan erat.
Dia mengantarkan ku pulang untuk memastikan aku baik-baik saja, tapi aku bilang kepadanya aku ingin sendiri untuk saat ini.
Eva bilang dia akan datang mengunjungi ku lagi besok dan dia akan mengajak ayahnya. Mendengar hal itu aku hanya diam dan sama sekali tidak menoleh kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story
RomanceMenceritakan tentang pasangan yang berasal dari desa tepencil di pulau yang tidak dikenal